Labels

Monday, 11 January 2016

Teori Pembelajran Teori kognitif yang Dominan Menurut Donald A. Norman serta Implikasi dalam pendidikan

Teori kognitif yang Dominan Menurut Donald A. Norman
serta Implikasi dalam pendidikan
Oleh:
Saddam Dewana
ABSTRAK


Makalah ini dilatarbelakangi oleh beberapa guru belum menerapkan cara pembelajaran yang efektif dalam menerapkanmetode mengajar atau cara mengatasi masalah dalam belajar baik dikelas maupun dilapangan sehingga dibutuhkan keterampilan seorang guru untuk menunjang dalam proses belajar mengajar salah satunya terkait keterampilan profesional sehingga dalam makalah ini akan membantu para calon pendidik untuk menerapkan teori pembelajaran menurut Donald A. Norman.
Faktor utama yang akan dikembangkan dalam pembelajaran ada 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik dalam penjas, penjas tidak hanya psikomotorik akan tetapi faktor kognitif dan afektif juga utama dalam menerima informasi dan mengolah infomasi ke otak sehingga penerapan teori kognitif adalah hal poin penting pada pembelajaran sehingga informasi yang diberikan oleh guru dapat diterima oleh siswa dan menerapkan berupa tindakan/actionyang diharapkan oleh guru.
Teori kognitivisme yang dikemukakan oleh Norman disebut sebagai “teori mengolah informasi” dengan melakukan pendekatan teori mengolah informasi dengan mengaplikasikan cara belajar manusia dengan cara pemrosesan sebuah komputer. Menurut Norman cara pembelajaran meliputi: pertumbuhan, penyelarasan, pembelajaran dengan analogi, ingatan. Sehingga teori Norman lebih menekankan cara pembelajran dari segi kognitivisme selain itu juga mengaplikasikan teori kognitivisme pada penjas menurut Norman ada 3 hal yang dikelola untuk mengingat dengan sukses yaitu perolehan, penyimpanan, dan mengingat kembali.Sehingga gagasan Norman nampak nya sulit dibantah apalagi diera global dan sains mutakhir seperti sekarang, merupakan hal utama dan faktor penting untuk meraih kesuksesan. Siapa yang paling banyak pengetahuan dan informasilah yang bisa memperoleh ruang lebar untuk menggapai prestasi.


Kata kunci: Teori kognitivisme, cara pembelajaran menurut Donald A.Norman.










BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar BelakangMasalah
Dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan disekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas maupun di tingkat universitas, beberapa guru belum menerapkan cara pembelajaran yang efektif dalam mengajar atau cara mengatasi masalah dalam belajar dikelas sebenarnya banyak cara dalam menerapkan pembelajaran baik dikelas maupun dilapangan untuk menunjang keterampilan seorang guru, dalam proses belajar mengajar salah satunya keterampilan profesional. Ada beberapa cara pembelajaran yang di terapkan dalam dunia pendidikan sekolah salah satunya discovery learning,inquiry, inklusi, scientific dll. Guru juga dituntut untuk menguasi kelas dengan keseluruhan menghadapi siswa yang memiliki berbagai karakter dan kepribadian yang berbeda serta cara menerima respon dalam pembelajaran pun berbeda yang diberikan oleh guru.
Faktor utama dalam pembelajaran yang harus diterapkan ada 3 aspek yaitu Kognitif, afektif dan psikomotorik dalam penjas, penjas tidak hanya psikomotorik akan tetapi faktor kognitif dan afektif yang paling utama dalam menerima informasi dan mengolah infomasi ke otak sehingga penerapan teori kognitif adalah hal poin penting pada pembelajaran sehingga informasi yang diberikan oleh guru dapat diterima oleh siswa dan diterapkan berupa tindakan yang diharapkan oleh guru.
Teori kognitivisme yang dikemukakan oleh Norman disebut sebagai “teori mengolah informasi” dengan melakukan pendekatan teori mengolah informasi dengan mengaplikasikan cara belajar manusia dengan cara pemrosesan sebuah komputer. Menurut Norman cara pembelajaran meliputi: pertumbuhan, penyelarasan, pembelajaran dengan analogi dan ingatan. Sehingga teori Norman lebih menekankan cara pembelajaran dari segi kognitivisme selain itu juga Pengaplikasikan teori kognitivisme pada penjas. Menurut Norman ada 3 hal yang dikelola untuk mengingat dengan sukses yaitu perolehan, penyimpanan, dan mengingat kembali.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu teori Donald A. Norman ?
2.      Bagaimana cara pembelajaran (mode learning) menurut Norman?
3.      Apa kekurangan dan kelebihan teori kognitivisme menurut Norman?
4.      Bagaimana implikasi teori kognitivisme menurut Norman dalam Penjas?
C.    Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan mahasiswa dapat mengetahui apa itu teori pembelajaran menurut Norman, bagaimana cara pembelajaran teori kognitivisme serta kelebihan dan kelemahannya teori menurut Donald A. Norman.
D.    Manfaat Makalah
Adapunmanfaat yang diambildarimakalah diatasadalahsebagaiberikut:
1.      Bagi mahasiswa, makalah ini menjadi bahan dan pedoman  pembelajaran untuk diterapkan dalam pembelajaran penjas baik dikelas maupun di lapangan.
2.      Bagi dosen pembimbing, dapat mengarahkan penulis dalam pembuatan makalah ini untuk pembelajaran terkait Teori Donal A. Norman.












