TEORI NEUROFISIOLOGIS
DOMINAN DONALD OLDING HEBB
Oleh
ABSTRAK
Donald OldingHebblahirpada 22 Juli 1904 di Chester, Nova Scotia.Kedua orang
tuanyaadalahdokter.Padatahun 1925 Hebbmeraih B.A., dariDollhusie University
dengannilai minimal.Padausia 23 tahun, diamembacakarya Freud
danmerasabahwailmupsikologimasihperludiperbaiki. Karenaketuajurusanpsikologi di
McGill University adalahkawandariibunya,
diaditerimamenjadimahasiswapsikologiparuhwaktumeskinilaikelulusannyapayah.
TujuandariTeoriNeurofisiologisDominan
“Donald OldingHebb” adalahHebbtelahmembuattigaobservasi yang
dijelaskanlewatteorinyabahwaotaktidakberperansebagaistasiunrelay (penghubung). Intelegensi (kecerdasan) berasaldaripengalaman,
dankarenanyatidakditentukansecaragenetik.Pengalamanmasakanak-kanaklebihpentingdalammemengaruhikecerdasanketimbangpengalamanmasadewasa.
MenurutHebb,
adaduajenisbelajar,
yaituberkaitandenganpembentukankumpulansel,dansekuensifasesecara gradual
selamabayidankanak-kanak.
Kata Kunci: neurofisiologis, kumpulansel
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL................................................................................... i
ABSTRAK...................................................................................................
ii
DAFTAR ISI...............................................................................................
iii
BAB
I........................................................................................................... 1
A. Latar
Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan
Penulisan
Masalah............................................................... 3
BAB
II.......................................................................................................... 4
Konsep
Teoretis
Utama................................................................................ 5
A. Lingkungan
Terbatas....................................................................... 5
B. Lingkungan
yang Kaya................................................................... 6
C. Kumpulan
Sel.................................................................................. 7
D. Sekuensi
Fase.................................................................................. 7
E. Teori
Kewaspadaan/Kesiapan......................................................... 8
F. Teori
Kewaspadaan dan Penguatan................................................ 9
G. Deprivasi
Sensoris........................................................................... 9
H. Sifat
Rasa
Takut.............................................................................. 10
I. Memori
Jangka Panjang dan Jangka Pendek.................................. 10
J. Konsolidasi
dan Otak...................................................................... 11
Pengaruh Hebb Terhadap Riset
Neurosaintifik........................................... 12
A. Pusat
Penguatan di Otak................................................................. 12
B. Riset
Terhadap Belahan Otak......................................................... 14
C. Proses
Belajar dan Pemrosesan Informasi Otak Kiri dan Otak
Kanan............................................................................................... 14
D. Fungsi
Belahan Otak di Otak Normal.............................................. 15
E. Spekulasi.......................................................................................... 16
Sel
Riil dan Kumpulan Sel
Riil.................................................................... 17
A. Belajar
dalam
Aplysia......................................................................`17
B. Potensi
Jangka Panjang................................................................... 18
C. Depresi
Jangka
Panjang.................................................................. 18
D. Neuroplastisitas................................................................................ 19
Koneksionisme
Baru................................................................................... 20
Sel
Artifisial dan Kumpulan Sel
Artifisial............................................. 20
Pandangan Hebb tentang Pendidikan.......................................................... 21
Penerapan Teori Hebb pada
Siswa............................................................. 22
Evaluasi Teori
Hebb................................................................................... 23
a. Kontribusi...................................................................................... 23
b. Kritik............................................................................................. 23
BAB
III....................................................................................................... 25
Kesimpulan................................................................................................. 25
Daftar
Pustaka............................................................................................ 26
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Proses belajar pada hakikatnya merupakan
kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Proses perubahan yang terjadi dalam
diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan. Perubahan hanya dapat
dilihat dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Berdasarkan
adanya perubahan perilaku yang ditimbulkan, sebenarnya siswa sudah melakukan
proses belajar.
Kemampuan manusia yang dikembangkan melalui
belajar yaitu pertama, keterampilan intelektual, informasi verbal, strategi
kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.Pendidik dituntut untuk menyediakan
kondisi belajar untuk peserta didik untuk mencapai kemampuan-kemampuan tertentu
yang harus dipelajari oleh subjek didik, karena dengan belajar manusia menjadi
mengerti dan paham tentang hal-hal yang sebelumnya belum mereka ketahui.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkungan. Belajar
memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,
tujuan, kepribadian dan persepsi manusia. Oleh karena itu pengajar harus mampu
menggunakan berbagai cara agar peserta didik mampu memahami yang sudah
diberikan oleh pengajar. Oleh sebab itu mengajar harus memilih pendekatan,
strategi, metode, dan model-model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan
situasi anak yang akan diajar, supaya tujuan pengajaran tercapai dengan hasil
yang baik. Apabila guru tidak menggunakan strategi dan model-model belajar yang
sesuai, hasil belajar yang diharapkan tidak akan tercapai secara optimal.
Perlu diketahui bahwa pendekatan, strategi,
metode, dan model-model pembelajaran yang ada saat ini tidak terlepas dari teori-teori
belajar yang telah dikemukakan oleh para ilmuan. Berdasarkan
penjelasan-penjelasan tersebut dalam makalah ini akan dibahas mengenai teori
belajar neurofisiologis dan model-model pembelajaran yang didasarkan pada teori
belajar neurofisiologis.
Neurofisiologi adalah bagian ilmu fisiologi, yang memelajari
studi fungsi sistem saraf. Ilmu ini berkaitan
erat dengan neurobiologi, psikologi, neurologi, neurofisiologi
klinik, elektrofisiologi, etologi, aktivitas
saraf tinggi, neuroanatomi, ilmu
kognitif, dan ilmu otak lainnya.
Sistem saraf merupakan salah satu sistem
koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi
dan diresponss oleh tubuh.Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap
dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar
maupun dalam.
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel
saraf yang memunyai bentuk bervariasi.Sistem ini meliputi sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi.Dalam kegiatannya, saraf memunyai hubungan kerja seperti
mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor.Reseptor adalah satu
atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan
tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh.Efektor adalah sel
atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan.Contohnya otot dan
kelenjar.
B.
Rumusan masalah dari
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Jelaskan teori belajar neurofisiologis dominan
secara rinci mengenai konsep teoretis utama, pengaruh terhadap nuerosaintifik,
sel riil dan pandangan Hebb tentang pendidikan?
2.
