Labels

Monday, 11 January 2016

Teori Pembelajaran IMPLIKASI BERBAGAI TEORI PEMBELAJARAN

IMPLIKASI BERBAGAI TEORI PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN JASMANI

Oleh
Saddam Dewana

ABSTRAK
. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta, 2015.

Makalah ini bertujuan: (1) untuk mengetahui implikasi berbagai teori pembelajaran pada pendidikan jasmani, dan (2) mengetahui inti dan kegunaan dari berbagai proses pembelajaran serta penerapan pada pendidikan jasmani.

Hasil makalah ini menunjukkan bahwa setiap teori pembelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga penggunaannya dapat disesuaikan pada permasalahan yang ada. Proses pembelajaran jasmani merujuk pada teori pembelajaran, yang mana belajar itu diberikan pada tingkat perkembangan peserta didik yang sesuai. Proses pembelajaran dilakukan secara bertahap dari yang mudah ke kompleks. Pembelajaran yang dimodifikasi secara menarik dan bermakna membuat peserta didik antusias mengikutinya, dan peserta didik dapat memahami secara baik mengerti tujuan proses pembelajaran yang diperoleh. Peserta didik dapat melakukan pengulangan secara baik dan benar. Pemberian banyak pengetahuan tentang kegiatan olahraga membuat peserta didik kaya akan pengalaman. Peserta didik menjadi lebih berkembang dan mudah mengikuti proses pembelajaran.

Kata Kunci: teori pembelajaran,

DAFTAR ISI

HALAMAN
HALAMAN JUDUL………………………………….......……………… i
ABSTRAK ………...…………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ………………………………....………………………….. iii
BAB I  PENDAHULUAN ………………………………………………. 1
A.    Latar Belakang Masalah………………………………………….. 1
B.     Identifikasi Masalah …………………………...…...…………….. 3
C.     Pembatasan Masalah …...………………………………………… 3
D.    Rumusan Masalah ……….……………………………………….. 4
E.     Tujuan Makalah ………………..………………………………… 4
F.      Manfaat Makalah …………...……………………………………. 4
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………… 6
A.    Teori Pembelajaran Edward Lee Thorndike ……………………... 6
1.      Implikasi Teori Pembelajaran Edward Lee Thorndike …..…... 7
B.     Teori Pembelajaran Burrhus Frederic Skinner ……………….…... 7
1.      Implikasi Teori Pembelajaran Burrhus Frederic Skinne…….... 8
C.     Teori Pembelajaran Clack Leonard Hull .………………………… 8
1.      Implikasi Teori Pembelajaran Clack Leonard Hull ……….…..10
D.    Teori Pembelajaran Ivan Petrrovich Pavlov ………………......…. 11
1.      Implikasi Teori Pembelajaran Ivan Petrrovich Pavlov …...….. 12
E.     Teori Pembelajaran Gestalt ………………………………………. 12
1.      Implikasi Teori Pembelajaran Gestalt ……………………..…. 13
F.      Teori Pembelajaran Albert Bandura …………………………..….. 13
1.      Implikasi Teori Pembelajaran Albert Bandura ……………….. 14
G.    Teori Pembelajaran Jean Peaget …………………........………….. 15
1.      Implikasi Teori Pembelajaran Jean Peaget …………………… 17
H.    Teori Pembelajaran Edwin Ray Guthrie ………………..………… 17
1.      Impllikasi Teori Pembelajaran Edwin Ray Guthr……………... 18
I.       Teori Pembelajaran Donald Olding Hebb ………………………… 19
1.      Implikasi Teori Pembelajaran Donald Olding Hebb ………….. 21
BAB III SIMPULAN DAN SARAN ………………....…………………... 22
A.    Simpulan .………………………………………………………….. 22
B.     Saran-Saran ……………………………………………...………… 22



