IMPLIKASI
BERBAGAI TEORI PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN JASMANI
Oleh
Saddam Dewana
ABSTRAK
. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas
Negeri Yogyakarta, 2015.
Makalah
ini bertujuan: (1) untuk mengetahui implikasi berbagai teori pembelajaran pada
pendidikan jasmani, dan (2) mengetahui inti dan kegunaan dari berbagai proses
pembelajaran serta penerapan pada pendidikan jasmani.
Hasil
makalah ini menunjukkan bahwa setiap teori pembelajaran mempunyai karakteristik
yang berbeda sehingga penggunaannya dapat disesuaikan pada permasalahan yang
ada. Proses pembelajaran jasmani merujuk pada teori pembelajaran, yang mana
belajar itu diberikan pada tingkat perkembangan peserta didik yang sesuai.
Proses pembelajaran dilakukan secara bertahap dari yang mudah ke kompleks.
Pembelajaran yang dimodifikasi secara menarik dan bermakna membuat peserta
didik antusias mengikutinya, dan peserta didik dapat memahami secara baik
mengerti tujuan proses pembelajaran yang diperoleh. Peserta didik dapat
melakukan pengulangan secara baik dan benar. Pemberian banyak pengetahuan
tentang kegiatan olahraga membuat peserta didik kaya akan pengalaman. Peserta
didik menjadi lebih berkembang dan mudah mengikuti proses pembelajaran.
Kata Kunci:
teori pembelajaran,
DAFTAR
ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL………………………………….......………………
i
ABSTRAK ………...……………………………………………………..
ii
DAFTAR ISI
………………………………....………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1
A. Latar
Belakang Masalah………………………………………….. 1
B. Identifikasi
Masalah …………………………...…...…………….. 3
C. Pembatasan
Masalah …...………………………………………… 3
D. Rumusan
Masalah ……….……………………………………….. 4
E. Tujuan
Makalah ………………..………………………………… 4
F. Manfaat
Makalah …………...……………………………………. 4
BAB II
PEMBAHASAN ………………………………………………… 6
A. Teori
Pembelajaran Edward Lee Thorndike ……………………... 6
1. Implikasi
Teori Pembelajaran Edward Lee Thorndike …..…... 7
B. Teori
Pembelajaran Burrhus Frederic Skinner ……………….…... 7
1. Implikasi
Teori Pembelajaran Burrhus Frederic Skinne…….... 8
C. Teori
Pembelajaran Clack Leonard Hull .………………………… 8
1. Implikasi
Teori Pembelajaran Clack Leonard Hull ……….…..10
D. Teori
Pembelajaran Ivan Petrrovich Pavlov ………………......…. 11
1. Implikasi
Teori Pembelajaran Ivan Petrrovich Pavlov …...….. 12
E. Teori
Pembelajaran Gestalt ………………………………………. 12
1. Implikasi
Teori Pembelajaran Gestalt ……………………..…. 13
F. Teori
Pembelajaran Albert Bandura …………………………..….. 13
1. Implikasi
Teori Pembelajaran Albert Bandura ……………….. 14
G. Teori
Pembelajaran Jean Peaget …………………........………….. 15
1. Implikasi
Teori Pembelajaran Jean Peaget …………………… 17
H. Teori
Pembelajaran Edwin Ray Guthrie ………………..………… 17
1. Impllikasi
Teori Pembelajaran Edwin Ray Guthr……………... 18
I. Teori
Pembelajaran Donald Olding Hebb ………………………… 19
1. Implikasi
Teori Pembelajaran Donald Olding Hebb ………….. 21
BAB III SIMPULAN
DAN SARAN ………………....…………………... 22
A. Simpulan
.………………………………………………………….. 22
B. Saran-Saran
……………………………………………...………… 22
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
di Indonesia semakin berkembang. Pendidik dan para peneliti dituntut untuk bisa
menyesuaikan dengan majunya zaman. Metode pembelajaran juga semakin berkembang
dengan adanya penelitian pengembangan pembelajan dari para peneliti yang
terutama dilakukan oleh mahasiswa. Metode pembelajaran ini dapat dimanfaatkan
untuk alternatif/pilihan proses pembelajaran. Ini juga salah satu cara supaya
pembelajan lebih bervariasi. Diharapkan murid-murid menjadi lebih antusias
dalam menerima pelajaran. Murid-murid menjadi banyak akan pengalaman. Pengalaman
tersebut akan bermanfaat dalam pemecahan masalah pada saat belajar.