Jelaskan beberapa model pembelajaran yang
didasarkan atau terkait dengan teori belajar neurofisiologis dominan?
C. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teori
belajar neurofisiologis dominan yang dikemukanan oleh Hebb secara rinci.
2.
Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
berbagai model pembelajaran yang didasarkan pada teori belajar neurofisiologis
dominan.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah memberikan
penjelasan kepada mahasiswa akan teori belajar neurofisiologis dominan sehingga
makalah ini dapat dijadikan referensi baik bagi mahasiswa itu sendiri maupun
masyarakat pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Teori Donald Olding Hebb
Donald Olding Hebb lahir pada 22 Juli 1904 di Chester, Nova
Scotia. Kedua orang tuanya adalah dokter. Pada tahun 1925 Hebb meraih B.A.,
dari Dollhusie university dengan nilai minimal. Pada usia 23 tahun, dia membaca
karya Freud dan merasa bahwa ilmu psikologi masih perlu diperbaiki. Karena
ketua jurusan psikologi di McGill University adalah kawan dari ibunya, dia
diterima menjadi mahasiswa psikologi paruh waktu meski nilai kelulusannya payah
(Hergenhahn dan Olson, 2008: 395).
Selama di McGill, Hebb dididik dalam tradisi Pavlovian, dan
dia mendapat gelar M.A., pada 1932. Meski dididik dalam tradisi Pavlovian, dia
melihat ada keterbatasan dalam teori Pavlovian dan meragukan arti pentingnya.
Pada 1934 Hebb memutuskan meneruskan pendidikannya ke University of Chicago,
tempat dia bekerja sama dengan Lashley dan mengikuti kuliah Kohler (Hergenhahn
dan Olson, 2008: 395).
Pada 1935, Lashley menjadi profesor di Harvard, dan dia
mengundang Hebb untuk bekerja sama. Pada 1936, Hebb mendapat gelar Ph.D. dari
Harvard dan menjadi pengajar dan asisten riset di Harvard selama setahun. Pada
1937, Hebb pindah ke Montreal Neurological Institute untuk bekerja sama bersama
ahli bedah otak terkenal Wilder Penfield. Tugas Hebb memelajari status
psikologis dari pasien Penfield setelah pembedahan otak.
Setelah meneliti pasien Penfield selama lima tahun
(1937-1942), Hebb (1980) mengambil kesimpulan tentang intelegensi yang kelak
menjadi bagian penting dari teorinya, ”pengalaman di masa kanak-kanak biasanya
akan mengembangkan konsep, mode pemikiran, dan cara memahami sesuatu yang
menjadi unsur penyusun intelegensi. Cedera pada otak bayi akan mengganggu
proses itu, tetapi cedera yang sama pada usia dewasa tidak.” (Hergenhahn dan
Olson, 2008: 396).
Hebb telah membuat tiga
observasi yang dijelaskan lewat teorinya:
1.
otak tidak berperan
sebagai stasiun relay (penghubung).
2.
intelegensi
(kecerdasan) berasal dari pengalaman, dan karenanya tidak ditentukan secara
genetik.
3.
pengalaman masa
kanak-kanak lebih penting dalam memengaruhi kecerdasan ketimbang pengalaman
masa dewasa.
Buku pertama Hebb adalah The
Organization of Behavior (1949). Publikasi lainnya “Drives and The
C.N.S. (Conceptual Nervous System), menunjukkan kesediaan Hebb (1972) untuk
“memfisiologiskan” proses psikologis. Buku lainnya adalah “Textbook of
Psychology” yang berisi banyak tentang teorinya. Penjelasan Hebb
yang lebih teknis ada dalam “A Study of Science” (1959).
Setelah pensiun dari McGill
University pada 1974, Hebb kembali ke Chester, Nova Scotia, tempat
kelahirannya. Dia tetap aktif secara fisik di dunia psikologi sampai dia
meninggal pada 20 Agustus 1985, di sebuah rumah sakit (Beach, 1987: 187).
KONSEP
TEORETIS UTAMA
a.
Lingkungan
Terbatas
Beberapa
eksperimen menunjukkan efek restricted environment (lingkungan
terbatas) yang bisa melemahkan perkembangan belajar awal dan perkembangan
sistem saraf. Ahli opthalmologi dari Jerman, Von Senden (1932), meneliti orang
dewasa yang dilahirkan dengan menderita katarak bawaan yang tiba-tiba mampu
melihat setelah katarak itu dioperasi. Ditemukan bahwa individu ini dapat
dengan segera mendeteksi kehadiran suatu objek, tetapi mereka tidak bisa
mengidentifikasi dengan menggunakan petunjuk visual saja.Misalnya, walaupun mungkin kita
memperkirakan pasien dapat membedakan dengan mudah antara lingkaran dan
segitiga dengan membandingkan bentuk sisi-sisinya, pasien Von Senden merasa
sangat sulit untuk membedakanya. Selain itu, pasien kesulitan mempelajari
petunjuk-petunjuk untuk membantu mereka membedakan dua bentuk itu. Temuan ini
menunjukan bahwa beberapa persepsi tentang bentuk adalah bersifat bawaan, namun
pengalaman visual dengan berbagai macam objek adalah perlu sebelum obyek-obyek
itu dapat dibedakan satu sama lain. Pelan-pelan dengan latihan keras individu
yang sebelumnya buta ini akhirnya bisa mengenali objek di lingkungan, dan
persepsinya mendekati normal.Banyak studi lain yang mendukung kesimpulan bahwa dengan membatasi
pengalaman sebelumnya, seseorang bisa mencampuri perkembangan intelektual dan
perseptual
b. Lingkungan yang Kaya
Apakah lingkungan kaya
(lingkungan dengan berbagai macam pengalaman motor dan sensoris) akan
memperkaya perkembangan? Jawabanya sepertinya Ya. Hebb melakukan eksperimen
untuk meneliti efek jenis kondisi pengasuhan yang berbeda terhadap perkembangan
intelektual. Hebb membandingkan tikus yang dibesarkan di sangkar
laboratoriumnya dan tikus yang dipelihara oleh putrinya. Ditemukan bahwa tikus
piaraan dalam memecahkan jalur teka teki juah lebih baik katimbang tikus yang
dibesarkan di sangkar laboratorium. Menurut riset dari Rosenzweigh ditemukan
bahwa efek dari lingkungan miskin bisa diperbaiki dengan menempatkan hewan
dilingkungan yang kaya selama beberapa jam sehari. Jadi bahaya atau kerugian
yang disebabkan oleh lingkungan yang terbatas dapat dihilangkan. Diversitas
sensori yang disediakan oleh lingkungan kaya memungkinkan hewan membangun lebih
banyak sirkuit atau jaringan neural (syaraf) yang lebih kompleks. Setelah
berkembang , sirkuit neural ini akan dipakai dalam proses belajar yang baru.
