TEORI
PEMBELAJARAN WILLIAM KAYE ESTES
Oleh
:
ABSTRAK
Era
modern saat ini terdapat berbagai macam gaya pembelajaran yang digunakan
dalam proses pembelajaran. Dari berbagai macam gaya tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu agar
para mahasiswa
lebih aktif dan terjadi perubahan
perilaku akibat proses belajar tersebut, Makalah ini bertujuan
untuk mengetahui teori yang dikemukakan oleh William Kaye Estes yang lebih dikenal dengan sebutan
teori Estes.
William
Kaye Estes lahir pada tahun 1919, mengawali karir profesionalnya di University
Of Indiana. Estes kemudian pindah ke Stanford University dan selanjutnya ke
Rockfeller University dan mengakhiri kariernya di Harvard di mana dia mendapat
gelar profesor emeritus. Konsep teoritis utama William Kaye Estes: Asumsi 1
yaitu situasi belajar terdiri dari banyak elemen stimulus dalam jumlah tertentu.
Asumsi 2 yaitu semua respon yang diberikan dalam situasi eksperimental dapat
digolongkan menjadi dua kategori. Asumsi 3 yaitu semua elemen di S diletakkan
dengan A1 atau A2. Asumsi 4 yaitu pembelajaran terbatas kemampuannya dalam
mengalami S. Asumsi 5 yaitu percobaan belajar berakhir ketika respon terjadi.
Asumsi 6 yaitu elemen di theta dikembalikan ke S pada akhir percobaan. Berdasarkan
asumsi-asumsi diatas, maka Estes mengemukakan empat konsep teoritis utama: 1. Generalisasi (Dari situasi belajar awal ke
situasi belajar lainnya dapat dengan mudah dijelaskan dengan teori sampling stimulus), 2. Pelenyapan (Dalam
pelenyapan satu percobaan biasanya diakhiri setelah subjek melakukan sesuatu
selain A1, elemen stimulus yang sebelumnya dikondisikan ke A1 pelan-pelan akan
kembali lagi ke A2), 3. Pemulihan spontan (Munculnya kembali respon yang
dikondisikan setelah respon itu mengalami pelenyapan), 4. Pencocokan
probabilitas (Eksperimen pencocokan
probabilitas tradisional adalah menggunakan sinyal cahaya yang diikuti satu
atau dua cahaya lain. Ketika sinyal menyala, subjek percobaan menduga cahaya
mana dari dua cahaya lain yang akan muncul). Estes
menyederhanakan pendapat ini dengan mengelompokkan semua respon yang ada ke
dalam dua kategori,
yaitu respon yang menghasilkan hasil tertentu dan respon
yang tidak. Sebagai contoh, Estes hanya akan mencatat apakah seorang pemain bola
basket berhasil memasukkan bola ke keranjang atau tidak, tanpa memandang jumlah
kotraksi otot yang tidak terhitung banyaknya yang menghasilkan salah satu dari
dua hal di atas.
Belajar menurut Estes bukan
hanya hubungan stimulus dan respon, tetapi juga terdapat hubungan response dan outcome, yaitu belajar dan mengingat yang akan menimbulkan
konsekuensi tertentu sehingga subjek melakukan tindakan.
Kata Kunci : Teori Pembelajaran, William Kaye Estes, Model Stimulus Sampling
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................ 1
A.
Latar
Belakang Masalah........................................................................ 1
B.
Rumusan
Masalah................................................................................. 2
C.
Tujuan
................................................................................................... 2
D.
Manfaat
................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 3
A.
William
Kaye Estes............................................................................... 3
B.
Konsep
Teoretis Utama......................................................................... 4
C.
Model
Belajar Markov Menurut Estes.................................................. 8
D.
Estes
dan Psikologi Kognitif................................................................. 9
E.
Model
Array Kognitif, Klasifikasi dan Kategorisasi.......................... 10
F.
Model
Array Mengasumsikan Hubungan Stimulus Multiplikatif....... 11
G.
Pandangan
Estes tentang Perang Penguatan....................................... 13
H.
Belajar
untuk Belajar........................................................................... 13
I.
Evaluasi
Teori Estes............................................................................ 14
BAB III PENUTUP................................................................................ 18
A.