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia semakin berkembang. Pendidik dan para peneliti dituntut untuk bisa menyesuaikan dengan majunya zaman. Metode pembelajaran juga semakin berkembang dengan adanya penelitian pengembangan pembelajan dari para peneliti yang terutama dilakukan oleh mahasiswa. Metode pembelajaran ini dapat dimanfaatkan untuk alternatif/pilihan proses pembelajaran. Ini juga salah satu cara supaya pembelajan lebih bervariasi. Diharapkan murid-murid menjadi lebih antusias dalam menerima pelajaran. Murid-murid menjadi banyak akan pengalaman. Pengalaman tersebut akan bermanfaat dalam pemecahan masalah pada saat belajar.
Pembelajaran sudah ada sejak dari dulu. Para ilmuan mengamati proses lingkungannya dan melakukan experimen terhadap hewan. Hasil dari pengamatan tersebut diamati dan dinyatakan kesimpulannya. Tidak hanya dilakukan pada hewan, ilmuwan juga mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh anak kecil. Dari kesimpulan yang didapat menjadi sebuah teori dalam proses pembelajaran. Teori-teori tersebut semakin berkembang dengan seiringnya banyak penelitian dan pengamatan yang baru oleh ilmuan lainnya. Bahkan teori-teori tersebut dapat dipakai sesuai dengan permasalahannya. Teori tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda. Teori pembelajaran dapat saling melengkapi ketika penggunaan di lapangan.
Makhluk hidup seperti hewan dan manusia berusaha untuk dapat mempertahankan hidup dan berinteraksi. Dalam aktifitas mempertahankan hidup dan berinteraksi, hewan dan manusia mempunyai cara pemikiran yang hampir sama. Usaha-usaha tersebut dapat disebut proses belajar. Jadi proses pembelajaran bisa berasal dari perilaku (behavior). Ilmuwan yang menganut teori behavioristik seperti Torndike, Skinner, dan Edward Ray Guthrie. Teori belajar behavior dapat menjadi salah satu cara pembelajaran untuk siswa. Tentunya cara tersebut dilakukan dengan kemasan yang menarik supaya siswa tidak bosan melakukannya.
Belajar tidak serta merta hanya mengamati perilaku yang ada. Saat proses perubahan perilaku terjadi proses berfikir juga. Proses berfikir dilakukan untuk mencari kebenaran yang tepat. Ketika siswa diberikan petunjuk bermain, siswa mendengarkan kemudian mencoba mempraktikannya. Saat mempraktikkan petunjuk bermain, siswa mencoba mengingat dan membayangkan petunjuk tersebut. Proses mengingat dan membayangkan tersebut merupakan proses berfikir. Proses berfikir dalam teori pembelajaran masuk pada teori kognitif. Teori kognitif merupakan proses belajar yang melibatkan persepsi, perhatian, dan motivasi. Ilmuwan yang teorinya menggunakan kognitif seperti Piaget, Albert Bandura, dan Donald Olding Hebb.
Para ilmuwan mempunyai karakteristik yang berbeda pada setiap teorinya. Teori tersebut dapat diterapkan pada kehidupan sehari. Dalam dunia pendidikan jasmani di sekolah, teori tersebut dapat membantu untuk pembelajaran. Belum maksimal dalam penerapan, supaya teori tersebut dapat teridentifikasi lebih tepat pada permasalahan yang spesifik. Supaya pendidik dengan mudah menerapkan pada anak didiknya. Pada kenyataanya proses pembelajaran di sekolah telah sering terjadi, akan tetapi belum diketahuinya secara rinci implikasi berbagai teori pembelajaran. Maka dari itu perlu dilakukan penjelasan mengenai implikasi dari berbagai teori pembelajaran. Pada makalah ini penulis akan membahas tentang implikasi berbagai teori pembelajaran.

B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.      Belum maksimal dalam penerapan teori pembelajaran pada pendidikan jasmani, supaya teori tersebut dapat teridentifikasi lebih tepat pada permasalahan yang spesifik.
2.      Belum diketahuinya secara rinci implikasi berbagai teori pembelajaran pada pendidikan jasmani.

C.    Pembatasan Masalah
Pada identifikasi masalah terdapat beberapa permasalahan. Untuk pembahasan yang lebih spesifik dan mendetail beberapa masalah tersebut dibatasi pada implikasi berbagai teori pembelajaran pada pendidikan jasmani.

D.    Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalahnya yaitu apa sajakah implikasi berbagai teori pembelajaran pada pendidikan jasmani?