Pengalaman sensori yang sederhana dalam lingkungan yang baru akan membatasi
sirkuit neural atau menunda perkembangan pada hewan yang dibesarkan dalam
lingkungan ini akan kurang bagus dalam memecahkan problem. Implikasi dari riset
ini untuk pendidikan dan pengasuhan anak adalah jelas; Semakin komplek
lingkungan sensoris awal, semakin baik perkembangan keterampilan pemecahan
masalahnya.
c. Kumpulan Sel
Menurut Hebb, setiap lingkungan
yang kita alami akan menstimulasi pola neuron yang kompleks, yang dinamakan
kumpulan sell. Misalnya, saat kita melihat pensil, kita akan menggeser
perhatian kita dari ujung atas sampai ke ujung bawah. Saat perhatian kita
bergerak, neuron-neuron yang berbeda menjadi aktif. Saat semua neuron yang
distimulasi oleh aspek-aspek yang berbeda dari pensil itu sudah distimulasi,
hasilnya adalah persepsidan identifikasi pensil. Namun pada tatapan pertama
kita pada pensil, aspek-aspek dari paket neural yang kompleks ini akan
idenpenden(terpisah-pisah). Misalnya, ketika kita melihat pada satu titik di
pensil, kumpulan sel yang berkorespondensi dengan kejadian itu akan aktif. Ia
awalnya akan mempengaruhi kumpulan neuron yang berhubungan dengan ujung atas
atau bawah pensil. Pada akhirnya, karena
begitu dekatnya waktu antara pengaktifan neuron di kumpulan yang berhubungan
dengan bagian itu dengan yang berkorespondensi dengan bagian lainya, berbagai
bagian dari paket neurologis ini akan menjadi saling terhubung. Kumpulan sel
adalah paket neurologis yang saling terkait yang dapat diaktifkan oleh
stimulasi eksternal atau internal, atau kombinasi keduanya. Ketika satul kumpul
sel aktif, kita mengaktifkan pemikiran tentang kejadian yang direpsentasikan
oleh kumpulan tersebut. Menurut Hebb, kumpulan sel adalah basis neurofisiologis
dari ide atau pemikiran.
d. Sekuensi Fase
Sekuensi Fase adalah serangkaian aktivitas kumpulan sel yang terintegrasi
secara temporer; ia sama dengan arus pemikiran (hebb, 1959, h.629). setelah
berkembang urutan atau sekuensi fase, seperti kumpulan sel, dapat diaktifkan
oleh stimuli internal, stimuli eksternal, atau kombinasi kedua stimuli itu.
Ketika satu fase aktif, kita mengalami arus pemikiran, yakni serangkaian ide
yang ditata secara logis. Menurut Hebb, ada dua jenis belajar. Yang pertama
melibatkan pembentukan kumpulan sel secara pelan di masa awal kehidupan dan
mungkin dapat dijelaskan dengan salah satu teori belajar S-R, seperti teori
Guthrie. Jenis belajar ini adalah asosiasionisme secara langsung. Hebb berpendapat bahwa variabel yang
memengaruhi belajar anak-anak dan yang memengaruhi orang dewasa adalah variabel
yang berbeda-beda. Proses belajarnya anak akan menjadi kerangka
dasar untuk proses belajar selanjutnya.
e. Teori Kewaspadaan/ kesiapan
Kita pernah berada dalam situasi yang terlalu berisik atau ramai sehingga
kita tidak bisa berfikir dengan jernih. Hal ini menunjukan bahwa ketika satu
level stimulasi sudah terlalu tinggi atau terlalu rendah, ia tidak akan
kondusif untuk pelaksanaan fungsi kognitif secara optimal. Hebb membahas
hubungan antara level stimualsi dengan pelaksanaan fungsi kognitif ini dalam
konteks arousal theory (teori kewaspadaan). Menurut Hebb (1955), impuls neural yang dimunculkan
oleh stimulasi dari satu reseptor indra memiliki dua fungsi. Yang pertama
dinamakan cue function of a stimulus (fungsi petunjuk dari stimulus).
Fungsi kedua adalah arrousal function of stimulus (fungsi kewaspadaan dari suatu
stimulus).
Ketika level kewaspadaan
terlalu rendah, seperti organisme sangat mengantuk, informasi sensoris yang
ditransmisikan ke otak tidak dapat digunakan. Demikian pula, jika level
kewaspadaan terlalu tinggi, akan terlalu banyak informasi dikirim ke korteks,
dan akibatnya adalah kebingungan, responss yang berkonflik, dan perilaku yang
tidak relevan. Jadi diperlukan level kewaspadaan yang tidak terlalu tinggi atau
tidak terlalu rendah agar pelaksanaan fungsi kortikal menjadi optimal dan
karenanya menghasilkan kinerja yang optimal.
f. Teori Kewaspadaan dan Penguatan
Menurut Hebb, jika level
kewaspadaan terlalu tinggi, ia akan beroprasi pada lingkungan dengan cara
sedemikian rupa untuk mereduksi level itu. Misalnya, jika siswa berusaha
belajar sambil menonton televisi, mereka mungkin harus memodifikasi lingkungan
(yakni, mematikan televisi) atau mencari lingkungan yang lebih tenang untuk
belajar. Disisi lain, jika lingkungan terlalu sepi dan tidak cukup input
sensoris untuk mempertahankan level kewaspadaan yang optimal, siswa mungkin
akan menaikan level kewaspadaan terlalu tinggi, menurunkan akan menguatkan, dan
ketika level kewaspadaan terlalu rendah, menaikkanya akan menguatkan.
g. Deprivasi Sensori
Sensory deprivation (deprivasi sensoris) menghasilkan efek lebih
dari sekedar kejenuhan. Kebutuhan akan stimulasi normal dari lingkungan yang
bervariasi adalah persoalan fundamental. Tanpa itu, fungsi mental dan
personalitas akan memburuk. Subjek dalam isolasi mengeluh tidak bisa berpikir
secara koheren, mereka semakin berkurang kemampuannya dalam memecahkan masalah,
dan mereka mengalami halusinasi.
