BIOGRAFI
IVAN PETROVICH PAVLOV
(1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa
tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta. Ia dididik di
sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari Teologi. Pavlov lulus sebagai
sarjana kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi
direktur departemen fisiologi pada institute of Experimental Medicine dan
memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Karyanya mengenai
pengkondisian sangat mempengaruhi psikology behavioristik di Amerika. Karya
tulisnya adalah Work of Digestive Glands(1902) dan Conditioned Reflexes(1927).
Pada tahun
1883 ia mendapat gelar Ph.D setelah mempertahankan thesisnya mengenai fungsi
otot-otot jantung. Kemudian selama dua tahun ia belejara di Leipzig dan
Breslau. Pada tahun 1890 ia menjadi profesor dalam farmakologi di Akademi
Kedokteran Militer di St. Petersburg dan direktur Departemen Ilmu Faal di
Institut of Experimental Medicine di St. Petersburg. Penemuan Pavlov sangat
menentukan dalam sejarah psikologi adalah hasil penyelidikannya tentang refleks
berkondisi (“conditional reflex”). Dengan penemuaanya ini Pavlov meletakan
dasar-dasar behaviorisme, sekaligus meletakan dasar-dasar bagi
penelitian-penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori
tentang belajar. Bahkan American Psychological Association (APA) mengakui bahwa
Pavlov adalah orang yang terbesar pengaruhnya dalam psikologi modern di samping
Freud.
Pada 1904,
Ivan P.Paplov memenangkan Hadiah Nobel di bidang Psikologi dan Kedokteran atas
karyanya mengenai pencernaan. Dalam penelitiannyaia menjalankan operasi yang
cukup rumit , membuka lambung seekor anjing melalui dinding perutnya. Ia
mengamati bahwa muncul kelenjar (sekresi) dalam
perut pertama-tama dipicu bukan karena adanya makanan yang memasuki
perut melainkan karena anjing tersebut
mengunyah atau melihat makanan, dan disini ia menacatat bagaimanasekresi
antisipatoris ini menunjukkan aspek paling menarik dari proses pencernaan.
Untuk mempelajari hal itu ia pun berfokus pada bagian lain dari pencernaan
anjing.
Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah
nada atau sinar untuk membentuk perilaku (respons). Dalam hal ini, eksperimen
yang dilakukan oleh pavlov menggunakan anjing sebagai subyek penelitian.
Ia meninggal di Leningrad pada tanggal 27 Februari 1936. Ivan Petrovich
Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal dengan teori
pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang dikenang darinya
hingga kini. Ia tidak pernah memiliki hambatan serius dalam sepanjang kariernya
meskipun terjadi kekacauan dalam revolusi rusia.
PEMBIASAAN KLASIK
Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen
yang dilakukan oleh Ivan Pavlov
(1849-1936), seorang ilmuan besar Rusia yang berhasil menggondol hadiah nobel pada tahun 1909. Pada dasarnya
classic conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara
mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Terace,1973).
Dalam eksperimennya, Pavlov
mengguanakan anjing untuk mengetahui hubungan-hubungan antara conditioned
stimuls (CS), unconditioned stimulus (UCS), conditioned response(CS), dan
unconditioned response(UCR). CS adalah rangsangan yang mampu mendatangkan
respon yang dipelajari, sedangkan respon
yang dipelajari itu sendiri disebut CR. Adapun UCS berarti rangsangan
yang menimbulkan respon yang tidak dipelajari, dan respon yang tidak dipelajari
itu disebut UCR.
Anjing percobaan itu mula-mula
diikat sedemikian rupa dan pada salah satu kelenjar air liurnya diberi alat
penampung cairan yang dihubungkan dengan pipa kecil. Perlu diketahui bahwa
sebelum dilatih (dikenai eksperimen), secara alami anjing itu selalu
mengeluarkan air liur setiap kali mulutnya berisi makanan. Ketika bel
dibunyikan, secara alami pula anjng itu menunjukan reaksinya yang relevan,
yakni tidak mengeluarkan air liur.
