Labels

Tuesday, 19 April 2016

AHLAK MENGGAPAI MA’RIFAT ( LK III ) Advant Training





AHLAK MENGGAPAI MA’RIFAT
ABSTRAK
SADDAM DEWANA: posisi dengan menggapai ma’rifat dengan metode burhani, bayani dan irvani.Makalah. Yogyakarta: Advend training, LK III, 2016.
Makalah ini bertujuan: (1) untuk mengetahui implikasi berbagai teori ma’rifat, dan (2) mengetahui inti dan kegunaan dari berbagai proses pembelajaran serta penerapan pada metode evani untuk mengetahui
Hasil makalah ini menunjukkan bahwa setiap manusia mempunyai karakteristik berbeda sehingga penggunaannya dapat disesuaikan pada permasalahan krusial. Proses mendapatkan kebenaran merujuk pada teori burhani, bayani, irvani, yang mana belajar itu diberikan pada tingkat perkembangan kader himpunan mahasiwa islam yang sesuai. Proses pengetahuan dilakukan secara bertahap dari yang mudah ke kompleks. Fase-fase ini melalui proses syariat, hakikat, tarikat dan ma’rifat. Bagaimana mengenal a-quran dengan pendekatan filsafat untuk mencapai tinkat makom tertinggi, metode ma’rifat untuk manusia.
Kata Kunci: Ma’rifat, metode, bayani, burhani, irvani.ahlak kader HMI



A. Fase-fase
Cara mendapatkan proses ma’rifat tentu akan melalui   fase-fase yang akan di lewati proses ma’rifat adalah proses akhir dari tujuan untuk menemukan tuhan kita. adanya beberapa metode atau cara-cara, dapat diiden mengetatiikasi dasar ilmu itu dahulu agar proses ma’rifat di aktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa fase yang tak dapat bisa dipisahkan dan di tinggalkan antara lain sebagai berikut :
1.                  Syariat
2.                  Hakikat
3.                  Tariakat
4.                  Ma’rifat

B. Abitus ( struktur Kesadaran )

Struktur kesadaran dari diri atau jiwa manusia di awali prilaku kita yang selalu menemukan kontradiktif fikiran. terkadang kita dapat berfikir keras untuk menemukan ilmu dalam berfikir praktis. Hal ini merupakan dilematis manusia dalam mencapai keberhasilan berfikir dengan cara yang tidak mudah. karna harus ilmiah dan terukur sehingga kajian-kajian terstruktur,  mudah memahami untuk menemukan kerangka berfikir yang solutif dan terukur.

C. Proses pembersihan jiwa
Proses pembersihan jiwa adalah mekanisme ma’rifat melawan keberhalaan dan menuhankan tuhan secara qolbiah dan lahiriah, penyatuan dari jasad ruh capaian penemuan tuhan pada proses tingkat tertinggi, Sering kali pembersihan jiwa dilakukan oleh hamba allah mensucikan diri dengan berbagai cara proses didunia seperti ajaran sufiah  pendekatan zikir dan melepaskan kepentingan duniawi agar menemukan kebahagian hakiki.
D. Gagasan kitab
Mengkontruksikan gagsan bentuk kitab suci sendiri memberikan suatu desain akal. melahirkan pendapat argumen menemukan kebenaran, setelah otoritas tuhan telah di tutup di ahkhiri dengan nabi muhammad saw, banyak pelaku perubahan berbagai golongan, sehingga kehadiran beliau di anggap sebagai manusia yang pantas untuk di tauladani dan dikuti dari petunjuk dan perilakunya semasa hidup beliau. ukiran mazhab mencapai tuhan dan pengembaraan ilmu berbagai sistimatika baik itu hadist. Dan alqurani pada penafsiran tertentu.

Bahkan dperkembangan ilmu banyak menelurkan berbagai pola pendapat sampai dengan pemikiran radikalisme pemikiran nabi-nabi baru, nabi baru yang dimaksud bukan berarti keterwakilan tuhan tanpa dipilih, namun sikap manusia yang penuh noda ini mempunyai watak sifat kenabian mengajarkan ilmu dan prilaku kerasulan, kitab bisa ditafsirkan dijadikan sebagai pedoman, setelah ketiadaan nabi maka muncullah kitab di fikiran yang melekat menerjemahkan ayat-ayat tuhan yang tidak tertulis.

Secara teknik kader dibentuk dengan pengkaderan retorika yang didahulukan untuk mencapai kajian kritis ilmiah dan solutif, namun untuk mengasah kemampuan menulis seringkali terkendala dan keterbatasan pengetahuan dari kader yang telah di bentuk melaui proses bahtra dan sampai dengan advendt training, pengiat dari pandang empiris bahwa menulis sangat di butuhkan setiap lembaga yang berkutat di perjuangan dan pengkaderan karna sekaligus untuk melatih dan mentransformasikan ilmu yang di pelajari agar tidak pengetahuan mengenai islam berbentuk ilmiah.

Sehinggg kita sebagai kaum cerdik pandai terkhususnya subangsih ilmu islam tidak lagi menjadi pengutip pemulung ilmu apalagi plagiasi ilmu, kader hmi merujuk kepada kekaryaan. tepologi taulandan senior kini banyak berkibmlat pemimpin berhasil dalam bidang keahliaannya, ketika ada benturan yang sifatnya saklek dan berbau perang fikiran terukur dan sitemik. Hal ini akan membentuk cerminan identitas kader yang akan dinobatkan sebagai pelaku perubahan umat di dunia.