Ketika
kondisi deprivasi sensoris sangat parah, orang akan merasa dirinya tertekan dan
hanya bisa menoleransi dalam waktu singkat. Hebb menyimpulkan dari riset ini
bahwa pengalaman sensoris bukan hanya perlu untuk perkembangan neurofisiologis
yang tepat, tetapi juga perlu untuk menjaga fungsi normal. Jika semua kebutuhan
pokok terpenuhi, jika seseorang tidak merasakan stimulasi normal, dia akan
mengalami disorientasi yang parah.
h. Sifat Rasa Takut
Hebb meneliti sumber rasa takut
pada simpanse, dia menghadapkan beberapa simpanse ke obyek penguji, misalnya
topeng berbentuk kepala simpanse, boneka bayi manusia. Hebb mengamati simpanse
tidak menunjukan rasa takut sampai mereka berusia sekitar 4 bulan. Setelah usia
itu, mereka juga tidak merasa takut terhadap obyek yang sudah dikenali maupun
asing bagi mereka. Baru setelah obyek yang dikenali tersebut disajikan dengan
cara yang asing, maka tampak ekspresi rasa takut. Misalnya, simpanse tidak
takut pada boneka tubuh manusia, tetapi ketika ditunjukan sebagian dari tubuh
itu mereka menjadi takut. Respons
ketakutan muncul dalam bentuk utuh saat pertama kali obyek itu ditunjukan
kepada simpanse. Penjelasan Hebb menggunakan kumpulan sel dan urutan fase. Jika
sebuah obyek yang sama sekali asing ditunjukan kepada suatu organisme, tidak
ada kumpulan sel yang telah terbentuk yang berhubungan dengan obyek itu. Dengan
pengulangan, kumpulan itu pelan-pelan berkembang dan tidak ada rasa takut.
Demikian pula, jika suatu obyek yang sudah dikenal ditunjukan, sirkuit neural
yang berkembang dari dari pengalaman sebelumnya dengan obyek itu akan menjadi
aktif dan tidak ada gangguan perilaku. Baru setelah obyek yang
mengaktifkankumpulan sel yang sudah ada atau urutan fase yang sudah ada diikuti
dengan kejadian stimulus yang biasanya mengiringi obyek itu, maka rasa takut
pun muncul.
i. Memori Jangka Panjang dan Pendek
Periset
kini umumnya sepakat ada dua jenis memoris, yaitushort-term memory (memori jangka pendek) dan long-term memory (memori jangka panjang). Memori jangka pendek
diterjemahkan ke dalam memori jangka panjang disebut sebagai consolidation
theory (teori konsolidasi), dan Hebb adalah salah satu
pendukung utama teori ini. Secara umum pengalaman indrawi akan membangkitkan aktivitas neural yang
bertahan lebih lama ketimbang stimulasi yang menyebabkanya. Hebb menyebutnya
sebagai aktivitas neural yang bergema. Meskipun ia mengakui beberapa proses
belajar adalah “segera terbentuk dan permanen”, dia melihat aktivitas yang
bergema ini sebagai basis untuk memori jangka pendek dan sebagai proses yang
menyebabkan perubahan stuktur yang mendasari memori jangka pendek. Pendapat
bahwa memori jangka
pendek diterjemahkan ke dalam memori jangka panjang disebut sebagai consolidation
theory (teori konsolidasi), dan Hebb adalah salah satu
pendukung utama teori ini. Karena memori jangka panjang dianggap bergantung pada konsolidasi memori
jangka pendek, maka segala sesuatu yang mengganggu memori jangka panjang juga
akan mengganggu memori jangka pendek.
j. Konsolidasi dan Otak
Sejumlah struktur otak yang
paling terkait, yang secara kolektif disebut sistem limbik, adalah penting bagi
pengalaman berbagai emosi. Brenda
Milner, salah satu mahasiswa Hebb di McGill University, mempelajari seorang
pasien, yang sedang menjalani pemulihan dari operasi yang dimaksudkan untuk
menghilangkan penyakit epilepsinya. Setelah operasi paien tersebut
menunjukankasus yang parah. Yakni, dia tak begitu kesulitan mengingat kejadian
terjadi sebelum operasi dijalankan, tetapi dia tampaknya sangat kesulitan
mengonsolidasikan memori jangka panjangnya.
Pasien tersebut berkinerja baik dalam tes kecerdasan dan juga lumayan
bagus dalam tes keterampilan gerak yang sudah dikuasainya sebelum terkena
gangguan dan tidak ada perubahan kepribadian pada pasien tersebut. Pasien
tersebut menunjukan kepada kita bahwa gema aktivitas, termasuk yang disebabkan
oleh repitisi informasi, tidak cukup untuk menciptakan memori jangka panjang. Hippocampus dan struktur lainya diyakini
ikut bertanggung jawab dalam terciptanya konsolidasi.
Pengaruh Hebb Terhadap
Riset Neurosaintifik
a.
Pusat Pengutan di Otak
Di bab tentang Pavloc telah kita
kemukakan bahwa penemuan reflek yang dikondisikan adalah secara tak sengaja.
Serendipity, yakni menemukan sesuatu hal saat mencari hal yang lain, membawa
kita pada penemuan fenomena penting dan terkadang ilmiah. Contoh lain dari
penemuan tidak sengaja dalam ilmu pengetahuan adalah penemuan reinforcement
centers in the brain ( pusat penguatan di otak ) oleh Old dan Milner.
Olds dan Milner dipuji karena menemukan
pusat kesenangan di otak. Kita sengaja menggunakan istilah penguatan karena
riset substansial menunjukkan bahwa fenomena yang ditemukan Olds dan Milner tak
banyak hubungannya dengan kesenangan, dan lebih banyak berhubungan dengan
property aktivitas dan motivasi dari penguat. Misalnya penguatan dengan
stimulasi otak langsung memiliki karakteristik yang tidak biasa dan beroperasi
secara berbeda dengan penguat primer seperti makanan atau air, Karakteristik
itu adalah :
1. Tidak diperlukan deprivasi sebelum training. Berbeda dengan training dengan
makanan atau air sebagai penguat, secara umum tidak perlu jadwal deprivasi saat
stimulasi otak langsung dipakai sebagai penguat.
2. Kepuasan (kekenyangan) tidak terjadi. Ketika kebutuhan akan air dan makanan
dipakai sebagai penguat, hewan pada akhirnya kenyang atau puas; yakni,
kebutuhan akan air dan makanan akan terpenuhi dan ia akan berhenti memberikan
respon.