Kesimpulan.......................................................................................... 18
B.
Saran.................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 19
LAMPIRAN............................................................................................ 20
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Era modern saat ini, khususnya
di Indonesia banyak terdapat berbagai macam gaya
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dari berbagai macam gaya
tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu agar
para mahasiswa lebih aktif dan terjadi perubahan
perilaku akibat proses belajar tersebut, diantaranya dari hal tidak bisa menjadi
bisa, hal sederhana menjadi kompleks.
Para pendidik atau pengajar
pada saat ini dapat melakukan tugas dengan baik karena pendidik mengetahui
tentang teori-teori terdahulu yang menjadi sebuah acuan bagaimana pendekatan
dan metode yang digunakan pada peserta didik untuk mengoptimalkan proses
pembelajaran dan penyampaian pesan dari proses belajar tersebut, yaitu pesan
yang disampaikan oleh pendidik dapat diterima dan dipahami serta diaplikasikan
dalam kehidupan peserta didik.
Salah satu tren era modern saat ini dalam teori belajar adalah menjauhi teori yang luas
dan komprehensif dan menuju ke sistem yang lebih kecil. Para periset
memfokuskan diri pada suatu area yang mereka minati dan mengeksplorasinya
secara menyeluruh. Keluasaan akan mengorbankan kedalaman. Contoh dari tren ini
apa yang disebut sebagai teoretisi belajar statistik, yang berusaha membangun
minisistem yang kukuh untuk meneliti sederetan fenomena belajar. Salah satu
yang paling awal adalah teori menurut Estes
pada tahun 1950, (B.R Hergenhah dan Matthew h. Olson, 2008: 250).
Dari penjelasan di atas, maka
dalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang teori yang dikemukakan oleh
William Kaye Estes yang lebih dikenal dengan sebutan teori Estes.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka masalah
yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Siapa William Kaye Estes?
2. Teori apa yang dikemukakan
oleh Estes?
3. Bagaimana teori yang
dikemukakan oleh Estes?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah
ini yaitu untuk mengetahui apa saja dan bagaimana implementasi dari teori yang
dikemukan oleh Estes.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah
ini yaitu:
1. Bagi Mahasiswa
Dapat mengetahui pengetahuan tentang teori belajar
menurut Estes dan manfaat yang dapat
diterapkan dalam proses belajar saat ini.
2. Bagi Dosen Pengampu Mata
Kuliah
Diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan penulis,
mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan tentang teori belajar menurut Estes dan manfaat yang akan ditimbulkan dari teori tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
William Kaye Estes
William
Kaye Estes lahir pada tahun 1919, mengawali karier profesionalnya di University
Of Indiana. Estes kemudian pindah ke Stanford University dan selanjutnya ke
Rockfeller University dan mengakhiri kariernya di Harvard di mana dia mendapat
gelar profesor emeritus, (B.R Hergenhah dan
Matthew H. Olson, 2008: 250).
Pada
1997 Estes dianugerahi Medal of Science yang
merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan oleh National Sience Foundation.
Penghargaan ini diberikan berkat jasanya bagi teori kognisi dan belajar
fundamental yang mengubah bidang psikologi eksperimental dan memicu
perkembangan ilmu kognitif kuantitatif. Metode modeling kuantitatif dan
penekanannya pada ketepatan dan ketelitian telah menjadi standar bagi ilmu
psikologi modern.
William
K. Estes belajar bersama Skinner ketika Skinner berada di Universitas Minnesota dan di sana pula
ia menerima gelar Ph.D-nya di bidang psikologi pada tahun 1943. Karya bersama
Estes dengan Skinner mengenai efek hukuman menghasilkan kontribusi penting bagi
pemikir Skinner dalam topik tersebut. Bagaimanapun juga, minatnya untuk
membangun model-model pembelajaran matematis telah memisahkan arah
yang ditempuhnya dari antiteoretis Skinner. Selain itu, asumsi-asumsi dalam teori Estes nampak lebih
memperlihatkan pengaruh Guthrie yang tidak pernah menjadi rekan studinya, karena pengaruh Skinner.
B.
