Teori kognitif
yang Dominan Menurut Donald A. Norman
serta Implikasi
dalam pendidikan
Oleh:
Saddam Dewana
ABSTRAK
Makalah
ini dilatarbelakangi oleh beberapa guru belum menerapkan cara pembelajaran yang
efektif dalam menerapkanmetode mengajar atau cara mengatasi masalah dalam
belajar baik dikelas maupun dilapangan sehingga dibutuhkan keterampilan seorang
guru untuk menunjang dalam proses belajar mengajar salah satunya terkait
keterampilan profesional sehingga dalam makalah ini akan membantu para calon
pendidik untuk menerapkan teori pembelajaran menurut Donald A. Norman.
Faktor
utama yang akan dikembangkan dalam pembelajaran ada 3 aspek yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik dalam penjas, penjas tidak hanya psikomotorik akan
tetapi faktor kognitif dan afektif juga utama dalam menerima informasi dan
mengolah infomasi ke otak sehingga penerapan teori kognitif adalah hal poin
penting pada pembelajaran sehingga informasi yang diberikan oleh guru dapat
diterima oleh siswa dan menerapkan berupa tindakan/actionyang diharapkan oleh guru.
Teori
kognitivisme yang dikemukakan oleh Norman disebut sebagai “teori mengolah
informasi” dengan melakukan pendekatan teori mengolah informasi dengan
mengaplikasikan cara belajar manusia dengan cara pemrosesan sebuah komputer.
Menurut Norman cara pembelajaran meliputi: pertumbuhan, penyelarasan,
pembelajaran dengan analogi, ingatan. Sehingga teori Norman lebih menekankan
cara pembelajran dari segi kognitivisme selain itu juga mengaplikasikan teori
kognitivisme pada penjas menurut Norman ada 3 hal yang dikelola untuk mengingat
dengan sukses yaitu perolehan, penyimpanan, dan mengingat kembali.Sehingga
gagasan Norman nampak nya sulit dibantah apalagi diera global dan sains
mutakhir seperti sekarang, merupakan hal utama dan faktor penting untuk meraih
kesuksesan. Siapa yang paling banyak pengetahuan dan informasilah yang bisa
memperoleh ruang lebar untuk menggapai prestasi.
Kata kunci:
Teori kognitivisme, cara pembelajaran menurut Donald A.Norman.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
BelakangMasalah
Dalam
dunia pendidikan khususnya pendidikan disekolah dasar, sekolah menengah pertama
dan sekolah menengah atas maupun di tingkat universitas, beberapa guru belum
menerapkan cara pembelajaran yang efektif dalam mengajar atau cara mengatasi
masalah dalam belajar dikelas sebenarnya banyak cara dalam menerapkan
pembelajaran baik dikelas maupun dilapangan untuk menunjang keterampilan
seorang guru, dalam proses belajar mengajar salah satunya keterampilan
profesional. Ada beberapa cara pembelajaran yang di terapkan dalam dunia
pendidikan sekolah salah satunya discovery
learning,inquiry, inklusi, scientific dll. Guru juga dituntut untuk
menguasi kelas dengan keseluruhan menghadapi siswa yang memiliki berbagai
karakter dan kepribadian yang berbeda serta cara menerima respon dalam pembelajaran
pun berbeda yang diberikan oleh guru.
Faktor
utama dalam pembelajaran yang harus diterapkan ada 3 aspek yaitu Kognitif,
afektif dan psikomotorik dalam penjas, penjas tidak hanya psikomotorik akan
tetapi faktor kognitif dan afektif yang paling utama dalam menerima informasi
dan mengolah infomasi ke otak sehingga penerapan teori kognitif adalah hal poin
penting pada pembelajaran sehingga informasi yang diberikan oleh guru dapat
diterima oleh siswa dan diterapkan berupa tindakan yang diharapkan oleh guru.