3. Lebih diprioritaskan ketimbang dorongan lain. Pada hewan, akan terus
menerus menekan tuas untuk mendapatkan stimulasi otak langsung meskipun, tidak
mendapatkan makanan dan mereka delim makan pada jangka waktu yang cukup lama.
4. Ada pelenyapan yang cepat. Pelenyapan terjadi dengan sangatcepat setelah
penguatan stimulasi otak dihentikan.
5. Kebanyakan jadwal penguatan tidak bekerja. Secara umum, hanya jadwal yang
member penguatan yang sering sajalah yang dapat digunakan dengan stimulasi otak
langsung.
Peran dopamain, riset yang belakangan tentang pusat
penguatan difokuskan pada bagisan kecil dari system limbic yang dinamakan
nucleus accumbens. secara umum, apabila satu elektroda penstimulasi menyebabkan
sel – sel di nucleus accumbens melepaskan neurotrans mitter dopamine, stimulasi
otak lewat elektroda itu akan diperkuat. Jika elektroda tidak menimbulkan
dopamine, efek pengutan lewat elektroda tidak ada.
Berbeda dengan hipotesis bahwa dopamine
mendasari sensasi kesenangan yang diasosiasikan dengan penguatan primer atau
obat – obatan adiktif, ada banyak studi yang menunjukkan bahwa nucleus
accumbens dopamine memperantarai efek aktivasional / motivasional dari penguat.
Lebih jauh, fenomena motivasional ini dapat dipisahkan dari efek kesenangan /
herdonis.
Beberapa periset menunjukkan bahwa
aktivitas dopamine dalam nucleus accumbens memediasi antisipasi, pembentukan
dan penginginan penguatan, bukan kesenangan yang diasosiasikan dengannya.
Hipotesis ini tampaknya berpengaruh karena beberapa alasan. Pertama, ia
membantu memnjelaskan beberapa karakteristik yang tidak lazim dalam stimulasi
penguatan otak. Kedua, ia menimbulkan interpretasi baru terhadap masalah
kecanduan obat dan perilaku yang diasosiasikan dengan kecanduan. Terakhir, ia
menjelaskan mengapa, bahkan sesudah zat adiktif kehilangan kemampuanya untuk
menghasilkan sensasi kesenangan yang kuat, mereka tetap menghasilkan
kesenangan. Para riset ini menunjukkan bahwa sensitiasi jangka panjang dari
nucleus accumben adalah yang memperantarai perilaku obsesif dalam kecanduan
bahkan pengaruh obat ini sudah tidak ada.
b.
Riset Terhadap Belahan Otak
Corpus collosum adalah kumpulan serat
yang menghubungkan dua bagian otak. Selama bertahun-tahun, fungsi corpus
collosum tidak diketahui tetapi pada awal 1960-an ditemukan bahwa ia berperan
penting mentranfer informasi dari satu belahan otak kebelahan lainya. Dalam
serangkaian eksperiment, Rongger Sperry mencatat bahwa ada dua rute
transfer-corpus callosum dan optic chiasm. Optic chiasm adalah titik dalam
saraf optic di mana informasi yang berasal dari satu mata diproyeksikan ke sisi
otak yang berkebalikan dengan mata itu.
Sperry kemudian mencari
mekanisme yang mentransfer informasi dari satu otak keotak yang lainya. Langkah
pertama yaitu, menutup optic chiasm, baik sebelum maupun sesudah training.
Langkah selanjutnya adalah menutup optic chiasm dan corpus collosum sebelum
training.
c.
Proses Belajar dan Pemrosesan Informasi Otak Kiri dan
Otak Kanan
Meskipun ada sedikit perbedaan anatomi
antara belahan otak kiri dan kanan, perbedaan fisik ini tidak sebesar perbedaan
fungsi keduannya. Control atas gerakan dan sensai tubuh terbagi rata antara dua
belahan otak, tetapi dengan cara bersilanga, yakni, otak kiri mengontrol tubuh
bagian kanan, dan belahan kanan mengontrol tubuh bagian kiri. Mugkin orang akan
cenderung menyimpulkan bahwa karena kedua belahan itu secara globlal sama,
keduanya juga mempresepsi, belajar, dan memproses informasi dengan cara yang
sama.
Pada 1836 Marc Darx melaporkan bahwa
hilangnya kemampuan berbicara berasal dari kerusakan otak kiri, bukan otak
kanan. Observasi Darx diabaikan, hingga setelah Paul Broca, seorang dokter
terkenal, melakukan observasi yang sama pada 1861. Dalam kenyataanya, kita
masih merujuk pada area bahasa dalam otak kiri seprti yang dikemukakan
Broca.Temuan bahwa bagi mayoritas orang area kemampuan bicara berada diotak
kiri tetapi tidak ada diotak kanan telah memberikan bukti ilmiah bahwa kedua
otak itu berfungsi secara asimetris.
Ditemukan bahwa individu yang mengalami
kerusakan otak kanan kemungkinan akan menunjukkan kesulitan dalam memperhatikan
atau gangguan persepsi..mereka mungkin akan bingung dengan daerah yang seudah
dikenalinya dan sulitmengenali wajah keluargadan objek yang dikenalinya.
Individu yang mengalami gangguan diotak kanan lebih mungkin menunjukkan neglect
Syndrome (sindrom pengabaian) ketimbanh mereka mengalami gangguan diotak kiri.
Sindrom ini adalah kegagalan untuk melihat atau memperhatikan bidang visual
disebelah kiri atau bahkan sisi kira tubuh.
d.
Fungsi Belahan Otak di Otak Normal
Berdasarkan studi individu yang
mengalami gangguan otak dan mereka yang otaknya pernahdioperasi karena alasan
medis, tampak bahwa masing-masing belahan otak dapat memahami, belajar,
mengingat, dan merasa secara terpisah atau secara independen. Salah satu
metodeyang digunakan untuk mengetahui bagaimana dua belahan otak itu berfungsi
pada individu dengan otak normal dan sehat adalah dengan dichotic listening.
Teknik dichotic listening adalah dengan
mengirimkan informasi yang saling bersaing seperti sepasang suku kata atau
angka, ketelinga kiri dan kanan secara bersamaan melalui headphone stereo.
Beberapa pihak membantah dengan berargumen bahwa ketimbang mengambil kesimpulan
dari riset dichotic listening bahwa belahan otak kiri dikhususkan untuk
persepsi bicara secara umum, adalah lebih akurat jika disimpulakn bahwa belahan
otak kiri dikhususkan untuk persepsi suara atau perhatian umum. Namun, fakta
bahwa kebanyakan orang yang tidak kidal memahami melodi (kimura, 1964) dan
suara lingkungan, seperti anjing menggonggong atau mesin mobil secara lebih
baik dengan menggunakan teling kirinya (belahan otak kanan) tidak mendukung
bantahan argumen tersebut
e.