E.     Tujuan Makalah
Berdasarkan makalah yang dibuat penulis, penulis mempunyai tujuan, yaitu:
1.      Untuk mengetahui implikasi berbagai teori pembelajaran pada pendidikan jasmani.
2.      Mengetahui inti dan kegunaan dari berbagai proses pembelajaran serta penerapan pada pendidikan jasmani

F.     Manfaat Makalah
Makalah tentang implikasi berbagai teori pembelajaran pada pendidikan jasmani diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, siswa, dan pendidik.
1.      Bagi penulis, dapat lebih memahami teori pembelajaran dan mampu menerapkannya.
2.      Bagi siswa, menjadi mengetahui tentang maksud dan tujuan dari setiap pembelajaran.
3.      Bagi pendidik, menjadi lebih jelas dan mampu menerapkan teori pembelajaran sesuai dengan permasalah di lapangan.
 BAB II
PEMBAHASAN
  1. Teori Pembelajaran Edward Lee Thorndike
Konsep teoretis utama dari teori Thorndike yaitu koneksionisme, pemilihan dan pengaitan, belajar secara bertahap, belajar tidak dimediasi oleh ide, dan semua mamalia belajar dengan cara yang sama. Berdasarkan konsep teoretis tersebut dapat dijelaskan bahwa Thorndike menyatakan ada asosiasi antara kesan indrawi dengan impuls dengan tindakan sebagai ikatan atau koneksi (Hergenhahn dan Olson, 2008: 60). Kemudian menyatakan dasar dari proses belajar adalah trial-and-error learning.
Teori belajar dengan uji coba diperoleh dari percobaan kepada hewan yang dimasukkan pada perangkat, dan hewan tersebut berusaha keluar untuk mendapatkan makanan di luar perangkat. Dari percobaan tersebut dapat diamati bahwa belajar dilakukan secara bertahap. Hewan dalam perangkat selalu berusaha dan menjadi berhasil keluar dari perangkat. Perilaku berusaha dilakukan berulang-ulang merupakan sebagai proses belajar yang bertahap. Berdasarkan percobaan tersebut dapat Thorndike menyimpulkan pula bahwa belajar adalah bersifat langsung dan tidak dimediasi oleh pemikiran atau penalaran (Hergenhahn dan Olson, 2008: 62). Hewan yang terdapat pada perangkat hanya melakukan sesuai pengalaman dan naluri untuk keluar dari perangkat. Menurut Hergenhahn dan Olson (2008: 63), Thorndike juga menegaskan bahwa proses belajar semua mamalia, termasuk manusia, mengikuti kaidah yang sama.
1.      Implikasi Teori Pembelajaran Thorndike pada Pendidikan Jasmani
a.       Pada pembelajaran olahraga, guru memberikan tugas pada peserta didik untuk mengerjakan tugas dengan cara memasukkan bola basket pada ranjang bola basket. Pendidik hanya menyediakan tempat bermain yang terdapat ring basket dan bola basket.
b.      Pembelajaran permainan bola besar seperti sepak bola pada peserta didik. Pendidik mengajarkan hal yang mudah terlebih dahulu yaitu teknik passing bagian dalam, kemudian menggunakan punggung kaki, dan kaki bagian luar.
  1. Teori Pembelajaran Burrhus Frederic Skinner
Burrhus Frederic Skinner dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses pengkondisian operan (operant conditioning) (Heri Rahyubi, 2014: 61). Skinner menyatakan bahwa unsur dari proses belajar yaitu melalui penguatan (reinforcement). Pernyataan tersebut berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Skinner pada tikus kelaparan dimasukkan pada sebuah kotak yang telah terdapat berbagai peralatan seperti tombol, tempat makanan, dan lampu. Tombol berguna sebagai cara mendapatkan makanan. Makanan dijadikan sebagai unsur stimulus. Terjadi proses ikatan stimulus dan respon, apabila dilakukan berulang kali akan semakin kuat.
Menurut Heri Rahyubi, 2014: 62), Skinner membagi penguatan menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif terjadi apabila terdapat stimulus yang menyebabkan pengulangan tingkah laku. Penguatan negatif terjadi apabila stimulus menyebabkan tingkah laku berkurang atau menghilang. Perbedaan yang memperjelas tentang penguatan positif dan negatif adalah penguatan positif terdapat perilaku yang ditambah, dan penguatan negatif ada perilaku yang dikurangi atau dihilangkan. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan (Heri Rahyubi, 2014: 63).
1.      Implikasi Teori Pembelajaran Skinner pada Pendidikan Jasmani
a.       Pendidik olahraga melakukan pengulangan gerak pada senam irama.
b.      Peserta didik mempraktekkan teknik guling depan berulang-ulang.
c.       Ketika pembelajaran bola besar berlangsung, guru mengamati peserta didik yang sedang berlatih memasukkan bola ke dalam ring basket. Terdapat peserta didik yang berhasil memasukkan kemudian guru memberikan reward berupa pujian dan tepuk tangan. Peserta didik yang melakukan teknik shooting memasukkan bola dalam ring dengan benar tetapi tidak masuk, guru tersebut memberikan pujian.
d.      Evaluasi yang dilakukan seorang pendidik olahraga terhadap peserta didik yang mempraktekkan teknik kurang tepat.
e.       Pembelajaran dengan menggunakan media gambar berurutan atau menggunakan video tentang olahraga kepada peserta didik. Media tersebut dapat menguatkan pemahaman peserta didik terhadap teknik dalam berolahraga.
  1. Teori Pembelajaran Clack Leonard Hull
Hull merupakan tokoh behavioristik yang mendasarkan teori belajarnya pada hubungan penguatan tingkah laku berupa stimulus dan respons. Teori belajar Hull adalah teori reduksi dorongan atau stimulus dorongan (Hergenhahn dan Olson, 2008: 156). Kecemasan murid dalam proses belajar dapat dijadikan sebagai dorongan. Apabila kecemasan terlalu sedikit terjadi dan kecemasan terlalu banyak maka tidak terjadi proses belajar. Menurut Janet Taylor Spence dalam Hergenhahn dan Olson (2008: 156-157), siswa yang merasakan kecemasan ringan ada dalam posisi terbaik untuk belajar dan lebih mudah untuk diajari. Tanpa adanya dorongan tidak akan nada penguatan primer, tidak akan timbul respons, tidak akan terjadi regulasi kebiasaan dari kebutuhan pada organisme (Heri Rahyubi, 2014: 46).
Proses belajar terjadi apabila ada stimulus kemudian terdapat respons. Respons tersebut menghasilkan kepuasan fisik. Hubungan stimulus dan respons terjadi berulang-ulang, sehingga keduanya semakin kuat. Penguatan (reinforcement) merupakan salah satu prinsip utama teori Hull. Prinsip utama lain dari teori Hull adalah adanya faktor O, yang mana merupakan kondisi internal dari stimulus dan respons dan keseimbangan biologis. Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi (Heri Rahyubi, 2014: 47).
1.      Implikasi Teori Pembelajaran Hull pada Pendidikan Jasmani
a.       Pada saat penyampaian materi olahraga, pendidik olahraga perlu menyampaikan tujuan dari pembelajaran dan tidak lupa untuk selalu memotivasi peserta didik.
b.      Pendidik perlu mengetahui dengan berkomunikasi pada peserta didik tentang apa yang mereka harapkan dan tujuan apa yang mereka hendak capai dalam mengikuti olahraga.
c.       Materi pembelajaran olahraga disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dengan acuan kompetensi dasar sesuai kurikulum. Bisa juga dengan memodifikasi olahraga, supaya peserta didik kaya akan pengalaman gerak.
d.      Guru memberikan materi pembelajaran sesuai dengan tumbuh kembang peserta didik, misalnya: untuk peserta didik kelas bawah sekolah dasar lebih ditekankan pada motorik kasar, dan untuk motorik halus dapat diberikan dalam porsi yang lebih sedikit.
e.       Pemberian pujian pada peserta didik yang berhasil dan mampu mempraktekkan teknik dengan baik.