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori Donald A. Norman
Teori yang dikemukakan oleh Donald A. Norman yang lahir tahun 1935. Dalam bukunya An Introduction to Theories of Learning, Olson dan Hergenhahn memilih Donald A. Norman sebagai representasi dari psikologi proses informasi (information processing of psychology) karena ketertarikannya pada proses belajar dan secara komprehensif mendalami hal itu dari pada kerja yang lainnya. Maka, teori belajar Norman bisa juga disebut “teori pengolahan informasi”. (Heri Rahyubi, 2014: 203).
Secara umum pendekatan teori pengolahan informasi menganalogikan cara belajar manusia seperti beroperasinya sebuah komputer. Artinya, manusia dilihat sebagai sebuah mesin yang menerima informasi dari luar dirinya (lingkungan), mengolah informasi tersebut dengan satu atau beberapa cara, lantas melakukan “tindakan” dan “aksi” dari bekal informasi yang didapatkan itu.
Norman lebih intens melakukan penelitian-penelitian tentang pembelajaran yang lebih menitikberatkan kepada proses kognitif.
Pembelajar
Menerima informasi
Mengolah Informasi
Melakukan Tindakan
 












(Proses pembelajaran dan teori pengolahan informasi
 menurut Donald A. Norman)
Dalam pemikiran Norman tentang belajar yang terwujud dalam 3 hukum, semuanya menitikberatkan pada hubungan sebab akibat antara tindakan (aksi) dan hasil. Diantaranya sebagai berikut:
1.    Hukum hubungan sebab akibat (the law of casual relationship).
Untuk mengetahui kaitan antara suatu tindakan dan akibat (hasil)nya, maka seseorang harus mengetahui hubungan yang nyata diantara keduanya.
2.    Hukum belajar sebab akibat (the law of casual learning).
Pertama, untuk hasil yang diinginkan, seseorang mencoba mengulangi tindakan-tindakan tertentu yang memiliki suatu hubungan sebab akibat yang jelas pada hasil yang diinginkan. Kedua, untuk hasil yang tidak diinginkan, seseorang mencoba menghindari tindakan-tindakan yang mempunyai suatu hubungan sebab akibat yang jelas untuk hasil yang tidak diinginkan.
3.    Hukum umpan balik informasi (the law of information feedback).
Dalam hukum umpan balik informasi ini, hasil dari suatu penyajian peristiwa berfungsi sebagai informasi tentang kejadian tersebut.
B.     Cara pembelajaran (mode learning).
a.         Pertumbuhan (Accretion)
Yaitu penambahan pengetahuan pada skemata yang ada, tanpa mengubah strukturnya dalam cara-cara yang mendasar.
b.             Penyelarasan (Tuning)
Merupakan penyesuaian suatu skema pada suatu jenis situasi hubungan yang luas. Tuning mencoba memasukkan hal yang amatir pada bentuk yang ahli dan ini menunjukkan keterlambatan jenis belajar.
c.                  Pembelajaran dengan analogi (learning by Analogy)
Pada model pembelajaran dengan analogi, belajar skemata baru selalu dihubungkan dengan skemata yang sudah ada. Dalam proses ini, seseorang beranggapan bahwa skemata yang ada merupakan suatu analogi yang sempurna untuk yang lain, padahal belajar analogi ini hampir selalu kurang sempurna.
Menurut Norman, ada 3 hal yang harus dikelola untuk mengingat dengan sukses, yaitu perolehan, penyimpanan, dan mengingat kembali. Memori terbagi menjadi 3 yaitu:
1)   Sensory Memory (SM)
     Sensory memory merupakan komponen utama dalam sistem memori. Seseorang menerima informasi atau stimulus dari lingkungan (seperti sinar, suara, bau, dan sebagainya) terus menerus melalui alat-alat penerima (reseptor) nya, reseptor adalah sebuah mekanisme tubuh untuk melihat, mendengar, merasakan, membau dan meraba. Reseptor juga sering disebut sebagai panca indra. Dalam tahap sensory memory, kaitannya dengan proses belajar, ada dua hal penting. Pertama, seseorang harus punya perhatian pada informasi yang diingatnya. Kedua, sewaktu mendapatkan informasi, seseorang harus dalam kondisi sadar.
2)   Short Therm Memory (STM)
     Suatu sistem penyimpanan yang dapat menyimpan sejumlah informasi yang terbatas untuk beberapa detik. Latihan sangat penting dalam proses belajar karena lebih lama suatu item berada dalam short term memory lebih besar kemungkinannya untuk di transfer ke dalam long term memory. Tanpa latihan sangat memungkinkan infrmasi tersebut akan cepat hilang, karena short termmemory memiliki kapasitas yang terbatas. Untuk itu, dalam aktivitas pembelajaran, seorang guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih atau mengulang informasi yang telah diterima.