Konsep Teoretis Utama
Ada
beberapa asumsi yang dibuat oleh Estes menurut B.R
Hergenhah dan Matthew H. Olson (2008: 251) yang dijabarkan sebagai berikut:
Asumsi
1. Situasi belajar
terdiri dari banyak elemen stimulus dalam jumlah tertentu. Elemen-elemen ini
terdiri dari banyak hal yang dapat dialami pembelajar pada awal percobaan
belajar. Stimuli-stimuli itu bisa mencakup kejadian eksperimental seperti
cahaya, suara berisik, materi verbal yang disajikan dalam drum memori, palang
dalam kotak Skinner, jalur T. Stimuli itu juga bisa stimuli yang dapat diubah
atau stimuli sementara seperti perilaku eksperimenter, suhu, suara tambahan di
dalam dan di luar ruang dan kondisi di dalam diri subjek eksperimen seperti
keletihan atau sakit kepala. Semua elemen stimulus ini secara kolektif
disimbolkan sebagai S. Sekali lagi, S adalah jumlah total dari stimuli yang
mengiringi satu percobaan dalam situasi belajar.
Asumsi 2.
Semua respon yang diberikan dalam situasi eksperimen
dapat digolongkan menjadi dua kategori. Jika responnya adalah yang dicari oleh
eksperimenter (seperti keluarnya air liur, mata berkedip, menekan palang,
berbelok ke kanan di jalur T, atau melafalkan suku kata yang tak bermakna
dengan benar), ini dinamakan respon A1. Jika responnya adalah bukan
yang dicari oleh eksperimenter diberi label A2. Jadi, Estes membagi
semua respon yang mungkin muncul dalam eksperimen belajar menjadi dua kelompok,
(A1) respon yang benar atau (A2) respon yang lainnya.
Asumsi
3. Semua elemen di S dilekatkan dengan A1 atau A2.
Ini adalah situasi all or nothing.
Semua unsur stimulus dalam S adalah
dikondisikan ke respon yang diinginkan atau benar (A1) atau ke
respon yang tidak relevan atau salah (A2). Pada awal eksperimen,
hampir semua stimuli akan dikondisikan ke A2 akan menimbulkan respon A2. Respon
yang benar terjadi hanya setelah respon dihubungkan dengan stimuli dalam
konteks eksperimental.
Asumsi 4. Pembelajar terbatas kemampuannya dalam mengalami S.
Pembelajar mengalami hanya sebagian dari stimuli yang tersedia pada setiap percobaan belajar dan besarnya sampel
diasumsikan tetap konstan di sepanjang eksperimen. Proporsi konstan dari S yang
dialami pada awal setiap percobaan belajar dilambangkan dengan ÆŸ (theta).
Sesudah setiap percobaan, elemen ÆŸ dikembalikan ke S. Jadi teori Estes
mengamsusikan sampling dengan penggantian (sampling
with replacement). Elemen-elemen yang dijadikan sampel pada satu percobaan
mungkin akan dijadikan sampel lagi pada percobaan selanjutnya.
Asumsi
5. Percobaan belajar berakhir ketika respon terjadi, jika respon A1 menghentikan percobaan elemen-elemen stimulus
dikondisikan dalam respon A1.
Asumsi
6. Karena Elemen di (ÆŸ) dikembalikan ke S pada akhir percobaan, dan arena tetha (ÆŸ) yang dijadikan
sampel pada awal percobaan belajar pada dasarnya adalah acak, proporsi elemen
yang dikondisikan ke A1 dalam S
akan tercermin dalam elemen dalam tetha (ÆŸ) pada awal setiap
percobaan baru
Berdasarkan
asumsi-asumsi diatas, maka Estes mengemukakan empat konsep teoretis utama (B.R Hergenhah dan Matthew h. Olson, 2008: 256), yaitu:
1. Generalisasi
Generalisasi dari
situasi belajar awal ke situasi belajar lainnya dapat dengan mudah dijelaskan
dengan teori sampling stimulus. Transfer terjadi sepanjang dua situasi memiliki
elemen stimulus yang sama. Jika banyak dari elemen yang sebelumnya dikondisikan
ke respon A1 ada didalam situasi belajar yang baru, probabilitas respon A1 akan
muncul ke dalam situasi baru itu akan cukup tinggi. Kita bisa mengambil contoh
dalam dunia olahraga misalnya pada saat pelatih pertama kali mengajarkan teknik
menendang bola kaki bagian dalam dengan bermain, pada pertemuan selanjutnya
pelatih mengajarkan teknik menendang bola menggunakan kaki bagian dengan dril.