Kemudian dilakukan eksperimen berupa
latihan pembiasaan mendengarkan bel (CS) bersama-sama dengan pemberian makanan
berupa serbuk daging (UCS) setelah latihan yang berulang-ulang ini selesai,
suara bel tadi (CS) diperdengarkan lagi tanpa dusertai makanan (UCS). Apa yang
terjadi ? ternyata anjing percobaan tadi mengeluarkan air liur juga (CR),
meskipun hanya mendengarkan suara bel (CS). Jadi,CS akan
menghasilkan CR apabila CS dan UCS telah berkali-kali dihadirkan bersama-sama.
Eksperimen pembiasaan klasik
Sebelum eksperimen
Eksperimen / Latihan
Setelah eksperimen
Berdasarkan eksperimen di atas, semakin jelaslah bahwa
belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus
dengan respon. Kesimpulan yang dapat kita tarik dari hasil eksperimen Pavlov
adalah apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu disertai dengan stimulus
penguat (UCS), stimulus tadi (CS) cepat atau lambat akhirnya akan menimbulkan
respon atau perubahan yang kita kehendaki yang dalam hal ini CR.
Berikut
adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:
Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom
anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan
air liur.
Gambar ketiga. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah
diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air
liur (UCR) akibat pemberian makanan.
Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing
mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan
respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Dalam
ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi
bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa
diberikan makanan. Karena pada awalnya anjing tidak merespon apapun ketika
mendengar bunyi bel.
Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan
kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan.
Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air
liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan
penghapusan sebagai berikut:
- Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa
lingkungan yang melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks
organismik. Contoh: makanan
- Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa
lingkungan yang bersifat netral dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi
(UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral yang di pasangkan dengan
stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
- Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami
yang ditimbulkan secara otonom atau dengan sendirinya. Contoh:
mengeluarkan air liur
- Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari
dan muncul akibat dari penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur
akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan.
Menilik
psikologi behavioristik menggunakan suatu pendekatan ekperimental,
refleksiologis objektif pavlov tetap merupakan model yang luar biasa dan tidak
tertandingi.
TEORI
BELAJAR MENURUT IVAN PETROVICH PAVLOV
Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik)
adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing,
dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat
terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang
dilihat dari perilakunya .
Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral
dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan
tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti
yang benar jika ia berbuat sesuatu. Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan
menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah
sesuai dengan apa yang di inginkan.
Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang
(anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun
demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan
binatang. Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada
seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila
diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut.
Kini sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah
terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula.
Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka
pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan
maka air liurpun akan keluar pula. Makanan adalah rangsangan wajar, sedang
merah adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian
dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat
(kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut:
Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons.
Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat
dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan
pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul
tidak disadari manusia.
EKSPERIMEN
PAVLOV TERHADAP TEORI BELAJAR
Adapun jalan eksperimen tentang refleks berkondisi yang dilakukan
Pavlov adalah sebagai berikut:
Pavlov menggunakan seekor anjing sebagai binatang percobaan.
Anjing itu diikat dan dioperasi pada bagian rahangnya sedemikian rupa, sehingga
tiap-tiap air liur yang keluar dapat ditampung dan diukur jumlahnya. Pavlov
kemudian menekan sebuah tombol dan keluarlah semangkuk makanan di hadapan
anjing percobaan.
Sebagai reaksi atas munculnya makanan, anjing itu mengeluarkan air
liur yang dapat terlihat jelas pada alat pengukur. Makanan yang keluar disebut
sebagai perangsang tak berkondisi (unconditioned stimulus) dan air liur yang
keluar setelah anjiing melihat makanan disebut refleks tak berkondisi
(unconditioned reflex), karena setiap anjing akan melakukan refleks yang sama
(mengeluarkan air liur) kalau melihat rangsang yang sama pula (makanan).