Teori
kognitivisme yang dikemukakan oleh Norman disebut sebagai “teori mengolah
informasi” dengan melakukan pendekatan teori mengolah informasi dengan
mengaplikasikan cara belajar manusia dengan cara pemrosesan sebuah komputer.
Menurut Norman cara pembelajaran meliputi: pertumbuhan, penyelarasan,
pembelajaran dengan analogi dan ingatan. Sehingga teori Norman lebih menekankan
cara pembelajaran dari segi kognitivisme selain itu juga Pengaplikasikan teori kognitivisme
pada penjas. Menurut Norman ada 3 hal yang dikelola untuk mengingat dengan
sukses yaitu perolehan, penyimpanan, dan mengingat kembali.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu teori Donald A. Norman ?
2. Bagaimana
cara pembelajaran (mode learning)
menurut Norman?
3. Apa
kekurangan dan kelebihan teori kognitivisme menurut Norman?
4. Bagaimana
implikasi teori kognitivisme menurut Norman dalam Penjas?
C.
Tujuan
Makalah
Makalah
ini bertujuan mahasiswa dapat mengetahui apa itu teori pembelajaran menurut
Norman, bagaimana cara pembelajaran teori kognitivisme serta kelebihan dan
kelemahannya teori menurut Donald A. Norman.
D. Manfaat Makalah
Adapunmanfaat yang diambildarimakalah diatasadalahsebagaiberikut:
1. Bagi
mahasiswa, makalah ini menjadi bahan dan pedoman pembelajaran untuk diterapkan dalam
pembelajaran penjas baik dikelas maupun di lapangan.
2. Bagi
dosen pembimbing, dapat mengarahkan penulis dalam pembuatan makalah ini untuk pembelajaran
terkait Teori Donal A. Norman.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Donald A. Norman
Teori
yang dikemukakan oleh Donald A. Norman yang lahir tahun 1935. Dalam bukunya An Introduction to Theories of Learning,
Olson dan Hergenhahn memilih Donald A. Norman sebagai representasi dari
psikologi proses informasi (information
processing of psychology) karena ketertarikannya pada proses belajar dan
secara komprehensif mendalami hal itu dari pada kerja yang lainnya. Maka, teori
belajar Norman bisa juga disebut “teori pengolahan informasi”. (Heri Rahyubi,
2014: 203).
Secara
umum pendekatan teori pengolahan informasi menganalogikan cara belajar manusia
seperti beroperasinya sebuah komputer. Artinya, manusia dilihat sebagai sebuah
mesin yang menerima informasi dari luar dirinya (lingkungan), mengolah
informasi tersebut dengan satu atau beberapa cara, lantas melakukan “tindakan”
dan “aksi” dari bekal informasi yang didapatkan itu.
Norman lebih intens melakukan
penelitian-penelitian tentang pembelajaran yang lebih menitikberatkan kepada
proses kognitif.
Pembelajar
|
Menerima
informasi
|
Mengolah
Informasi
|
Melakukan
Tindakan
|
(Proses
pembelajaran dan teori pengolahan informasi
menurut Donald A. Norman)
Dalam pemikiran
Norman tentang belajar yang terwujud dalam 3 hukum, semuanya menitikberatkan pada
hubungan sebab akibat antara tindakan (aksi) dan hasil. Diantaranya sebagai
berikut:
1.
Hukum
hubungan sebab akibat (the law of casual
relationship).
Untuk mengetahui kaitan antara
suatu tindakan dan akibat (hasil)nya, maka seseorang harus mengetahui hubungan
yang nyata diantara keduanya.
2.
Hukum
belajar sebab akibat (the law of casual
learning).
Pertama, untuk hasil yang
diinginkan, seseorang mencoba mengulangi tindakan-tindakan tertentu yang
memiliki suatu hubungan sebab akibat yang jelas pada hasil yang diinginkan.