Namun atlit masih terbawa dalam teknik yang salah pada saat pertama kali
pelatih memberikan latihan.
2. Pelenyapan
Estes menjelaskan
problem pelenyapan dengan cara yang pada dasarnya sama dengan yang dilakukan
Guthrie karena dalam pelenyapan satu percobaan biasanya diakhiri setelah subjek
melakukan sesuatu selain A1, elemen stimulus yang sebelumnya dikondisikan ke A1
pelan-pelan akan kembali lagi ke A2. Hukum untuk pelenyapan adalah sama. Apa yang dinamakan
pelenyapan muncul setiap kali kondisi disusun sedemikian rupa sehingga elemen
stimulus digeser dari respon A1 ke respon A2.
Sebagai contoh pelatih akan mencoba memberikan teknik menendang bola
menggunakan kaki bagian dalam dengan metode bermain dan secara pelan-pelan
pelatih akan juga akan memberikan teknik dalam menendang bola dengan kaki
bagian dalam dengan dril.
3. Pemulihan Spontan
Merupakan munculnya
kembali respon yang dikondisikan setelah respon itu mengalami pelenyapan. Dengan kata lain pemulihan
spontan dijelaskan dengan mengasumsikan bahwa proses pelenyapan (pergeseran
elemen dari A1 ke A2) pada awalnya tidak pernah komplet. Misalnya pelatih sudah memberikan teknik menendang
bola menggunakan kaki bagian dalam dengan cara dril, namun teknik menendang
bola menggunakan kaki bagian dalam dengan metode bermain masih ada sisa-sisa
teknik yang melekat pada atlit.
4. Pencocokan Probabilitas
Eksperimen pencocokan probabilitas tradisional adalah
menggunakan sinyal cahaya yang diikuti satu atau dua cahaya lain. Ketika sinyal
menyala, subjek percobaan menduga cahaya mana dari dua cahaya lain yang akan
muncul. Misal, cahaya kanan muncul 80% dari waktu, subjek akan memprediksi
bahwa cahaya itu akan muncul 80% dari waktu percobaan. Contohnya apabila atlit melakukan tendangan ke arah
gawang, maka yang dilihat hanya si
atlit berhasil memasukkan bola ke gawang atau tidak, tanpa memandang jumlah kotraksi otot yang tidak terhitung banyaknya
yang menghasilkan salah satu dari dua hal di atas.
C.
Model Belajar Markov Menurut Estes
Model
Belajar Markov menurut B.R
Hergenhah dan Matthew H. Olson (2008: 258) yang dijabarkan sebagai
berikut: Semua teori belajar statistikal bersifat
probabilitias; yakni, variabel bebas yang mereka studi adalah probabilitas
respons. Tetapi, ada perbedaan opini mengenai apa sifat dari belajar yang
ditunjukkan oleh perubahan probabilitas respons ini kepada kita. Perdebatan
klasiknya adalah soal apakah belajar itu gradual atau langsung lengkap dalam
satu kali percobaan Thorndike berpendapat bahwa belajar adalah bertahap dan
bertambah sedikit demi sedikit dari satu percobaan ke percobaan selanjutnya.
Hull dan Skinner sepakat dengan Thorndike. Guthrie berpendapat lain dengan
mengatakan bahwa belajar terjadi dalam cara all-or-none
(secara sekaligus atau tidak sama sekali), namun kelihatan gradual karena
kompleksnya tugas yang mesti dipelajari. Berdasarkan penjelasan diatas, contoh
dalam dunia olahraga misalnya ada seorang atlit sepak bola melakukan tendangan
meggunakan kaki kidal (kiri), lalu pelatih mengajarkan/ melatih si atlit
melakukan tendangan dengan menggunakan kaki kanan hingga pada akhirnya atlit
sudah mulai terbiasa melakukan tendangan menggunakan kaki kanan, namun
terkadang atlit masih memunculkan tendangan menggunakan kaki yang kidal di
tengah-tengah tendangan kaki kanan yang sudah mulai terbiasa.