Kemudian dalam percobaan selanjutnya Pavlov membunyikan bel setiap
kali ia hendak mengeluarkan makanan. Dengan demikian anjing akan mendengar bel
dahulu sebelum ia melihat makanan muncul di depannya. Percobaan ini dilakukan
berkali-kali dan selama itu keluarnya air liur diamati terus. Mula-mula air
liur hanya keluar setelah anjing melihat makanan (refleks tak berkondisi),
tetapi lama-kelamaan air liur sudah keluar pada waktu anjing baru mendengar
bel. Keluarnya air liur setelah anjing mendengar bel disebut sebagai refleks
berkondisi (conditioned reflects) karena refleks itu merupakan hasil latihan
yang terus-menerus dan hanya anjing yang sudah mendapat latihan itu saja yang
dapat melakukannya. Bunyi bel jadinya rangsang berkondisi (conditioned
reflects).
Kalau latihan itu diteruskan, maka pada suatu waktu keluarnya air
liur setelah anjing mendengar bunyi bel akan tetap terjadi walaupun tidak ada
lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu. Dengan perkataan lain, refleks
berkondisi akan bertahan walaupun rangsang tak berkondisi tidak ada lagi. Pada
tingkat yang lebih lanjut, bunyi bel didahului oleh sebuah lampu yang menyala,
maka lama-kelamaan air liur sudah keluar setelah anjing melihat nyala lampu
walaupun ia tidak mendengar bel atau melihat makanan sesudahnya.
Demikianlah satu rangsang berkondisi dapat dihubungkan dengan
rangsang berkondisi lainnya sehingga binatang percobaan tetap dapat
mempertahankan refleks berkondisi walaupun rangsang tak berkondisi tidak lagi
dipertahankan. Tentu saja tidak adanya rangsang tak berkondisi hanya bisa
dilakukan sampai pada taraf tertentu, karena terlalu lama tidak adarangsang tak
berkondisi, binatang percobaan itu tidak akan mendapat imbalan (reward) atas
refleks yang sudah dilakukannya dan karena itu refleks itu makin lama akan
semakin menghilang dan terjadilah ekstinksi atau proses penghapusan refleks
(extinction).
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah
laku sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu
refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning (conditioning
process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan
rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang
berkondisi.
Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam
kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai
contoh, suara lagu dari penjual es krim Walls yang berkeliling dari rumah ke
rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering
lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang
hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu tersebut betapa lelahnya si
penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya.
Contoh lain bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol
antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu
membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan (rujak, es, nasi goreng, siomay)
yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan
antri di bank tanpa harus berdiri lama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan
strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti
stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon
yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh
stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Penemuan Pavlov yang sangat menentukan dalam sejarah psikologi
adalah hasil penyelidikannya tentang refleks berkondisi (conditioned reflects).
Dengan penemuannya ini Pavlov meletakkan dasar-dasar Behaviorisme, sekaligus
meletakkan dasar-dasar bagi penelitian-penelitian mengenai proses belajar dan
pengembangan teori-teori tentang belajar. Bahkan Amerika Psychological
Association (APA) mengakui bahwa Pavlov adalah orang yang terbesar pengaruhnya
dalam psikologi modern di samping Freud.
APLIKASI TEORI BELAJAR IVAN P PAVLOV
TERHADAP PEMBELAJARAN SISWA
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar
menurut Pavlov adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya adalah :
a.
Mementingkan pengaruh lingkungan
b.
Mementingkan bagian-bagian
c.
Mementingkan peranan reaksi
d.
Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui
prosedur stimulus respon
e.
Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
f.
Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
g.
Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang
diinginkan.
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan
paradigma Pavlov akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap,
sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh
oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng
diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan
pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana samapi pada yang
kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan
pencapaian suatu keterampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil
yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan
dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
Hasil yang diharapkan dari penerapan teori belajar Pavlov ini adalah tebentuknya
suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan
positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif.
Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Kritik
terhadap teori belajar Pavlov adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada
guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat
diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori
Pavlov mempunyai persyaratan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya.
Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan
kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan
kondisi behavioristik.
Metode Pavlov ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membuthkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek,
daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik,
menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga
cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran
orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Penerapan teori belajar Pavlov yang salah dalam suatu situasi
pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat
tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter,
komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus
dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat
dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan dengan
tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai
cara belajar yang efektif.
Dari
eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum
belajar,diantaranya
• Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
• Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
• Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
• Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
PENGKODISIAN
KLASIK
Pavlov menggunakan
seekor anjing sebagai binatang percobaan. Anjing itu didikat dan diopersi pada
bagian rahangnya sedemikian rupa, sehingga tiap-tiap air liur yang keluar dapat
ditampung dan diukur jumlahnya. Pavlov kemudian menekan sbuah tombol dan
keluarlah semangkuk makanan, anjing itu mengeluarkan air liur yang dapat
terlihat dengan jelas pada alat pengukur. Makanan yang keluar disebut sebagai
rangsang tak berkondisi (“uncontioned stimulus”) dan air liur yang keluar
setelah anjing melihat makanan disebut refleks tak berkondisi (“unconditioned
reflek”) karena setiap anjing akan melakukan refleks yang sama (mengeluarkan
air liur) kalau melihat rangsang yang sama pula (makanan). Kemudian dalam
percobaan selanjutnya Paplov membunyikan sebuah bel setiap kali ia hendak
mengeluarkan makanan. Dengan demikian anjing akan mendengar bel dahulu sebeluim
ia melihat makanan muncul didepannya.
Percobaan ini
dilakukan berkali-kali dan selama itu keluarnya air liur diamati terus.
Mula-mula air liur keluar hanya keluar
setelah anjing melihat makanan (refleks tak berkondisi), tetapi lama kelamaan
air liur sudak keluar pada waktu anjing baru mendengar bel. Keluarnaya air liur
setelah anjing mendengar bel disebut sebagai refleks berkondisi (conditioned
reflex), karena refleks itu merupakan hasil latihan yang terus menerus dan
hanya anjing yang sudah mendapat latihan itu saja yang dapat melakukannya.
Bunyi bel jadinya adalah rangsang berkondisi (conditioned stimulus). Kalau
latihan itu diteruskan maka pada suatu waktu keluarnya air liur setelah anjing
mendengar bunyi bel akan tetap terjadi walaupun tidak ada lagi makanan yang
mengikuti bunyi bel itu. sehinggga reflex berkondisi akan bertahan walaupun
rangsang tak berkondisi tidak ada lagi.
Pada tingkat
yang lebih lanjut, bunyi bel didahului oleh sebuah lampu yang menyala, maka
lama kelamaan air liur sudah keluar setelah anjing melihat nyala lampu walaupun
ia tidak mendengar bel atau melihat makanan sesudahnya.
Kesimpulan
yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain
daripada rangkaian refleksi berkondisi yaitu refleks-refles yang terjadi
setelah adanya proses conditioning (conditioning proses) dimana refleks-refleks
yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama kelamaan
dihubungkan dengan
rangsang berkondisi.
Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan
klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap
anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat
secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang
diinginkan.Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya
sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan
seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa
yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun
bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru.
Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan
rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan
apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan
binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan
manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia
berbeda dengan binatang. Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi
leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar.
Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing
tersebut. Kini sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah
sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan
keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka
pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan
maka air liurpun akan keluar mendapatkan arti yang benar jika ia
berbuat sesuatu.
Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat(kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons. Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia.
Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat(kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons. Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia.