Kedua, untuk hasil yang tidak diinginkan, seseorang mencoba menghindari
tindakan-tindakan yang mempunyai suatu hubungan sebab akibat yang jelas untuk
hasil yang tidak diinginkan.
3.
Hukum
umpan balik informasi (the law of
information feedback).
Dalam hukum umpan balik informasi
ini, hasil dari suatu penyajian peristiwa berfungsi sebagai informasi tentang
kejadian tersebut.
B.
Cara
pembelajaran (mode learning).
a.
Pertumbuhan (Accretion)
Yaitu penambahan
pengetahuan pada skemata yang ada, tanpa mengubah strukturnya dalam cara-cara
yang mendasar.
b.
Penyelarasan (Tuning)
Merupakan penyesuaian suatu skema
pada suatu jenis situasi hubungan yang luas. Tuning mencoba memasukkan hal yang amatir pada bentuk yang ahli dan
ini menunjukkan keterlambatan jenis belajar.
c.
Pembelajaran dengan analogi (learning by Analogy)
Pada model
pembelajaran dengan analogi, belajar skemata baru selalu dihubungkan dengan
skemata yang sudah ada. Dalam proses ini, seseorang beranggapan bahwa skemata
yang ada merupakan suatu analogi yang sempurna untuk yang lain, padahal belajar
analogi ini hampir selalu kurang sempurna.
Menurut Norman, ada 3 hal yang
harus dikelola untuk mengingat dengan sukses, yaitu perolehan, penyimpanan, dan
mengingat kembali. Memori terbagi menjadi 3 yaitu:
1) Sensory
Memory
(SM)
Sensory memory
merupakan komponen utama dalam sistem memori. Seseorang menerima informasi atau
stimulus dari lingkungan (seperti sinar, suara, bau, dan sebagainya) terus
menerus melalui alat-alat penerima (reseptor) nya, reseptor adalah sebuah
mekanisme tubuh untuk melihat, mendengar, merasakan, membau dan meraba.
Reseptor juga sering disebut sebagai panca indra. Dalam tahap sensory memory, kaitannya dengan proses
belajar, ada dua hal penting. Pertama, seseorang harus punya perhatian pada
informasi yang diingatnya. Kedua, sewaktu mendapatkan informasi, seseorang
harus dalam kondisi sadar.
2) Short
Therm Memory
(STM)
Suatu sistem penyimpanan yang dapat
menyimpan sejumlah informasi yang terbatas untuk beberapa detik. Latihan sangat
penting dalam proses belajar karena lebih lama suatu item berada dalam short term memory lebih besar
kemungkinannya untuk di transfer ke dalam long
term memory. Tanpa latihan sangat memungkinkan infrmasi tersebut akan cepat
hilang, karena short termmemory
memiliki kapasitas yang terbatas. Untuk itu, dalam aktivitas pembelajaran,
seorang guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih atau mengulang
informasi yang telah diterima.
3)
Long Term Memory (LTM)
Long
term memory adalah bagian dari sistem memori
manusia yang menyimpan informasi untuk suatu periode yang cukup lama. Long term memory memiliki 3 bagian
yaitu: episodic memory, semantic memory, dan prosedural
memory.
Episodic
memory adalah memori pengalaman personal manusia yang
memuat sebuah gambaran secara mental tentang segala sesuatu yang dilihat dan
didengar. Semantic memoryadalah
memori yang berisi ide-ide atau konsep yang berkaitan dengan skema atau
skemata. Selain skema, memori-memori dalam semantic
memory juga disimpan sebagai proposi-proposi atau image. Prosedural memory adalah memori yang berkaitan dengan sesuatu
yang bersifat prosedural sehingga mampu menghadirkan kembali bagaimana segala
sesuatu dikerjakan, khususnya yang berkaitan dengan tugas-tugas yang bersifat
spesifik (Heri Rahyubi, 2014: 151-152).
C.