D.
Estes dan Psikologi Kognitif
Meskipun
Estes seorang teoretisi kontiguitas, namun di tahun-tahun belakangan ini dia
lebih menekankan pada mekanisme kognitif dalam analisisnya terhadap belajar.
Seperti yang telah kita lihat analisis awalnya mengikuti pendapat Guthrie
dengan mengasumsikan bahwa apapun stimuli yang ada pada saat terminasi suatu
percobaan belajar akan diasosiasikan dengan respons yang menghentikan percobaan
itu. Baik Guthrie maupun Estes memandang belajar sebagai asosiasi kejadian yang
terjadi bersamaan secara mekanis dan otomatis. Pada intinya, organisme,
termasuk manusia, dianggap sebagai mesin yang dapat merasakan, mencatat, dan
merespons. Walaupun masih bersifat mekanistis, analisis Estes yang lebih
belakangan lebih kompleks karena ia mempertimbangkan pula pengaruh dari
peristiwa kognitif.
Pentingnya memori, pada awalnya Estes
berpendapat bahwa stimuli dan respons menjadi diasosiasikan oleh kontiguitas,
dan setelah diasosiasikan, ketika stimuli terjadi, mereka akan menghasilkan
respons yang diasosiasikan kepada stimuli itu. Belakangan, Estes menambahkan
elemen ketiga ke dalam analisisnya, yakni memori atau ingatan. Dalam analisis
Estes yang lebih belakangan ini, stimuli tak langsung menimbulkan respons,
tetapi ia membangkitkan memori dari pengalaman sebelumnya itulah yang
menghasilkan perilaku.
Estes (1976) mendeskripsikan apa yang
diyakininya terjadi dalam situasi pembuatan keputusan, dimana respons-respons
yang berbeda diasosiasikan dengan hasil yang berbeda-beda. Misalnya memberi
respons A1 akan menghasilkan lima poin dan memberi respons A2 akan menghasilkan
tiga poin. Pertama, menurut Estes, orang akan belajar menilai setiap respons,
dan informasi ini disimpan dalam memori. Kemudian, ketika diberi kesempatan
untuk memberi respons, orang itu akan mengamati situasi untuk menentukan
respons apa ini, orang itu akan memilih memberi respons yang menghasilkan hasil
yang paling bernilai atau berharga. Estes (1976) menyebutkan sebagai scanning model of decision making.
Secara umum, model ini mengklaim bahwa dalam setiap situasi pengambilan
keputusan, suatu organisme akan menggunakan informasi apa pun yang tersimpan
dalam memori yang berkaitan dengan hubungan respons-hasil dan akan merespons
dengan cara tertentu untuk mendapatkan hasil yang paling menguntungkannya, (R
Hergenhah dan Matthew H. Olson, 2008: 263-264). Contohnya jika
atlit sepak bola menendang bola meggunakan kaki kidal, suatu ketika atlit akan
di latih menggunakan kaki kanan maka pelatih harus memberi penjelasan tentang
keuntungan menendang menggunakan kaki sebelah kanan, ketepatan menendang
menggunakan kaki sebelah kanan dan sebagainya.
E.
Model Array Kognitif: Klasifikasi dan Kategorisasi
Estes
memandang teori sampling stimulus (SST) sebagai perluasan matematis dari teori
transfer elemen identik Thorndike. Yakni, teori itu di kembangkan untuk membuat
prediksi yang tepat tentang transfer training
dari satu situasi ke situasi lain, berdasarkan elemen-elemen stimulus yang
sama untuk keduanya. Dalam karya yang lebih baru, Estes (1994) menjelaskan
problem yang pertama kali dikaji oleh Medin dan shaffer (1978) dan meneruskan
pengembangan pendekatan elemen identik Thorndike. Tetapi, kali ini modelnya
diaplikasikan secara spesifik ke perilaku mengklasifikasi dan mengkategorisasi.