Adapun jalan eksperimen tentang refleks berkondisi
yang dilakukan Pavlov adalah sebagai berikut: Pavlov menggunakan seekor anjing
sebagai binatang percobaan. Anjing itu diikat dan dioperasi pada bagian
rahangnya sedemikian rupa, sehingga tiap-tiap air liur yang keluar dapat
ditampung dan diukur jumlahnya. Pavlov kemudian menekan sebuah tombol dan
keluarlah semangkuk makanan di hadapan anjing percobaan. Sebagai reaksi atas
munculnya makanan, anjing itu mengeluarkan air liur yang dapat terlihat jelas
pada alat pengukur. Makanan yang keluar disebut sebagai perangsang tak
berkondisi (unconditioned stimulus) dan air lliur yang keluar setelah anjiing
melihat makanan disebut refleks tak berkondisi (unconditioned reflex), karena
setiap anjing akan melakukan refleks yang sama (mengeluarkan air liur) kalau
melihat rangsang yang
sama pula (makanan). Kemudian dalam
percobaan selanjutnya Pavlov membunyikan bel setiap kali ia hendak mengeluarkan
makanan. Dengan demikian anjing akan mendengar bel dahulu sebelum ia melihat
makanan muncul di depannya. Percobaan ini dilakukan berkali-kali dan selama itu
keluarnya air liur diamati terus. Mula-mula air liur hanya keluar setelah
anjing melihat makanan (refleks tak berkondisi), tetapi lama-kelamaan air liur
sudah keluar pada waktu anjing baru mendengar bel. Keluarnya air liur setelah
anjing mendengar bel disebut sebagai refleks berkondisi (conditioned reflects,
karena refleks itu merupakan hasil latihan yang terus-menerus dan hanya anjing
yang sudah mendapat latihan itu saja yang dapat melakukannya. Bunyi bel jadinya
rangsang berkondisi (conditioned reflects). Kalau latihan itu diteruskan, maka
pada suatu waktu keluarnya air liur setelah anjing mendengar bunyi bel akan
tetap terjadi walaupun tidak ada lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu.
Dengan perkataan lain, refleks berkondisi akan bertahan walaupun rangsang tak
berkondisi tidak ada lagi. Pada tingkat yang lebih lanjut, bunyi bel didahului
oleh sebuah lampu yang menyala, maka lama-kelamaan air liur sudah keluar
setelah anjing melihat nyala lampu walaupun ia tidak mendengar bel atau
melihat makanan sesudahnya.
Demikianlah satu rangsang berkondisi dapat dihubungkan dengan rangsang berkondisi lainnya sehingga binatang percobaan tetap dapat mempertahankan refleks berkondisi walaupun rangsang tak berkondisi tidak lagi dipertahankan. Tentu saja tidak adanya rangsang tak berkondisi hanya bisa dilakukan sampai pada taraf tertentu, karena terlalu lama tidak adarangsang tak berkondisi, binatang percobaan itu tidak akan mendapat imbalan (reward) atas refleks yang sudah dilakukannya dan karena itu refleks itu makin lama akan semakin menghilang dan terjadilah ekstinksi atau proses penghapusan refleks(extinction).
Demikianlah satu rangsang berkondisi dapat dihubungkan dengan rangsang berkondisi lainnya sehingga binatang percobaan tetap dapat mempertahankan refleks berkondisi walaupun rangsang tak berkondisi tidak lagi dipertahankan. Tentu saja tidak adanya rangsang tak berkondisi hanya bisa dilakukan sampai pada taraf tertentu, karena terlalu lama tidak adarangsang tak berkondisi, binatang percobaan itu tidak akan mendapat imbalan (reward) atas refleks yang sudah dilakukannya dan karena itu refleks itu makin lama akan semakin menghilang dan terjadilah ekstinksi atau proses penghapusan refleks(extinction).
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah
bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi,
yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning
(conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan
rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan
rangsang berkondisi.
Berikut adalah tahap-tahap
eksperimen dan penjelasan dari gambar di atas:
1. Dimana
anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan
air liur (UCR).