Kelebihan
dan Kekurangan Teori Kogntivisme.
Sebagaimana
teori behaviorisme, teori kognitivisme juga banyak berpengaruh pada lembaga
pendidikan dan praktik pembelajaran. Aliran ini memberikan kontribusi terhadap
penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar.
Dalam belajar
teori kognitif mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa
meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Belajar merupakan interaksi antara
individu dengan lingkungan dan hal itu terjadi terus menerus hingga sepanjang
hayat. Menurut Norman, untuk memahami kebenaran mengapa manusia bertindak
sebagaimana yang dia lakukan, kita harus memahami berbagai variabel ini dan
yang lain berinteraksi satu sama lain. Pendekatan ini berseberangan dengan
studi dengan tingkah laku manusia yang terisolasikan seperti intelegensi,
memori, formasi konsep atau problem
solving.
Teori pengolahan
informasi yang digagas oleh Norman tak bisa dilepaskan dari perangkat komputer
dan teknologi informasi mutakhir yang canggih. Teori pengolahan informasi lebih
kental warna kognitivismenya dibandingkan dengan behaviorismenya.
1.
Kelebihan
dan kekuatan teori kognitivisme
Teori
kognitivisme terasa lebih manusiawi karena memandang peserta didik atau
pembelajar tak sekedar sebagai obyek, melainkan juga terutama sebagai subyek
(Heri Rahyubi, 2014: 155). Dalam teori belajar kognitivisme, ruang dialog
antara guru dan murid serta praktik belajar yang aktif dan kritis mendapatkan
tempat yang memadai. Misalnya, proses belajar dan pembelajaran tak hanya
dilakukan dengan metode hafalan serta komunikasi dan indoktrinasi searah,
melainkan juga terutama dengan metode uraian, analisis, diskusi, debat, dan
sebagainya. Implikasinya, proses belajar dan pembelajaran berlangsung lebih
enjoy dan nyaman karena faktor-faktor mental, psikis, kesadaran dan semacamnya
dari peserta didik digali, dilibatkan, dan diaktifkan. Proses belajar dan
pembelajaran pun bisa dijalani secara lebih baik dan jalan menuju keberhasilan
dan kesuksesan lebih terbuka lebar”
2.
Kekurangan
dan kelemahan teori kognitivisme
Karena
mempertimbangkan faktor kognisi (mental, kesadaran) dan pengaruh lingkungan
yang kompleks (berbeda dengan teori behaviorisme yang hanya melihat
pembelajaran sebagai aktivitas yang mekanistik antara stimulus dan respons),
maka penerapan teori kognitivisme dalam proses belajar dan pembelajaran terasa
lebih rumit. Artinya, penerapan teori kognitivisme memerlukan waktu dan
ketelatenan yang berlebih. Bagi para pendidik yang tak punya cukup kesabaran,
maka praktik teori belajar kognitif terasa membebani dan menyedot energi,
pikiran, dan tenaga, (Heri Rahyubi, 2014: 155)
3.
Implikasi
teori kognitivisme terhadap pendidikan jasmani
a.
Informasi dan pengetahuan sangat
berpengaruh pada proses belajar dan pembelajaran. Faktor pertama, “memahami apa
yang harus dipelajari”, merupakan hal terpenting saat pembelajaran berlangsung.
Kejelasan mengenai tujuan pembelajaran berupa keterampilan yang harus dikuasai.
Dalam pembelajaran, situasi seperti ini sering disebut sebagai cara memberi
stimulus. (Heri Rahyubi, 2014: 205). Faktor stimulus memberi pengaruh positif
terhadap efektivitas pembelajaran gerak, khususnya dalam penjas olahraga.
Intrusksi secara verbal, demonstasi, dan berbagai alat bantu mengajar bisa
difungsikan untuk memperjelas dan menggapai tujuan pembelajaran gerak dalam
penjaskes dan olahraga. Peserta didik bisa belajar dan mempraktikkan dengan
baik ketika mereka mampu mendemonstrasikan keterampilan gerak yang diharapkan
atau ingin dicapai.
b.