Meneliti suatu makhluk, mengamati bahwa ia berbulu, bisa terbang, dan bertelur,
dan kemudian menyebutnya sebagai “burung” adalah contoh dari jenis perilaku
ini. Contoh pengklasifikasi dan pengkategorisasian lainnya adalah dokter yang
mengumpulkan data dan kemudian mendiagnosis adanya flu, bukan pneumonia, dan
analis pasar yang menyatakan bahwa perusahaan adalah tempat investasi yang
bagus dan beresiko kecil. Meskipun pendekatan Estes terhadap klasifikasi ini
sangat kognitif, kita akan melihat adanya persamaan antara jenis perilaku yang
diprediksi oleh SST dengan yang diprediksi oleh model klasifikasinya. Lebih
jauh, beberapa dari asumsi Estes tentang belajar, yang dibuat dalam pendekatan
kognitifnya, adalah mirip dengan yang dibuatnya dalam pengembangan SST, (R
Hergenhah dan Matthew H. Olson (2008: 264-265). Sebagai contoh, Pada suatu ketika kita berada
disuatu tempat lalu kita melihat ada orang memiliki kaki yang berotot, bagian
lengannya kencang, bagian perutnya sispek, kemudian kita menyimpulkan bahwa
orang tersebut adalah olahragawan.
F.
Model Array Mengasumsikan Hubungan Stimulus Multiplikatif
Menurut
model Array, kita menilai kesamaan stimuli dalam konteks baru yang berhubungan
dengan stimuli dalam situasi training
dengan membandingkan atribut-atribut dari elemen itu. Dalam kasus perbandingan,
satu faktor yang disebut s, yakni koefisien persamaan, mendeskripsikan tingkat
kesamaaan antara pasangan atribut stimulus, Estes menulis, “Kita membandingkan
dua situasi ... ciri dengan ciri, mengaplikasikan koefisien persamaan dari
kesatuan (unity) jika ciri-ciri itu
cocok, dan satu koefisien dengan nilai s yang lebih kecil, jika ciri-ciri itu
berbeda. Ukuran kesamaan itu adalah produk
dari koefisien-koefisien ini. Karenanya, probabilitas transfer respons dari
satu situasi training ke situasi tes adalah fungsi dari produk
koefisien persamaan. Apabila semua
perbandingan elemen stimulus menghasilkan dari kecocokan sempurna,
koefisien persamaannya sama dengan 1,00 dan ukuran kesamaannya adalah (1 x 1 x
1 x 1 ... ) atau 1. Probabilitas transfer responnya adalah 1 atau pasti,
probabilitas respons kurang pasti jika ada ketidakcocokan antara stimuli yang
dibandingkan. Dalam contoh diatas, koefisien persamaan untuk membandingkan
ukuran dan warna adalah 1,00 karena kedua stimuli itu sama-sama besar dan
merah. Koefisien persamaan untuk perbandingan bentuk adalah s, kurang dari 1,00
sebab bentuknya tidak benar-benar sama. Jadi ukuran kesamaan antara 1A dan 2A
kurang dari 1,00, kita tidak akan memperkirakan adanya transfer respons
sempurna antara dua stimuli itu.
Model
Array dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan memprediksi bagaimana orang menilai
stimuli untuk dikategorikan dalam kategori spesifik, bukan bagaimana respons
yang dikondisikan digeneralisasikan atau ditransfer ke situasi baru, dan kita
dapat menggunakan stimuli dari problem generalisasi kita untuk
mendemonstrasikan dasar-dasar model Array,
(R Hergenhah dan Matthew H. Olson, 2008: 267). Contohnya adalah
pada saat kita menonton pertandingan sepakbola, pada saat itu kita menilai
bahwa atlit mempunyai keahlian menendang bola menggunakan kaki sebelah kanan,
karena kita melihatnya dari keakurasian si atlit menendang, sepatunya yang
sebelah kiri masih bagus, pada intinya kita melihat hanya pada hal yang tampak
di lihat oleh mata saja.
G.
Pandangan Estes tentang Perang Penguatan
R
Hergenhah dan Matthew H. Olson (2008: 270), mengemukakan pendapat Estes terbaru mengenai
penguatan juga bersifat kognitif. Estes bukan teoretisi penguatan sampai saat
ini. Pandangan awalnya menolak hukum efek, yang menyatakan bahwa penguatan akan
memperkuat ikatan atau koneksi antara satu stimulus dengan satu respons.