Ketika tarikat aktivitas bertemu tuhan dengan proses ayat- ayat tuhan memerlukan proses keilmuan tingkatan yang dilalui, kita harus menemukan fakta baru merubah bangsa indonesia, karna diindonesia pengaruh media sosial, media cetak dan visual banyak sekali issu-issu yang berkembang. permasalahan bersentuhan dengan moral bangsa, kader hmi berfikir keras sebagai kader mujtahid, muabid, mujadid. acuan untuk mengembangkan ilmu dan mengembara fikiran secara khasanah islam, metodelogis islam, pola islam, tradisi islam. Proses ini akan memberikan landasan sebagai pondasi, banyaknya pengetahuan jadikan referensi namun belum tentu di terima oleh islam.

agensi perubahan  ditanamkan ruh-ruh perubahan umat manusia, pada proses ruh yang subjektifitas akal ini mempunyai berbagai unsur mutlak dari kelebihan di berikan oleh tuhan. Beberapa jenis ilmu lalu kemudian mengkonfirmasikan ke kegiatan yang bermuara lembah kehancuran tersistim. Perkembangan modern sekarang banyak  mempunyai lembaga gerakan yaitu lembaga dengan simbol-simbol islam, berupa wujud perjuangan, persoalan inilah sebagai benalu gerakan islam dari perpecahan secara fikir.

E. Islam objektif dalam kesadaran sosial
Islam sangat objektif memandang semua sektor ekonomi, kepemimpinan, sosial, budaya dan menjunjung tinggi toleransi disetiap perkembagnan peradaban nilai-nilai islam . terkandung tidak subjektif dan mempuyai pondasi ykuat untuk mempertahankan kebiasasaan dari islam itu sendiri, namun tidak berupa ritual-ritual saja membangun tingkat ketaqwaan sebagai kader yang mempunyai identitas muslim.

F. Literatur dialitika islam dalam menemukan kebenaran.
Dialitika sering kali kita temui pada pakar ilmu semacam model tranformasi ilmu. Dalam kontek ini jual beli keilmuan dapat dipatenkan, penerangan ilmiah dipandang cenderung berdialitika hanya memakai senjata seni bahasa. agar islam tetap terluas dan mempuyai kekuatan basis, terkadang menerima bantahan hujatan bahkan makian untuk menjatuhkan agama islam sebagai fitnahan dari kepentingan luar.
1. Contoh lietaratur yang sangat kontradiktif

·         Surat An nisa ( tentang poligami )
·         Surat al lail ayat 1-11
Memandang dengan kontruksi sempit pada fakta statis akan mendangkalkan keberlangsungan berfikir terbatas, karna diangkat sebagai skenario, settingan  kepentingan pribadi, penemuan dari sikap kenabian dianggap pengakuan. tidak bisa diindrawikan rasio ( akal ). Hanya saja sturuk kesadaranlah dari anggapan kejelekan itu bisa membentuk temuan-temuan ilmu, bahwa barangkali dianggap benar itu belum tentu benar, dan salah itu belum tentu salah.
Perubahan akan melakukan struktur tindakan ranah perubahan struktur kondisi baru atau keadaan baru, gagasan diartikan yang membangun  besar haruslah dengan jatuh bangun dari perdebatan dan perbincangan tentang maha ketuhanan, karna banyak di benturkan kondisi perkembangan pengetahuan, padahal islam telah membentuk konturksi  hak dan batil, kaya dan miskin, merupakan kategori sosial.
2. Pendekatan mengkaji islam
·         Konsep burhani
·         Konsep bayani
·         Konsep irvani
Memberikan ruang untuk memahami konsep berfikir, tentu memakan waktu dalam perumusan islam,  maka dengan pendekatan gerakan maka menjawab dari pertanyaan yang barangkali membentuk benang merah tak terputus oleh kehakiman bertindak, meluruskan dari generasi penerus mempunyai dasar berfikir berbagai sumber ilmu untuk membaca tanda-tanda tuhan,  melakukan proses mengenal tuhan, sebut saja bahwa konsep peran kepentingan individu dan kelompok tertentu.
3. Membangun gerakan
·         Individu
·         Massa kelompok
G. Menggapai ma’rifat
Ada 3 metode dengan konsep capaian menuju tuhan
1. potensi bangun
Potensi bangun dengan arah ihlas, iman dan taqwa
2. potensi taqwa
Potensi taqwa dengan arah sabar, syukur, dan ridho
3. potensi pendakian
Potensi pendakian dengan arah taabul nafs, tafaqur, ryadoh, zikir.

Gapaian ma’rifat sebagai pondasi penting mengatur soal keberhasilan kita untuk selalu dibimbingan tuhan, kontek ini akan mengkontruksi nilai –nilai berfikir berprilaku islam sejatinya muslim yang sebenarnya, amalan dari sebuah perjalan mengenal tuhan memberikan suatu kebaikan berbagai sudut pandang kemaslatan umat, apalagi di negara indonesia telah berupaya untuk membentuk generasi emas, namun wujud  kita temukan masih low class.

MAKALAH BELUM SELESAI

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih, Komentar dan saran...

Sukses Selalu