Hubungan sebab akibat sangat berguna
dalam proses belajar dan pembelajaran. Dengan cara ini peserta didik dan
pembelajaran mampu mengambil pelajaran dan hikmah dari tindakan dan usaha yang
dilakukannya, baik itu akibat yang baik maupun buruk. Sehingga siswa mampu mengoreksi,
memperbaiki dan meningkatkan keterampilan gerak nya untuk meraih prestasi atau
nilai yang baik yang diberikan oleh guru. Dalam olahraga prestasi seorang atlet
mampu menganalisis gerakan yang akan dilakukan melalui latihan olah fikir
dengan memvisualisasikan fokus terhadap gerakannya sehingga menghasilkan
gerakan yang diinginkan, inilah implikasi “hukum sebab akibat”.
c.
Untuk meraih hasil pembelajaran yang
baik dan memuaskan, seseorang mencoba mengulang tindakan-tindakan tertentu
untuk kian menguatkan tangga menuju keahlian dan keterampilan motorik, serta
prestasi yang membanggakan. Sebaliknya jika suatu tindakan justru kian
melemahkan dan menjauhkan seseorang pembelajar untuk meraih prestasi
keterampilan motorik dan prestasi, maka cenderung ia tidak akan mengulangi
tindakan yang “salah” tersebut. Misalnya ketika siswa diinstruksikan untuk
melakukan gerakan roll depan pada mata pelajaran senam, agar tidak melakukan
gerakan yang salah atau menimbulkan cedera siswa berusaha mengulangi gerakan
dan belajar teknik-teknik melakukan roll depan dengan benar dengan menggunakan
tengkuk kepala bukan kening sehinnga titik tumpu nya adalah tengkuk belakang
kepala dan kakai rapat mengikuti dorongan kedepan. Siswa dituntut mampu
melakukan dengan benar sehingga untuk menghasilkan gerakan roll depan yang baik
jika gerakan salah maka akan mengalami cedera karena siswa telah mengetahui
sebab akibat yang akan dipraktikkan sama hal nya ketika dalam proses belajar
dikelas untuk mendapatkan nilai yang baik maka siswa harus belajar dan mampu
menjawab soal yang diberikan oleh guru inilah implikasi “hukum belajar sebab
akibat”.
d.
Proses pembelajaran harus terus menerus
dipahami sebagai suatu peningkatan dan gerak menuju kearah yang lebih baik dan
semakin baik. Untuk itu pembelajar yang masih amatir harus menyelaraskan diri
pada yang ahli. Maksudnya pembelajar yang amatir bercermin dan mau belajar pada
orang yang ahli dan profesional pada bidang yang digeluti dengan cara bertemu
langsung atau tayangan film yang memperlihatkan aksi yang telah terampil.
Misalnya berdasarkan usia yang telah ditentukan dan gerak motorik yang dikuasi
tiap umurnya berbeda berdasarkan kemampuannya dan perkembangannya dengan contoh
saja atlet yang berumur 17 tahun sudah mampu memanipultif gerakan loncat indah
artinya ketika seorang atlet yang selalu berlatih setiap hari nya dengan
frekuensi dan intensitas latihan yang telah ditentukan oleh pelatih maka
seringkali terjadi kesalahan selama proses latihan maka adanya dilakukan
pengulangan terus menerus berdasarkan pengamatan pelatih atau teman dengan
memperkecil kesalahan yang dilakukan untuk menghasilkan gerakan-gerakan yang
indah atau dengan memory/mengingat gerakan berdasarkan visualisasi atau tayangan
film gerakan loncat indah, inilah disebut penyelarasan (tuning).
e.