Spekulasi
Riset terhadap perbedaan antara dua
belahan otak itu menimbulkan spekulasi tentang peran dari asimetris serebral
dalam kehidupan sehari – hari. Bogen ( 1977 ) menunjukkan bahwa perbedaan cara
memproses pemikiran ini merefleksikan dua jenis kecerdasan balahan otak. Di
bawah ini adalah satu – satunya manifestasi dari bagaimana otak kiri dan otak
kanan memproses informasi.
Otak Kiri
|
Otak Kanan
|
Intelek
|
Intuisi
|
Konvergen
|
Divergen
|
Realities
|
Implusif
|
Intelektual
|
Sensual (
perasaan )
|
Diskret
|
Kontinu
|
Terarah
|
Bebas
|
Rasional
|
Intuitif
|
Historis
|
Nir –
waktu
|
Analitis
|
Holistis
|
Suksesif
|
Simultan
|
Objektif
|
Subjektif
|
Atomistis
|
Umum (
gross )
|
Usaha untuk menemukan dikotomi seperti
daftar di atas dan kemudian untuk menjelaskan eksistensinya dalam term cara
belahan otak memproses informasi dinamakan dichotomania.
Jerre Levy, seorang peneliti fungsi otak
kiri dan otak kanan, percaya bahwa walaupun adalah mungkin, dalam kondisi
tertentu, untuk menunjukkan bahwa dua belahan itu berfungsi secara berbeda
adalah mustahil untuk memisahkan fungsi – fungsi itu dalam otak yang normal dan
sehat. Ganzzaniga dan LeDoux ( 1978 ) lebih ketat analisisnya. Setelah
melakukan percobaan dengan pasien, mereka menyimpulkan bahwa miskonsepsi
popular tentang dikotomi ini adalah akibat dari eksperiment yang didesain
dengan buruk di mana hasilnya ditentukan oleh ‘ bias respon ‘, bukan oleh
perbedaan belahan otak.
Sell Riil dan Kumpulan Sell Riil
Apresiasi terhadap spekulasi Hebb
sebagian bergantung pada pemahaman tentang belajar antara dua neuron. Sebuah
neuron terdiri dari satu tubuh sel; satu atu lebih proses yang lebih luas
dinamakan axom yang dikhususkan untuk mengantarkan informasi elektrokimiawi
menjauhi sel dan sebagai cabang dendrites, yang dikhususkan untuk menerima
informasi elektrokimiawi dari axon sel lain.
Sel-sel otak berhubungan
dengan ratusan atau mungkin ribuan sel lain. Aktivitasnya adalah hasil dari
penyajian terus menerus informasi dari sel-sel sekitarnya.Kita bisa
membayangkan pada level paling mendasar bahwa belajar membutuhkan perubahan
dalam hubungan antara dua sel, dan ini adalah level dimana Hebb untuk
menfokuskan diri pertama kalinya. Secara spesifik, belajar terdiri dari
perubahan dalam respon sel penerima terhadap neurotransmiter yang dilepaskan
oleh sel pengirim.
a.
Belajar dalam Aplysia
Hambatan utama yang untuk memahami
mekanisme belajar, rekrutmen, fraksional adalah banyaknya jumlah neuron yang
terlibat dalam perilaku mamalia, bahkan yang paling sederhana sekalipun. Eric
Kandel dan rekannya, memecahkan problem ini dengan meneliti moluska dilautan
yang tidak punya cangkang atau disebut aplysia, yang punya sitem saraf yang
sederhana namun menunjukkan perilaku yang sama dengan fenomena kumpulan sel.
Hambatan utama yang untuk memahami
mekanisme belajar, rekrutmen, fraksional adalah banyaknya jumlah neuron yang
terlibat dalam perilaku mamalia, bahkan yang paling sederhana sekalipun. Eric
Kandel dan rekannya, memecahkan problem ini dengan meneliti moluska dilautan
yang tidak punya cangkang atau disebut aplysia, yang punya sitem saraf yang
sederhana namun menunjukkan perilaku yang sama dengan fenomena kumpulan sel.
Riset Kandel menunjukkan bahwa kejadian kritis yang
memediasi habituasi adalah berkurangnya pelepasan neurotransmiter dari neuron
sensorik yang berfungsi sebagai sinyal bagi neuron motor yang memicu gerak mengerut
refleksi diorgan eksternal tersebut.
b.
Potensiasi Jangka Panjang
Karya Kandel menjawab sebagian
pertanyaan tentang bagaimana pola komunikasi antar sel yang berubah. Mekanisme
lainnya terungkap dalam fenomena yang dinamakan long term potentiation ( potensiasi
jangka panjang ( LTP ) ). Pada awalnya diasumsikan bahwa LTP tidak akan terjadi
kecuali stimulus potensiasi frekuensinya tinggi, sekitar 100 denyut / detik.
Kemudian diasumsikan bahwa karena otak dianggap tak mungkin menghasilkan denyut
dengan frekuensi setinggi itu, maka LTP hanyalah fenomena laboratorium, tak
lebih dari itu.
c.
Depresi Jangka Panjang
Belajar membutuhkan rekrutmen kumpulan sel dan
sekuensi fase yang dioerlukan untuk memunculkan perilaku motor atau kognitif,
tetapi juga melibatkan eliminasi sekuensi fase yang tidak dibutuhkan atau yang
menggangu kerja. LTP memberikan mekanisme yang dengannya neuron yang bukan
bagian dari kumpulan atau sekuensi bisa distimulasi dan direkrut. Fenomena yang
dinamakan long tern depression ( depresi jangka panjang ( LTD ) menyediakan
mekanisme yang dengannya neuron yang pada mulanya merupakan bagian dari
kumpulan sel yang dapat dihilang. Dalam LTD, ketika dua sel pengirim
menstimulasi satu sel penerima, sel penerima ini menjadi tidak responsive
terhadap aktivitas sel pengirim.
d.
Neuroplastisitas
Neuroplastisitas adalah istilah untuk
mendeskripsikan kemampuan otak untuk mereorganisasi atau memodifikasi koneksi –
koneksinya sebagai hasil dari pengalaman. Dan temuan dari beberapa laboratorium
menunjukkan bahwa plastisitas otak dipertahankan selama usia dewasa.
Pengalaman dan Perkembangan Dendritas.