  1. Teori Pembelajaran Ivan Petrrovich Pavlov
Ivan Petrrovich Pavlov merupakan tokoh behavioristik yang salah satu penelitiannya mengamati tentang perilaku hewan. Hewan yang digunakan penelitiannya yaitu anjing. Berdasarkan penelitian Pavlov, anjing tersebut mengeluarkan air liur setelah ditunjukkan makanan. Sebelum menunjukkan makanan, telah dibunyikan bel. Pemberian makanan pada anjing dilakukan berulang-ulang. Ketika peneliti memberikan makanan yang bukan kesukaan anjing, anjing tersebut tetap mengeluarkan air liur. Bahkan ketika hanya mendengar suara langkah kaki peneliti, anjing tersebut tetap mengeluarkan air liur.
Teori Pavlov terkenal dengan sebutan teori classical conditioning yang juga disebut response conditioning atau Pavloving conditioning (Heri Rahyubi, 2014: 25). Teori tersebut dapat dilatihkan dan stimulus yang telah ada dapat digantikan. Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, bahwa proses belajar dapat dikondisikan dan dimodifikasi. Menurut Hergenhahn dan Olson (2008: 221), modifikasi sikap dan emosi terhadap belajar berdasarkan pengkondisian klasik harus dilakukan dengan hati-hati agar mendapatkan program pendidikan yang benar-benar efektif.