Hukum umpan balik infomasi sangat
diperlukan dalam pembelajaran gerak, khususnya dalam penjas dan olahraga, tanpa
umpan balik, kesuksesan pembelajaran gerak tentu susah dicapai, jika peserta
didik diminta untuk mempraktikkan lompatan dan gerakan senam ketangkasan yang
ideal, sangat perkiraan lompatan dan gerakan masih penuh improvisasi yang belum
ideal. Namun setelah diberi umpan balik
dan evaluasi secukupnya dari guru atau pelatih, maka lama-kelamaan
tinggi lompatan dan gerakan senamnya akan semakin baik, ideal dan sempurna.
Alhasil atlet tersebut dapat memecahkan masalah nya sendiri berdasarkan proses
yang dialami nya, akan tetapi setiap anak berbeda dalam menerima informasi
tergantung dengan cara pelatih atau guru yang membimbing siswa tersebut.
f.
Memori sangat berguna dalam proses
pembelajaran. Memori ini merupakan proses memperoleh informasi dan hal-hal lain
yang penting dan relevan dengan pembelajaran, menyimpannya, lalu mengungkapkan
nya kembali. Misalnya seorang guru menerapkan gaya mengajar resiprokal dimana
guru pada awal pertemuan akan membahas bola basket maka guru akan memberikan
stimulus dan akan memberikan pertanya kepada siswa “ada berapa macam teknik
passing dalam bola basket yang kalian amati ketika melihat permainan basket
atau sepengetahuan siswa?” setelah diskusi bersama mendapatkan jawaban maka
pertemuan selanjutnya guru akan mengulang kembali pertanyaan seputar permainan
dan peraturan dalam bola basket tersebut, dan beberapa siswa mungkin sudah ada
yang paham terlebih dahulu baik itu dari ingatan pengalaman pribadinya atau
pengetahuan akan ketahuannya.
g.
Proses pembelajaran yang dipengaruhi
beberapa faktor, antara lain interaksi kondisi arus stimulus, memori pengalaman
masa lalu, emosi, kepercayaan, sikap, pengaruh sosial dan budaya, kehadiran
manusia laki-laki (kebudayaan patriarkis). Semua faktor ini sadar atau tidak
nya berpengaruh dalam proses pembelajaran, ada yang pengaruh kuat namun ada
juga yang lemah.
Sehingga gagasan Norman
nampak nya sulit dibantah apalagi diera global dan sains mutakhir seperti
sekarang, merupakan hal utama dan faktor penting untuk meraih kesuksesan. Siapa
yang paling banyak pengetahuan dan informasilah yang bisa memperoleh ruang
lebar untuk menggapai prestasi.
BAB
III
KESIMPULAN
Menurut Norman manusia
dilihat sebagai sebuah mesin yang menerima informasi dari luar dirinya
(lingkungan), mengolah informasi tersebut dengan satu atau beberapa cara,
lantas melakukan “tindakan” dan “aksi” dari bekal informasi yang didapatkan
itu.
Dalam kaitannya dengan
teori pengolahan informasi, Norman melansir cukup banyak gagasan, antara lain:
“hukum hubungan sebab akibat”, “hukum belajar sebab akibat”, “penyelarasan (tuning)”, dan ingatan (memory). Menurut norman ada 3 hal yang
harus dikelola untuk mengingat dengan sukses, yaitu: perolehan, penyimpanan dan
mengingat kembali. Informasi dan pengetahuan bukanlah satu-satunya faktor untuk
mencapai prestasi, bahkan banyak faktor lainnya misal keandalan pendidik, etos
para pembelajar, dan fasilitas yang mencukupi.
DAFTAR
PUSTAKA
Rahyudi, Heri, Dr, M.Pd (2014). Teori-teori Belajar dan Aplikasi
Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media
Hergenhahn B.R , Olson H. Matthew, (2008). Theories of Learning. Jakarta: Kencana
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih, Komentar dan saran...
Sukses Selalu