Beberapa studi juga menunjukkan bagaimana belajar di lingkungan yang kaya ini
diasosiasikan dengan bertambahnya berat otak, bertambahnya level
neurotransmitter, dan perubahan fisik lainnya di dalam otak.
Belajar Kembali Setelah Cidera Otak.
Cedera otak yang disebabkan oleh stroke akan menyebabkan matinya neuron, dan
sel-sel ini tidak diregenerasi. Setelah terkena stroke, hilangnya control atas
tangan atau terganggunya kemampuan bicara sering disebabkan oleh matinya
sel-sel yang berkaitan dengan pengontrolan gerak tangan atau bahasa.
Meskipun cedera itu bersifat merusak, beberapa pasien menunjukkan pemulihan
sebagian atau pemulihan sepenuhnya. Dalam term Hebbian, pemulihan ini
melibatkan perkembangan perkumpulan sel baru dan sekuensi fase baru. Azari dan
Seitz (2000) menggunakan alat pemindai (scan) positron emission
tomography (PET) untuk menunjukkan bahwa pemulihan pasca srtoke adalah
disebabkan oleh rekrutmen pola synaptic baru yang biasanya
tidak ada dalam otak yang sehat. Cornelissen et al., (2003)
menggunakan teknologi scanning lain yang disebutmagnetoenchepalography (MEG)
untuk pasien stroke yang juga terkena anomia (ketidak mampuan
menyebut nama objek umum).
Mekanisme Yang Kompleks. Banyak factor
yang mempengarui neuroplastisitas, dan banyak dari mekanisme ini mungkin
beroperasi secara simultan.Beberapa diantaranya, misalnya factor pertumbuhan
saraf, dan factor neurotrophis, ikut memperkaya plastisitas. Selain itu,
hormone seks memainkan peran penting dalam menentukan morfologi (bentuk) neuron
dan level hormone seks adalah mediator yang penting dari plasisitas.
Plastisitas utama diungkapkan oleh Gage dan rekannya, yang menunjukkan bahwa
neurogenesis, yakni kelahiran dan perkembangan neuron baru, terjadi di masa
dewasa di sebagian otak banyak hewan dan juga manusia. Secara spesifik, bagian
dari dentate gyrus di hippocampus dan bagian struktur otak depan berhubungan
dengan bagian indra penciuman yang memproduksi sel-sel yang berbentuk batangan.
Sel- sel ini bisa dibedakan menjadi neuron, glia, atau kapiler.
Koneksisme Baru
Sel Artifisial dan
Kumpulan Sel Artifisial
Hebb mungkin tidak pernah menyangka
bahwa idenya dipakai dalam dunia simulasi computer abstrak. Namun, pendekatan
terbaru untuk memahami cara system neural menjalani proses belajar adalah
dengan tidak melibatkan neuron actual sama sekali. Kini dipakai computer untuk
membuat model aktivitas sel otak. Model ini dipakai untuk mempelajari proses
belajar, memori, lupa, dan aktivitas otak lainnya. Bidang ini belum memiliki
nama yang disepakati umum, namun ia disebut sebagai koneksionisme baru, dan
model yang dipakainya disebut neural network (jaringan neural). Tugas dasar
dari simulasi computer ini pertama-tama adalah mendefinisikan seperangkat
neuron computer dan interkoneksi dan hubungan potensialnya.Kemudian, sejumlah
asumsi yang disederhanakan, yang didasarkan pada pengetahuan kita tentang
neuron riil, dekenakan ke neuron artificial ini. Selain itu kaidah belajar
logika sederhana akan mengatur perubahan yang terjadi dalam neuron computer dan
interkoneksinya. Terakhir, system neural artificial ini “dilatih” dan kemudian
diamati untuk mengamati bagaimana ia berubah. Contoh sederhana jaringan neural,
yang dinamakan asosiator pola,mungkin berfungsi untuk menunjukkan ide, tetapi
ingat bahwa fenomena yang lebih kompleks telah dibuatkan modelnya dalam
jaringan neural.
PANDANGAN HEBB TENTANG PENDIDIKAN
Menurut Hebb, ada dua macam belajar.
Yang pertama berkaitan dengan pembentukan kumpulan sel dan sekuensi fase secara
gradual selama masa bayi dan kanak-kanak. Proses belajar ini representasi
neurologis atas obyek dan lingkungan. Ketika perkembangan neural ini terjadi,
anak dapat memikirkan suatu obyek atau kejadian, atau sederetan obyek dan
kejadian, yang tidak hadir secara fisik di depanya. Selama proses belajar awal
ini anak harus berada di lingkungan yang kaya, yang berisi berbagai macam
pemandangan, suara, tekstur, bentuk, objek, dan sebagainya. Semakin kompleks
suatu lingkungan, semakin banyak yang akan direpresentasikan dalam level
neurologis. Semakin banyak yang direpresentasikan di level neural, semakin
besar kemampuan anak untuk berfikir.
Jenis belajar kedua, menurut Hebb, lebih
dapat dijelaskan dengan prinsip Gestalt ketimbang dengan prinsip
asosiasionistik. Setelah kumpulan sel dan sekuensi fase berkembang pada masa
kecil, proses belajar selanjutnya biasanya berupa penataan ulang. Dengan kata
lain, setelah blok bangunan terbentuk, blok itu dapat diatur kembali menjadi
berbagai macam bentuk. Proses belajar ditingkat selanjutnya, karenanya, adalah
perseptual, cepat, dan berwawasan. Tugas guru adalah membantu mereka memahami
apa yang sudah mereka pelajari dengan cara yang kreatif.
Hebb juga mengaatakan bahwa
karakteristik fisik dari lingkungan belajar adalah sangat penting. Untuk tugas
dan siswa tertentu ada level kewaspadaan atau kesiapan optimal yang membuat
proses belajar jadi efisien. Karena level kesiapan ini terutama dikontrol oleh
stimulasi eksternal, maka level stimulasi dalam lingkungan belajar akan
menentukan seberapa besar proses belajar berlangsung. Jika terlalu banyak
stimulasi (misalnya keributan dikelas), proses belajar akan sulit. Demikian
pula, jika kurang stimulasi (kelas sepi seperti kuburan di malam hari) proses
belajar juga sulit. Yang diperlukan adalah level stimulasi optimal untuk tugas
dan siswa.
PENERAPAN TEORI HEBB PADA SISWA
1.