Mengikuti Guthrie, Estes percaya bahwa penguatan akan mencegah terjadinya
hilangnya asosiasi dengan cara mempertahankan asosiasi antara stimuli tertentu
dengan respons tertentu. Pendapat Estes yang lebih baru tentang penguatan lebih
menekankan pada informasi yang
diberikan kepada organisme. Misalnya atlit sepakbola mempunyai keahlian
menendang bola menggunakan kaki sebelah kanan, kita memperoleh informasi bahwa
atlit tersebut mempunyai keahlian menendang bola menggunakan kaki sebelah kanan
dari orang lain.
H.
Belajar untuk Belajar
Kontroversi
mengenai pendapat belajar inkremental versus all-or-none (terkadang disebut continuity-noncontinuity controversy)
masih ada dan kemungkinan akan terus berlangsung sampai beberapa waktu ke
depan. Seperti halnya dengan pandangan paling ekstrem lainnnya, kebenaran
mungkin akan ditemukan di antara kedua pendapat itu. Contoh yang tampaknya
memuaskan bagi kedua pendapat yang berseteru adalah pendapat awal Estes bahwa,
dengan lingkungan belajar yang kompleks, proses belajar berlangsung dengan cara
sekaligus atau tidak sama sekali (all-or-none),
hanya saja ia berjalan sedikit demi sedikit pada satu waktu. Sesungguhnya,
secara logika, teori belajar inkremental juga dapat direduksi menjadi teori all-or-none.
Contoh dalam dunia olahraga adalah pada saat pelatih melatih atlitnya menendang
bola menggunakan kaki sebelah kanan, pelatih melatihnya dengan cara bertahap,
sedikit demi sedikit yaitu dengan mengajarkan perkenaan yang tepat, arah
tendangannya hingga akhirnya atlit bisa melakukan tendangan menggunakan kaki
sebelah kanan.
I.
Evalusi Teori Estes
Sistem
Estes bisa dikatakan merupakan sebuah model pembelajaran karena setidaknya pada
awalnya, sistem tersebut tidak diusahakan untuk menjadi teori yang komplet dan
menyeluruh. Dalam segi ini teori Estes lebih sederhana dibandingkan sistem
Guthrie, Skinner dan Hull serta
mencerminkan kesadaran yang sama akan kondisi-kondisi batas seperti yang diungkapkan oleh Spence.
Modelnya lebih merupakan sebuah stetment yang sangat simpel mengenai asumsi-asumsi yang digunakan untuk memprediksikan beberapa
aspek pembelajaran dengan cara yang diharapkan cukup akurat.
Model
ini mengandung pengertian yang sama seperti model tiga dimensi sebuah atom,
berupa bola-bola kayu untuk melambangkan elektron, proton, dan
neutron. Tentu saja tidak ada orang yang bisa mengklaim bahwa model di ruang
kelas tersebut merupakan gambaran komplet dan akurat dari sebuah atom yang
sebenarnya. Dapat dengan baik bahwa elektron
berbeda dari bola-bola kayu dan bahwa orbit mereka tidak benar-benar mirip dengan kawat besi. Sekalipun begitu,
ada segi-segi tertentu dimana model tersebut dan atom yang
sesungguhnya memiliki kemiripan tertentu. Dengan adanya kemiripan ini, model
tersebut memungkinkan kita untuk memprediksi hal-hal tertentu mengenai bagaimana perilaku atom itu.
Sejauh bahwa sebuah model memungkinkan kita untuk memprediksi sebagian aspek
realitas, model itu pun berguna. Kita tidak perlu memperdebatkan apakah model
itu tepat atau tidak, karena model itu tidak lebih dari sekedar representasi
parsial. Hal ini amat mirip dengan logika konstruksi teori yang digunakan
Hull, namun Estes menjalankannya lebih jauh lagi. Estes
bertolak dari sebuah model sederhana dan kemudian mengembangkannya secara
bertahap sambil menguji kegunaannya, (http://http://fairisawaliyah.co.id/2011/06/model-stimulus.html, didownload pada tanggal 10 september 2015).