2. Jika anjing dibunyikan sebuah bel
maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.
3. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan
sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga
anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
4.
Setelah perlakukan ini dilakukan secara
berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan
makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya dari mulutnya.
Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.
Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.
Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus
berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah
hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk
menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan
extinction atau penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi
dan penghapusan sebagai berikut:
1. Stimulus tidak
terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan bawaan
dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan.
2. Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan
yang bersifat netral dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh:
Bunyi bel adalah stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak
terkondisi berupa makanan.
3. Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang
ditimbulkan secara otonom atau dengan sendirinya.Contoh: mengeluarkan air liur.
4. Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan
muncul akibat dari penggabungan
CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan
Teori
classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan
cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Dengan adanya
stimulus berupa hadiah (reward) yang diberikan kepada peserta didik dapat
menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa lebih tertarik pada guru,
artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh , tertarik pada mata
pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan
perhatianya terutama pada guru, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya
kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungan. Contohnya yaitu pada awal tatap muka
antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan
sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para
murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukan gurunya.
Sebagai
contoh untuk menambah kelekatan dengan pasangan, Jika anda mempunyai pasangan
yang “sangat suka (UCR)” dengan coklat (UCS). Disetiap anda bertemu (CS) dengan
kekasih anda maka berikanlah sebuah coklat untuk kekasih anda, secara otonom
dia akan sangat suka dengan coklat pemberian anda. Berdasarkan teori, ketika
hal itu dilakukan secara berulang-ulang, selanjutnya cukup dengan bertemu
dengan anda tanpa memberikan coklat, maka secara otonom pasangan anda akan
sangat suka (CR) dengan anda, hal ini dapat terjadi karena pembentukan perilaku
antara UCS, CS, UCR, dan CR seperti ekperimen yang telah dilakukan oleh Pavlov.
Belajar
adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang konkret atau
yang non konkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Aplikasi
teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal
seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media
dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Adapun contoh aplikasi teori belajar
behaviorisme menurut Pavlov adalah pada awal tatap muka antara guru dan murid
dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan
memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan
dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.
Pada awal masuk kelas, guru memberikan kenyamanan pada siswa sehingga siswa merasa aman untuk melanjutkan pembelajaran. Sebagai pembukaan guru dapat bertanya kepada siswa tetang kabar mereka, keluarga, hewan peliharaan/hal pribadi dalam hidup mereka dan apakah siswa sudah siap untuk belajar.Dalam pembukaan pembelajaran guru memberikan motivasi, untuk memberikan stimulus guru dapat memberikan makanan kecil pada siswa apabila siswa dapat menjawab pertanyaan (respon). Hal ini untuk membangkitkan semangat siswa untuk menjawab pertanyaan. Dengan demikian bila stimulus ini terjadi terus- menerus akan menjadikan siswa menjadi aktif dalam pembelajaran.
Pada awal masuk kelas, guru memberikan kenyamanan pada siswa sehingga siswa merasa aman untuk melanjutkan pembelajaran. Sebagai pembukaan guru dapat bertanya kepada siswa tetang kabar mereka, keluarga, hewan peliharaan/hal pribadi dalam hidup mereka dan apakah siswa sudah siap untuk belajar.Dalam pembukaan pembelajaran guru memberikan motivasi, untuk memberikan stimulus guru dapat memberikan makanan kecil pada siswa apabila siswa dapat menjawab pertanyaan (respon). Hal ini untuk membangkitkan semangat siswa untuk menjawab pertanyaan. Dengan demikian bila stimulus ini terjadi terus- menerus akan menjadikan siswa menjadi aktif dalam pembelajaran.
Dalam
pembelajaran guru hendaknya menjadikan lingkungan belajar yang nyaman dan
hangat, sehingga kelas menjadi satu kesatuan (saling berhubungan) dengan emosi
positf (adanya hubungan persahabatan/kekerabatan) Guru berusaha agar siswa
merespek satu sama lain pada prioritas tinggi di kelas, misalnya, pada diskusi
kelas guru merangsang siswa untuk berpendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan.