1.      Implikasi Teori Pembelajaran Pavlov pada Pendidikan Jasmani
a.       Peserta didik yang antusias mengikuti pembelajaran olahraga dan ketika pendidik mulai mendekati dan mengambil alih barisan terlihat ekspresi anak yang ceria.
b.      Pemberian kode pada saat permainan olahraga. Kode tersebut merupakan bagian dalam permainan yang menyebabkan anak menjadi aktif.
c.       Apabila penggunaan kode tersebut sudah berulang-ulang, peserta didik telah bisa menebak tentang hal apa yang akan dilakukan bila mengetahui kode tertentu.
d.      Supaya peserta didik tidak bosan, dapat dilakukan modifikasi kode atau bentuk permainannya. Perubahan kode dan permainan olahraga harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.
  1. Teori Pembelajaran Gestalt
Gestalt menyatakan bahwa proses belajar didasarkan pemahaman. Menurut Gestalt dalam Heri Rahyubi (2014: 80), yang paling penting dalam proses belajar adalah individu mengerti apa yang dipelajarinya. Teori Gestalt dijelaskan oleh Kohler melalui experimen. Kohler menggunakan simpanse sebagai subjek percobaan. Pada percobaan tesebut, simpanse dalam sebuah sangkar yang ada tongkatnya, diluar sangkar terdapat pohon pisang. Simpanse mencoba untuk mengambil pisang dengan tangan kosong, tetapi tidak bisa meraihnya. Kemudian muncul pemahaman mengambil pisan dengan tongkat. Simpanse dapat mengambil pisang tersebut. Jarak pisang dari sangkar diperjauh dan terdapat 2 tongkat. Awal mulanya simpanse mencoba meraih pisang dengan satu tongkat, akan tetapi usahanya belum berhasil. Kemudian simpanse mengerti bahawa ada dua tongkat, simpanse meraih pisang dengan menyambung kedua tongkat. Dalam percobaan tersebut tampak bahwa simpanse dapat meraih insight, dan mampu mentransfer insight tersebut untuk memecahkan problem lain yang dihadapinya (Heri Rahyubi, 2014: 82).
1.      Implikasi Teori Pembelajaran Gestalt pada Pendidikan Jasmani
a.       Pendidik memberikan permainan bola basket, peserta didik berdiskusi bagaimana cara mengalahkan lawannya.
b.      Pendidik memberikan contoh berbagai macam teknik pada sepak bola, kemudian pendidik memberikan tes pada peserta didik. Tesnya yaitu peserta didik wajib menggunakan teknik tertentu pada saat yang tepat. Penilaian dari ketepatan penggunakan teknik.
  1. Teori Pembelajaran Albert Bandura
Menurut Heri Rahyubi (2014: 97), Albert bandura sangat terkenal dengan konsep “Teori Pembelajaran Sosial” (Social Learning Theory), salah satu konsep pembelajaran yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman, dan evaluasi. Proses belajar dipengaruhi oleh tingkah laku, lingkungan, dan kondisi internal. Lingkungan merupakan faktor eksternal yang dapat menentukan perilaku dan kondisi internal merupakan proses pemahaman. Ciri proses belajar teori ini adalah modeling, yaitu fase dimana guru memodelkan atau mencontohkan melalui demonstrasi bagaimana suatu keterampilan itu dilakukan (Heri Rahyubi, 2014: 105).
Bandura dalam Hergenhahn dan Olson (2008: 363), menyebut empat proses yang mempengaruhi belajar observasional, yaitu proses atensional, retensional, pembentukan perilaku, dan motivasional. Proses atensional adalah suatu yang diamati itu yang dipelajari. Proses retensional di mana informasi disimpan secara simbolis melalui dua cara, secara imajinal (imajinatif) dan secara verbal (Hergenhahn dan Olson (2014: 364). Proses pembentukan perilaku terbentuk dari pengamatan perilaku model dan perilaku sendiri, kemudian membandingkan dengan representasi kognitif. Perilaku keduanya menimbulkan tindakan korektif. Proses motivsional terjadi karena ada intensif yang positif, maka perilaku yang ditiru itu akan memperoleh lebih banyak perhatian, dipelajari dengan lebih baik, dan ditampilkan lebih sering (Heri Rahyubi, 2014: 108). Berdasarkan proses motivasional yang merupakan insentif positif sehingga memunculkan penguatan,
1.      Implikasi Teori Pembelajaran Bandura pada Pendidikan Jasmani
a.       Pendidik dapat menjadi model untuk suatu keahlian, strategi pemecahan masalah, kode moral, standar performa, aturan prinsip umum, dan kreativitas (Hergenhahn, 2008: 385). Jadi peserta didik dapat mengamati apa yang dijelaskan dan diperagakan oleh pendidik.
b.      Pendidik membantu siswa merumuskan tujuan yang tidak terlalu sulit atau tidak terlalu mudah untuk dicapai (Hergenhahn, 2008: 285). Pada pembelajaran pendidik memberikan cara mudah dalam mempraktekkan permainan olahraga, apabila masih ada yang belum paham, pendidik dapat melakukan pendekatan personal dengan peserta didik.