3)   Long Term Memory (LTM)
Long term memory adalah bagian dari sistem memori manusia yang menyimpan informasi untuk suatu periode yang cukup lama. Long term memory memiliki 3 bagian yaitu: episodic memory, semantic memory,  dan prosedural memory.
Episodic memory adalah memori pengalaman personal manusia yang memuat sebuah gambaran secara mental tentang segala sesuatu yang dilihat dan didengar. Semantic memoryadalah memori yang berisi ide-ide atau konsep yang berkaitan dengan skema atau skemata. Selain skema, memori-memori dalam semantic memory juga disimpan sebagai proposi-proposi atau image. Prosedural memory adalah memori yang berkaitan dengan sesuatu yang bersifat prosedural sehingga mampu menghadirkan kembali bagaimana segala sesuatu dikerjakan, khususnya yang berkaitan dengan tugas-tugas yang bersifat spesifik (Heri Rahyubi, 2014: 151-152).
C.    Kelebihan dan Kekurangan Teori Kogntivisme.
Sebagaimana teori behaviorisme, teori kognitivisme juga banyak berpengaruh pada lembaga pendidikan dan praktik pembelajaran. Aliran ini memberikan kontribusi terhadap penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar.
Dalam belajar teori kognitif mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Belajar merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan dan hal itu terjadi terus menerus hingga sepanjang hayat. Menurut Norman, untuk memahami kebenaran mengapa manusia bertindak sebagaimana yang dia lakukan, kita harus memahami berbagai variabel ini dan yang lain berinteraksi satu sama lain. Pendekatan ini berseberangan dengan studi dengan tingkah laku manusia yang terisolasikan seperti intelegensi, memori, formasi konsep atau problem solving
Teori pengolahan informasi yang digagas oleh Norman tak bisa dilepaskan dari perangkat komputer dan teknologi informasi mutakhir yang canggih. Teori pengolahan informasi lebih kental warna kognitivismenya dibandingkan dengan behaviorismenya.
1.    Kelebihan dan kekuatan teori kognitivisme
Teori kognitivisme terasa lebih manusiawi karena memandang peserta didik atau pembelajar tak sekedar sebagai obyek, melainkan juga terutama sebagai subyek (Heri Rahyubi, 2014: 155). Dalam teori belajar kognitivisme, ruang dialog antara guru dan murid serta praktik belajar yang aktif dan kritis mendapatkan tempat yang memadai. Misalnya, proses belajar dan pembelajaran tak hanya dilakukan dengan metode hafalan serta komunikasi dan indoktrinasi searah, melainkan juga terutama dengan metode uraian, analisis, diskusi, debat, dan sebagainya. Implikasinya, proses belajar dan pembelajaran berlangsung lebih enjoy dan nyaman karena faktor-faktor mental, psikis, kesadaran dan semacamnya dari peserta didik digali, dilibatkan, dan diaktifkan. Proses belajar dan pembelajaran pun bisa dijalani secara lebih baik dan jalan menuju keberhasilan dan kesuksesan lebih terbuka lebar”
2.         Kekurangan dan kelemahan teori kognitivisme
Karena mempertimbangkan faktor kognisi (mental, kesadaran) dan pengaruh lingkungan yang kompleks (berbeda dengan teori behaviorisme yang hanya melihat pembelajaran sebagai aktivitas yang mekanistik antara stimulus dan respons), maka penerapan teori kognitivisme dalam proses belajar dan pembelajaran terasa lebih rumit. Artinya, penerapan teori kognitivisme memerlukan waktu dan ketelatenan yang berlebih. Bagi para pendidik yang tak punya cukup kesabaran, maka praktik teori belajar kognitif terasa membebani dan menyedot energi, pikiran, dan tenaga, (Heri Rahyubi, 2014: 155)
3.    Implikasi teori kognitivisme terhadap pendidikan jasmani
a.         Informasi dan pengetahuan sangat berpengaruh pada proses belajar dan pembelajaran. Faktor pertama, “memahami apa yang harus dipelajari”, merupakan hal terpenting saat pembelajaran berlangsung. Kejelasan mengenai tujuan pembelajaran berupa keterampilan yang harus dikuasai. Dalam pembelajaran, situasi seperti ini sering disebut sebagai cara memberi stimulus. (Heri Rahyubi, 2014: 205). Faktor stimulus memberi pengaruh positif terhadap efektivitas pembelajaran gerak, khususnya dalam penjas olahraga. Intrusksi secara verbal, demonstasi, dan berbagai alat bantu mengajar bisa difungsikan untuk memperjelas dan menggapai tujuan pembelajaran gerak dalam penjaskes dan olahraga. Peserta didik bisa belajar dan mempraktikkan dengan baik ketika mereka mampu mendemonstrasikan keterampilan gerak yang diharapkan atau ingin dicapai.