Pada
pembelajaran dalam tanya jawab, guru berusaha membuat siswa berada dalam
situasi yang nyaman dengan memberikan hasil (positf outcome – masukan positif).
Misalnya, jika siswa diam/tidak aktif, maka guru bisa memulai dengan pertanyaan
”apa pendapatmu tentang masalah ini”, atau bagaimana kamu membandingkan dua
contoh ini”. Dengan kata lain, guru memberi pertanyaan yang dapat memancing
siswa untuk berpendapat. Namun jika dengan cara inipun siswa tidak sanggup/
segan untuk merespon, maka tugas guru untuk membimbing/ memacu sampai siswa
memberi jawaban yang dapat diterima.
Skenario
Pembelajaran menurut teori Pavlov
·
Matematika merupakan
mata pelajaran yang dianggap sulit.
·
Di suatu sekolah
sedang diadakan kegiatan belajar mengajar, guru matematika ini tidak disenangi
oleh para muridnya karena cara mengajarnya monoton dan sifat guru yang terkesan
galak. Sehingga anak didiknya merasa takut saat kegiatan pembelajaran.
·
Karena suatu hal,
guru ini dipindah tugaskan sehingga dihadirkan guru yang menyenangkan dalam
menyampaikan materi.
·
Dalam proses belajar,
murid yang bisa menyelesaikan permasalahan dari guru, maka akan diberi hadiah.
·
Dengan demikian, dari
yang tadinya murid merasa bosan menghadapi soal dan menganggap matematika
sulit, maka murid akan merasa termotivasi dan merasa senang dalam proses
belajar.
·
Siswa akan
membiasakan diri untuk menyelesaikan permasalahan dengan baik, karena mereka
berlomba untuk menjadi yang terbaik dan agar mendapat hadiah.
·
System ini dilakukan
secara terus- menerus.
·
Suatu hari guru tidak
dapat hadir, namun guru tetap memberikan tugas untuk diselesaikan.
·
Karena murid sudah
terbiasa untuk selalu menyelesaikan soal dengan baik, maka muris akan
menyelesaikan soal itu dengan sungguh-sungguh walaupun sang guru tidak hadir
saat itu.
Pada Pembelajaran Matematika ini ada 2 orang yang berperan sebagai Guru
Matematika,yakni guru Matematika yang galak dan guru Matematika yang baik. 3
orang lainnya menjadi siswa dan 1 orang menjadi prolog.
Diceritakan bahwa siswa merasa bosan dengan pengajaran guru yang galak,
setiap pemnbelajaran matematika siswa selalu merasa takut dan tertekan sehingga
membuat siswa tidakmempunyai motivasi untuk memahami matematika.
Kemudian
didatangkan seorang guru matematika yang baik, yang mana guru itu mampu membawa
dan memahami kondisi setiap siswa sehingga siswa timbul motivasi untuk bisa
memahami dan menegerjakan soal matematika. Guru ini sering memberikan latihan
soal. Unutk setiap siswa yang berani dan bisa mengerjakan akan diberikan reward. Kegiatan ini dilakukan secara
terus menerus sehingga menjadi proses
pembiasaan. Sehingga hal ini dapat memotivasi siswa untuk bisa
mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. Namun seiring berjalannya waktu
guru memberikan soal tanpa imbalan reward
seperti biasanya dan siswa pun karena telah terbiasa mengerjakan soal yang
diberikan guru tanpa ada reward pun
siswa berantusias untuk mengerjakan soal tersebut. Selain itu guru pun sering
mengkoreksi tugas-tugas yang ia berikan pada muridnya,sehinggga murid akan
terbiasa mengerjakan tugas dan dapat memahami materi tersebut.
Inilah aplikasi
proses pembiasaan yang digambarkan oleh Ivan P Pavlov .