Model Estes merupakan sebuah upaya untuk menjadikan ide-ide tertentu Guthrie agar lebih akurat, mengubah
sebagian teori Guthrie yang bersifat umum dan berorientasi praktis menjadi
sebuah model yang sesuai untuk studi laboratorium. Perlu diingat bahwa Gutrie
memandang belajar sebuah keahlian sebagai pengkondisian atas banyak hubungan
stimulus-respon. Estes menyederhanakan pendapat ini dengan mengelompokkan semua
respon yang ada ke dalam dua kategori, yaitu
respon yang menghasilkan hasil tertentu dan respon yang tidak. Sebagai contoh,
Estes hanya akan mencatat apakah seorang pemain bola basket berhasil memasukkan bola ke keranjang
atau tidak, tanpa memandang jumlah kotraksi otot
yang tidak terhitung banyaknya yang menghasilkan salah satu dari dua hal di
atas. Dengan cara ini, fokus Guthrie mengenai apa yang dilakukan oleh subjek
diubah menjadi fokus mengenai apa yang diselesaikan
oleh subjek, mengenai hasil-hasil perilaku
yang berhasil dan tidak berhasil. Keberhasilan di
sini didefinisikan menurut pengamat, tidak harus menurut tujuan subjek karena kedua kelompok respon atau tepatnya hasil respon. Hal ini membentuk dua kemungkinan tindakan yang disebut oleh Estes A1 dan
A2, (http://http://fairisawaliyah.co.id/2011/06/model-stimulus.html, didownload pada tanggal 10 september 2015).
Sejauh
ini Estes membagi semua kemungkinan respon dalam situasi tertentu menjadi dua
kelompok dan Estes membagi semua kemungkinan
aspek situasi stimulus menjadi banyak elemen yang tidak tertentukan. Sekarang
lebih jauh lagi Estes berasumsi bahwa masing-masing
elemen dikondisikan dengan salah satu dari dua kelompok respon itu. Dengan kata
lain, masing-masing elemen stimulus cenderung untuk menghasilkan
entah itu A1 atau A2. Sebuah elemen tidak bisa dikondisikan dengan A1 dan A2
sekaligus, juga tidak mungkin dikondisikan dengan tidak satupun dari keduanya.
Karena pada momen tertentu seluruh elemen bisa
dikelompokkan sebagai terkondisikan dengan A1 atau terkondisikan dengan A2.
Dalam
hubungan seperti ini, istilah dikondisikan (conditioned)
tidak selalu berarti ada pembelajaran sebelumnya. Mungkin akan lebih tepat bila dikatakan
bahwa setiap elemen melekat pada salah satu kelompok respon, sehingga elemen-elemen stimulus yang sebelumnya melekat pada A1 menjadi melekat pada A2 atau sebaliknya, bagi
Estes perubahan semacam inilah yang dinamakan sebagai pembelajaran. Perubahan-perubahan ini merupakan proses pengkondisian dan
karenanya Estes menyatakan bahwa suatu elemen dikondisikan dengan suatu respon
ketika elemen itu cenderung menghasilkan respon tersebut, (http://http://sampastory.co.id/2011/04/tugas-resume-belajar-william-kaye-astes.html, didownload pada tanggal 10 september 2015).
Dari berbagai macam
penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa belajar menurut Estes bukan
hanya hubungan stimulus dan respon, tetapi juga terdapat hubungan response dan outcome, yaitu belajar dan mengingat yang akan menimbulkan
konsekuensi tertentu sehingga subjek melakukan tindakan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Estes memandang belajar bukan hanya pengkondisian
atas banyak hubungan stimulus-respon, tetapi terdapat hubungan antara response-outcome yang mana kemudian
Estes membagi respon yang ada ke dalam dua
kategori, yaitu respon yang menghasilkan
hasil tertentu dan respon yang tidak menghasilkan.
B.
Saran
1. Bagi dosen pengampu mata
kuliah teori pembelajaran dapat membantu dalam proses
belajar mengajar di kelas dengan menerangkan dan menjelaskan materi yang
menyangkut tentang teori belajar menurut Estes.
2. Bagi mahasiswa ilmu
keolahragaan angkatan 2015 diharapkan makalah ini dapat
memberikan pengetahuan terutama tentang teori belajar.
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih, Komentar dan saran...
Sukses Selalu