b.         Hubungan sebab akibat sangat berguna dalam proses belajar dan pembelajaran. Dengan cara ini peserta didik dan pembelajaran mampu mengambil pelajaran dan hikmah dari tindakan dan usaha yang dilakukannya, baik itu akibat yang baik maupun buruk. Sehingga siswa mampu mengoreksi, memperbaiki dan meningkatkan keterampilan gerak nya untuk meraih prestasi atau nilai yang baik yang diberikan oleh guru. Dalam olahraga prestasi seorang atlet mampu menganalisis gerakan yang akan dilakukan melalui latihan olah fikir dengan memvisualisasikan fokus terhadap gerakannya sehingga menghasilkan gerakan yang diinginkan, inilah implikasi “hukum sebab akibat”.
c.         Untuk meraih hasil pembelajaran yang baik dan memuaskan, seseorang mencoba mengulang tindakan-tindakan tertentu untuk kian menguatkan tangga menuju keahlian dan keterampilan motorik, serta prestasi yang membanggakan. Sebaliknya jika suatu tindakan justru kian melemahkan dan menjauhkan seseorang pembelajar untuk meraih prestasi keterampilan motorik dan prestasi, maka cenderung ia tidak akan mengulangi tindakan yang “salah” tersebut. Misalnya ketika siswa diinstruksikan untuk melakukan gerakan roll depan pada mata pelajaran senam, agar tidak melakukan gerakan yang salah atau menimbulkan cedera siswa berusaha mengulangi gerakan dan belajar teknik-teknik melakukan roll depan dengan benar dengan menggunakan tengkuk kepala bukan kening sehinnga titik tumpu nya adalah tengkuk belakang kepala dan kakai rapat mengikuti dorongan kedepan. Siswa dituntut mampu melakukan dengan benar sehingga untuk menghasilkan gerakan roll depan yang baik jika gerakan salah maka akan mengalami cedera karena siswa telah mengetahui sebab akibat yang akan dipraktikkan sama hal nya ketika dalam proses belajar dikelas untuk mendapatkan nilai yang baik maka siswa harus belajar dan mampu menjawab soal yang diberikan oleh guru inilah implikasi “hukum belajar sebab akibat”.
d.        Proses pembelajaran harus terus menerus dipahami sebagai suatu peningkatan dan gerak menuju kearah yang lebih baik dan semakin baik. Untuk itu pembelajar yang masih amatir harus menyelaraskan diri pada yang ahli. Maksudnya pembelajar yang amatir bercermin dan mau belajar pada orang yang ahli dan profesional pada bidang yang digeluti dengan cara bertemu langsung atau tayangan film yang memperlihatkan aksi yang telah terampil. Misalnya berdasarkan usia yang telah ditentukan dan gerak motorik yang dikuasi tiap umurnya berbeda berdasarkan kemampuannya dan perkembangannya dengan contoh saja atlet yang berumur 17 tahun sudah mampu memanipultif gerakan loncat indah artinya ketika seorang atlet yang selalu berlatih setiap hari nya dengan frekuensi dan intensitas latihan yang telah ditentukan oleh pelatih maka seringkali terjadi kesalahan selama proses latihan maka adanya dilakukan pengulangan terus menerus berdasarkan pengamatan pelatih atau teman dengan memperkecil kesalahan yang dilakukan untuk menghasilkan gerakan-gerakan yang indah atau dengan memory/mengingat gerakan berdasarkan visualisasi atau tayangan film gerakan loncat indah, inilah disebut penyelarasan (tuning).
e.         Hukum umpan balik infomasi sangat diperlukan dalam pembelajaran gerak, khususnya dalam penjas dan olahraga, tanpa umpan balik, kesuksesan pembelajaran gerak tentu susah dicapai, jika peserta didik diminta untuk mempraktikkan lompatan dan gerakan senam ketangkasan yang ideal, sangat perkiraan lompatan dan gerakan masih penuh improvisasi yang belum ideal. Namun setelah diberi umpan balik  dan evaluasi secukupnya dari guru atau pelatih, maka lama-kelamaan tinggi lompatan dan gerakan senamnya akan semakin baik, ideal dan sempurna. Alhasil atlet tersebut dapat memecahkan masalah nya sendiri berdasarkan proses yang dialami nya, akan tetapi setiap anak berbeda dalam menerima informasi tergantung dengan cara pelatih atau guru yang membimbing siswa tersebut.