Aplikasi dalam
kehidupan nyata, selama proses pembelajaran awal, sebuah lingkungan yang kaya
akan stimulus akan menjadi sangat penting untuk seorang anak, termasuk
bermacam-macam objek penglihatan, suara tekstur, bentuk, objek, dan yang
lainnya. Semakin kompleks lingkungan, akan semakin banyak terwakili dalam
tingkat neurologis. Semakin banyak terwakili dalam neurologis, semakin banyak
anak tersebut berpikir. Hebb menyarankan agar anak-anak diberi lingkungan
dengan bermacam-macam stimulus atau varietas.
Sebagai contoh, seorang siswa
yang berlatih bulu tangkis dilingkungan yang kaya, dengan berbagai macam
peralatan yang bagus seperti raket, kok
banyak dan bagus, kondisi lapangan berada di dalam GOR, sepatu olahraga,dll.
Tetapi berbanding terbalik ketika seorang siswa berlatih bulu tangkis di
lingkungan yang miskin seperti, lapangan diluar gor, belum memakai sepatu
olahraga, raket seadanya, kock hanya ada beberapa. Hal ini menunjukan bahwa lingkungan yang kaya akan
stimulus menjadi sangat penting untuk seorang anak. Semakin kompleks lingkungan
akan semakin terwakili dalam tingkat neurologisnya.
2.
Sebagai guru dan
kepala sekolah di Montreal dan di tahun kemudian di McGill University, dia
menjadi guru yang sangat efektif dan pengaruh yang besar pada pemikiran Ilmiah
yang kemudian ia. Sebagai profesor di McGill, dia percaya bahwa motivasi bukan
satu-satunya yang menyebabkan siswa belajar, tetapi menciptakan kondisi yang
diperlukan bagi siswa di mana mereka untuk melakukan kajian dan penelitian. Hal
ini dapat melatih mereka untuk menulis, membantu mereka dalam memilih masalah
untuk belajar, dan bahkan membantu mereka tetap tidak bimbang, namun motivasi
dan semangat untuk penelitian dan belajar harus datang dari siswa itu sendiri.
Ia percaya bahwa siswa harus dievaluasi pada kemampuan mereka untuk berpikir
dan membuat daripada kemampuan mereka untuk menghfal dan mengulang ide lama.
Hebb menulis The Perilaku Organisasi, Neuropsychological Teori, ia membantah
buku yang menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk menjelaskan perilaku adalah
dalam hal fungsi otak.
EVALUASI TEORI HEBB
a.
Kontribusi
Kontribusi terpenting Hebb adala demonstrasi konseptualnya bahwa kita
dapat mempelajari proses kognitif yang lebih tinggi dengan menggunakan neuron
atau synapsesebagai alat utamanya.
Lebih dari 50 tahun teori Hebb sudah berkembang, dan ia terus mempengaruhi
neurosains dan riset komputer di bidang jaringan neural. Prinsip belajar
fundamental Hebb hanya membutuhkan repetisi dan kontinguitas, dan ini
didasarkan pada pemahaman tentang apa yang sebenarnya dilakukan oleh neuron.
Seperti Tolman, Hebb melihat perbedaan antara motivasi dan belajar, dan ia juga
melihat kesulitan yang ada di dalam upaya pemisahan keduanya.
b.
Kritik
Hebb jelas bukan orang pertama yang
menemukan tempat proses belajar di otak, dan dalam beberapa hal, idenya
mengenai formasi asosiasi antar-area yang aktif secara bersamaan adalah mirip
dengan gasagasn pavlov. Dia juga bukan orang pertama yang menggunakan idenya
tentang fungsi otak untuk berspekulasi tentang proses kognitif yang lebih
tinggi. Dapat dikatakan bahwa Hebb mengubah level analisis dari area besar otak
ke neuron yang kecil tetapi mempertahankan prinsip umum yang dipakai pavlov.
Kritik
kedua berhubungan dengan ketidakmauan Hebb untuk mengubah aspek dari teorinya
berdasarkan temuan terbaru dari neurosains. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa
Hebb melakukan sistemnya sebagai model spekulatif untuk teori, bukan untuk
teori formal yang lengkap. Mungkin benar bahwa Hebb nmemandang temuan neurotransmiter
kimia, basis penguatan fisiologis, dan struktur neural yang ada dalam
konsolidasi sebagai temuan-temuan yang menarik tetapi dia menganggapnya tak
relevan untuk model dasarnya atau dia menganggapnya hanya sebagai fase
transional dalam perkembangan ilmu otak.
Seperti
ditunjukan Quinlan, postulat neurofisiologis Hebb didasarkan hanya pada
fenomena eksitasi. Tetapi setelah pemahaman kita tentang sistem saraf telah
bertambah, makin jelas bahwa mayoritas komunikasi neural-dan sebagian besar neurotransmiter
bersifat menghambat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Teori Neurofisiologis Dominan “Donald Olding
Hebb”. Hebb telah membuat 3 observasi yang dijelaskan lewat teorinya:
a.
Otak tidak berperan sebagai stasiun relay
(penghubung).
b.
Intelegensi (kecerdasan) berasal dari
pengalaman, dan karenanya tidak ditentukan secara genetik.
c.
Pengalaman masa kanak-kanak lebih penting
dalam mempengaruhi kecerdasan ketimbang pengalaman masa dewasa.
2.
Menurut Hebb, ada dua jenis belajar, yaitu:
a.
Berkaitan dengan pembentukan kumpulan sel,
b.
sekuensi fase secara gradual selama bayi dan
kanak-kanak.
3.
Ketika perkembangan neural ini terjadi, anak
dapat memikirkan suatu objek atau kejadian atau sederetan objek dan kejadian
yang tidak hadir secara fisik didepannya. Selama proses belajar awal anak harus
berada dalam lingkungan yang kaya, selama proses belajar awal mungkin terdapat
prosesasosiasi tertentu.
4.
Proses belajar selanjutnya biasanya berupa
penataan ulang. Hebb mengatakan bahwa karateristik fisik dan lingkungan belajar
adalah sangat penting. Untuk tugas dan siswa tertentu ada level kewaspadaan
atau kesiapan optimal yang membuat proses belajar menjadi efisien. Level
stimulasi dalam lingkungan belajar akan menentukan seberapa proses belajar
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Hergenhahn
B.R. & Olson M.H. (2008). Theories
of Learning.Edisi Ketujuh. Jakarta:
Kencana.
Daleh H. Schunk.(2012). Learning Theories an Educational
Perspective. (teori-teori pembelajaran) : Perspektif pendidikan
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih, Komentar dan saran...
Sukses Selalu