c.       Pendidik harus mempertimbangkan kemampuaan verbal siswa saat akan merencanakan modelling.
d.      Pendidik pendidk harus mengetahui proses pembentukan perilaku siswa. Hal ini pendidik selalu memantau perilaku siswa saat proses pembelajaran olahraga.
e.       Pendidik juga dapat memberikan insentif berupa nilai, tanda jasa, pujian atau penghargaan untuk peserta didik yang mampu memerhatikan, menyimpan, melakukan intruksi sesuai yang diungkapkan pendidik.
  1. Teori Pembelajaran Jean Piaget
Piaget mengembangkan teori tentang perkembangan intelektual. Perkembangan intelektual mengontrol setiap perkembangan aspek lain seperti emosi, sosial, dan moral (Heri Rahyubi, 2014: 126). Piaget mengungkapkan ada 4 tahap perkembangan intelektual anak, yaitu tahap sensorimotor, tahap pra operasional, tahap operasional konkret, operasional formal. Menurut Hergenhahn dan Olson (2008: 325), Piaget mendeskripsikan empat tahap utama: (1) sensorimotor, dimana anak berhadapan langsung dengan lingkungan dengan menggunakan refleks bawaan mereka; (2) pra-operasioanal, dimana anak mulai menyusun konsep sederhana; (3) operasi konkret, dimana anak menggunakan tindakan yang telah diinterogasikan atau pemikiran untuk memecahkan masalah dalam pengalaman mereka; (4) operasi formal, dimana anak dapat memikirkan situasi hipotesis secara penuh.
Konsep teoritis utama teori pembelajaran dari Piaget yaitu intelegensi, skemata, asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi, interiorisasi. Menurut Piaget dalam Hergenhahn dan Olson (2008: 313), intelegensi adalah bagian integral dari setiap organisme karena semua organisme yang hidup selalu mencari kondisi yang kondusif untuk kelangsungan hidup mereka. Skemata merupakan bagian dalam setruktur kognitif organisme yang akan menentukan bagaimana ia akan merespons lingkungan fisik. Asimilasi adalah proses merespons lingkungan. Akomodasi adalah proses memodifikasi struktur kognitif. Ekuilibrasi adalah tendensi bawaan untuk mengorganisasikan pengalaman agar mendapatkan adaptasi yang maksimal (Hergenhahn dan Olson, 2008: 316). Sedangkan interiorisasi adalah penurunan ketergantungan pada lingkungan fisik dan meningkatnya penggunaan struktur kognitif.
1.   Implikasi Teori Pembelajaran Piaget pada Pendidikan Jasmani
a.       Materi pembelajaran olahraga menyesuaikan dengan tumbuh kembang peserta didik. Seperti halnya pada peserta didik sekolah dasar kelas bawah yang masih dominan dengan motorik kasar.
b.      Pemberian materi pembelajaran olahraga yang saling terkait dan sistematis. Isi materi dari yang mudah ke sulit, sederhana ke kompleks.
  1. Teori Pembelajaran Edwin Ray Guthrie
Guthrie adalah seorang filosof, matematikawan, dan psikolog behavior (Heri Rahyubi, 2014: 53). Guthrie merevisi prinsip teori pembelajaran hukum kontiguitas yang berbunyi: “Suatu kombinasi dari rangsangan yang menyertai sebuah gerakan pada saat terjadinya cenderung diikuti oleh gerakan tersebut” menjadi berbunyi: “Apa yang diperhatikan menjadi tanda untuk suatu yang dilakukan” (Heri Rahyubi, 2014: 54). Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa makhluk hidup banyak menerima stimulus dari luar, akan tetapi karena keterbatasan dalam menerima stimulus, makhluk hidup hanya bisa menerima beberapa stimulus yang disukai. Guthrie juga menerapkan konsep pembelajaran dengan istilah one-trial learning. Konsep tersebut menjelaskan bahwa proses pembelajaran terjadi pada awal pertemuan. Menurut Heri Rahyubi (2014: 55), bahwa jika stimulus respons menjadi klop dan nyambung, maka “pertemuan” pertama punya kesan yang sangat kuat dan sulit dihilangkan. Hal ini Guthrie menolak pengulangan dalam proses pembelajaran.
Adanya hukum kontiguitas dan one-trial learning memberikan ruang pada proses pembaruan. Apabila sudah ada stimulus dan sudah mengulang respons memecahkan masalah, kemudian ada kombinasi stimulus dan memperoleh cara memecahkan masalahnya, maka cenderung akan respons terakhir yang dilakukan kembali. Hal ini memperkuat teori dari Guthrie menolak penguatan. Guthrie juga menolak konsep transfer latihan. Tidak ada jaminan bahwa seorang siswa yang belajar suatu perkalian angka di papan tulis dan berhasil mengerjakannya, lalu bisa dipastikan bahwa bisa mengerjakan soal yang sama ketika ia kembali ke tempat duduknya (Heri Rahyubi, 2014: 57). Hal itu dikarenakan ada perbedaan stimulus. Jadi menurut Guthrie dalam Heri Rahyubi (2014: 58), jika seorang ingin sukses dalam belajar ia sebaiknya latihan di tempat yang sama situasinya dengan tempat ia akan dites nanti. Hal yang berbeda dengan hukuman, Guthrie mendukung bahwa hukuman mempunyai peran besar untuk mengubah perilaku. Hukuman yang dimaksudkan adalah hukuman yang tidak menimbulkan perilaku tidak sesuai.   