f.          Memori sangat berguna dalam proses pembelajaran. Memori ini merupakan proses memperoleh informasi dan hal-hal lain yang penting dan relevan dengan pembelajaran, menyimpannya, lalu mengungkapkan nya kembali. Misalnya seorang guru menerapkan gaya mengajar resiprokal dimana guru pada awal pertemuan akan membahas bola basket maka guru akan memberikan stimulus dan akan memberikan pertanya kepada siswa “ada berapa macam teknik passing dalam bola basket yang kalian amati ketika melihat permainan basket atau sepengetahuan siswa?” setelah diskusi bersama mendapatkan jawaban maka pertemuan selanjutnya guru akan mengulang kembali pertanyaan seputar permainan dan peraturan dalam bola basket tersebut, dan beberapa siswa mungkin sudah ada yang paham terlebih dahulu baik itu dari ingatan pengalaman pribadinya atau pengetahuan akan ketahuannya.
g.         Proses pembelajaran yang dipengaruhi beberapa faktor, antara lain interaksi kondisi arus stimulus, memori pengalaman masa lalu, emosi, kepercayaan, sikap, pengaruh sosial dan budaya, kehadiran manusia laki-laki (kebudayaan patriarkis). Semua faktor ini sadar atau tidak nya berpengaruh dalam proses pembelajaran, ada yang pengaruh kuat namun ada juga yang lemah.
                        Sehingga gagasan Norman nampak nya sulit dibantah apalagi diera global dan sains mutakhir seperti sekarang, merupakan hal utama dan faktor penting untuk meraih kesuksesan. Siapa yang paling banyak pengetahuan dan informasilah yang bisa memperoleh ruang lebar untuk menggapai prestasi.





BAB III
KESIMPULAN

Menurut Norman manusia dilihat sebagai sebuah mesin yang menerima informasi dari luar dirinya (lingkungan), mengolah informasi tersebut dengan satu atau beberapa cara, lantas melakukan “tindakan” dan “aksi” dari bekal informasi yang didapatkan itu.
Dalam kaitannya dengan teori pengolahan informasi, Norman melansir cukup banyak gagasan, antara lain: “hukum hubungan sebab akibat”, “hukum belajar sebab akibat”, “penyelarasan (tuning)”, dan ingatan (memory). Menurut norman ada 3 hal yang harus dikelola untuk mengingat dengan sukses, yaitu: perolehan, penyimpanan dan mengingat kembali. Informasi dan pengetahuan bukanlah satu-satunya faktor untuk mencapai prestasi, bahkan banyak faktor lainnya misal keandalan pendidik, etos para pembelajar, dan fasilitas yang mencukupi.






















DAFTAR PUSTAKA

Rahyudi, Heri, Dr, M.Pd (2014). Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media
Hergenhahn B.R , Olson H. Matthew, (2008). Theories of Learning. Jakarta: Kencana




No comments:

Post a Comment

Terima Kasih, Komentar dan saran...

Sukses Selalu