1.   Implikasi Teori Pembelajaran Guthrie pada Pendidikan Jasmani
a.       Pemberian materi olahraga yang menarik pada pertemuan pertama sehingga membuat peserta didik antusias.
b.      Pada konsep penerapan teknik permainan, peserta didik misalnya telah melakukan banyak percobaan dan berhasil, akan tetapi teknik tersebut belum tepat. Kemudian pendidik melakukan evaluasi, dan peserta didik akan menggunakan teknik hasil dari evaluasi.
c.       Pada proses pembelajaran lebih baik dilakukan pada kondisi yang nyaman bagi peserta didik. Seperti ketika pembelajaran olahraga dapat dilakukan diluar lingkungan sekolah.
d.      Pendidik memberikan materi yang bisa membuat peserta didik antusias dan nyaman mengikutinya.
I.       Teori Pembelajaran Donald Olding Hebb
Konsep teoritis utama Hebb adalah lingkungan terbatas, lingkungan yang kaya, kumpulan sel, sekuensi fase, teori kewaspadaan/kesiapan, teori kewaspadaan dan penguatan, deprivasi sensoris, sifat rasa takut, memori jangka panjang dan pendek, konsolidasi dan otak. Lingkugan terbatas bisa melemahkan perkembangan belajar awal dan perkembangan sistem saraf. Banyak studi yang mendukung kesimpulan bahwa dengan membatasi pengalaman sebelumnya, seseorang bisa mencampuri perkembangan intelektual dan perseptual (Hergenhahn dan Olson, 2008: 397). Lingkungan yang kaya memberikan pengaruh yang baik pada perkembangannya. Penelitian yang dilakukan oleh Hebb mengonfirmasikan bahwa tikus yang dibesarkan di lingkungan yang kaya belajar lebih cepat ketimbang tikus yang dibesarkan di lingkungan terbatas. Pada konsep teoritis lingkungan terbatas dapat diperbaiki dengan menerapkan lingkungan yang kaya. Pengalaman yang didapat dari lingkungan terbatas akan kurang bagus dalam memecahkan sebuah permasalahan. Menurut Hebb dalam Hergenhahn dan Olson (2008: 400), kumpulan sel adalah basis neurologis dari ide atau pemikiran. Kumpulan sel dapat diperbaiki dengan belajar atau perkembangan.
Konsep teoritis berikutnya yaitu sekuensi fase. Sebuah phase sequence (sekuensi fase) adalah “serangkaian aktivitas kumpulan yang terintegrasi secara temporer; ia sama dengan arus pemikiran” (Hebb dalam Hergenhahn dan Olson, 2008: 401). Teori Kewaspadaan/Kesiapan merupakan sarat seorang untuk menjalankan seuatu yang perlu diperhatikan. Secara umum menurut Hergenhahn dan Olson (2008: 403), ketika level kewaspadaan terlalu tinggi, menurunkannya akan menguatkan, dan ketika level kewaspadaan terlalu rendah, menaikkannya akan menguatkan. Hebb juga menerangkan tentang deprivasi sensoris terjadi pengalaman sensoris dibatasi untuk menghambat perkembangan kumpulan neurofisiologis yang mempresentasikan objek dan kejadian di dalam lingkungan.
Rasa takut muncul apabila belum pernah mengenali objek yang baru. Setelah dilakukan berulang-ulang rasa takut itu mulai hilang. Tidak hanya itu, apabila dukungan sensoris kurang, akan menyebabkan rasa takut. Hebb menyatakan pada proses pembelajaran terdapat memori jangka panjang dan jangka pendek. Memori jangka panjang yaitu kemampuan menyimpan, mengingat, mengungkapkan suatu hal yang telah lama terjadi. Sedangkan memori jangka pendek yaitu kemampuan menyimpan, mengingat, mengungkapkan suatu hal yang baru saja terjadi. Memori jangka pendek hanya mampu menyimpan dengan jangka waktu tidak lama, akan tetapi memori jangka pendek dapat menjadi jangka panjang dengan cara perlakuan berulang-ulang dan bermanfaat. Hal ini berkaitan dengan konsep teoritis yang terakhir yaitu konsolidasi dan otak. Konsolidasi merupakan proses memperkuat apa yang telah diterima oleh otak.
1.   Implikasi Teori Pembelajaran Hebb pada Pendidikan Jasmani
a.          Peserta didik harus diikut sertakan dalam berbagai macam olahraga.
b.      Peserta didik yang bermalasan dalam aktivitas olahraga terlihat kurang bersemangat dan perkembangan motorik kurang sesuai. Biasanya dijumpai pada anak yang obesitas.
c.       Peserta didik yang mempunyai pengalaman gerak yang banyak, dia akan terampil dalam memperagakan suatu gerakan. Mampu dengan cepat dan mudah menjalankan instruksi dari gurunya.
d.      Pembelajaran rekreasi diluar sekolah memberikan pengalaman bagi anak.
e.       Proses pembelajaran dari yang mudah ke yang kompleks.
f.       Konsentrasi peserta didik saat pembelajaran olahraga berlangsung.



BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan
Berdasarkan pembahasan implikasi teori pembelajaran pada pendidikan jasmani, yaitu
1.      Setiap teori pembelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga penggunaannya dapat disesuaikan pada permasalahan yang ada.
2.      Proses pembelajaran jasmani merujuk pada teori pembelajaran, yang mana belajar itu diberikan pada tingkat perkembangan peserta didik yang sesuai. Proses pembelajaran dilakukan secara bertahap dari yang mudah ke kompleks. Pembelajaran yang dimodifikasi secara menarik dan bermakna membuat peserta didik antusias mengikutinya, dan peserta didik dapat memahami secara baik mengerti tujuan proses pembelajaran yang diperoleh. Peserta didik dapat melakukan pengulangan secara baik dan benar. Pemberian banyak pengetahuan tentang kegiatan olahraga membuat peserta didik kaya akan pengalaman. Peserta didik menjadi lebih berkembang dan mudah mengikuti proses pembelajaran.

B.     Saran-Saran
Saran untuk pembaca terutama bagi pendidik, pendidik segera dapat menyesuaikan dengan teori pembelajaran. Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan, penulis terbuka menerima kritik dan saran.




DAFTAR PUSTAKA

Hergenhahn B.R. & Olson M.H. (2008). Theories of Learning. Edisi Ketujuh.     Jakarta: Kencana.
Heri Rahyubi. (2014). Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Cetakan Kedua. Majalengka: Nusa Media.


No comments:

Post a Comment

Terima Kasih, Komentar dan saran...

Sukses Selalu