Pembelajaran
sudah ada sejak dari dulu. Para ilmuan mengamati proses lingkungannya dan
melakukan experimen terhadap hewan. Hasil dari pengamatan tersebut diamati dan
dinyatakan kesimpulannya. Tidak hanya dilakukan pada hewan, ilmuwan juga
mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh anak kecil. Dari kesimpulan
yang didapat menjadi sebuah teori dalam proses pembelajaran. Teori-teori
tersebut semakin berkembang dengan seiringnya banyak penelitian dan pengamatan
yang baru oleh ilmuan lainnya. Bahkan teori-teori tersebut dapat dipakai sesuai
dengan permasalahannya. Teori tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda. Teori
pembelajaran dapat saling melengkapi ketika penggunaan di lapangan.
Makhluk hidup seperti hewan dan manusia berusaha
untuk dapat mempertahankan hidup dan berinteraksi. Dalam aktifitas
mempertahankan hidup dan berinteraksi, hewan dan manusia mempunyai cara
pemikiran yang hampir sama. Usaha-usaha tersebut dapat disebut proses belajar.
Jadi proses pembelajaran bisa berasal dari perilaku (behavior). Ilmuwan yang menganut teori behavioristik seperti
Torndike, Skinner, dan Edward Ray Guthrie. Teori belajar behavior dapat menjadi salah satu cara pembelajaran untuk siswa.
Tentunya cara tersebut dilakukan dengan kemasan yang menarik supaya siswa tidak
bosan melakukannya.
Belajar tidak serta merta hanya mengamati perilaku
yang ada. Saat proses perubahan perilaku terjadi proses berfikir juga. Proses
berfikir dilakukan untuk mencari kebenaran yang tepat. Ketika siswa diberikan
petunjuk bermain, siswa mendengarkan kemudian mencoba mempraktikannya. Saat
mempraktikkan petunjuk bermain, siswa mencoba mengingat dan membayangkan
petunjuk tersebut. Proses mengingat dan membayangkan tersebut merupakan proses
berfikir. Proses berfikir dalam teori pembelajaran masuk pada teori kognitif.
Teori kognitif merupakan proses belajar yang melibatkan persepsi, perhatian,
dan motivasi. Ilmuwan yang teorinya menggunakan kognitif seperti Piaget, Albert
Bandura, dan Donald Olding Hebb.
Para ilmuwan mempunyai karakteristik yang berbeda
pada setiap teorinya. Teori tersebut dapat diterapkan pada kehidupan sehari.
Dalam dunia pendidikan jasmani di sekolah, teori tersebut dapat membantu untuk
pembelajaran. Belum maksimal dalam penerapan, supaya teori tersebut dapat
teridentifikasi lebih tepat pada permasalahan yang spesifik. Supaya pendidik
dengan mudah menerapkan pada anak didiknya. Pada kenyataanya proses
pembelajaran di sekolah telah sering terjadi, akan tetapi belum diketahuinya secara
rinci implikasi berbagai teori pembelajaran. Maka dari itu perlu dilakukan
penjelasan mengenai implikasi dari berbagai teori pembelajaran. Pada makalah
ini penulis akan membahas tentang implikasi berbagai teori pembelajaran.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis dapat
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Belum
maksimal dalam penerapan teori pembelajaran pada pendidikan jasmani, supaya
teori tersebut dapat teridentifikasi lebih tepat pada permasalahan yang
spesifik.
2. Belum
diketahuinya secara rinci implikasi berbagai teori pembelajaran pada pendidikan
jasmani.
C.
Pembatasan
Masalah
Pada identifikasi masalah terdapat beberapa permasalahan.
Untuk pembahasan yang lebih spesifik dan mendetail beberapa masalah tersebut
dibatasi pada implikasi berbagai teori pembelajaran pada pendidikan jasmani.
D.
Rumusan
Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, dapat dibuat rumusan
masalahnya yaitu apa sajakah implikasi berbagai teori pembelajaran pada
pendidikan jasmani?
E.
Tujuan
Makalah
Berdasarkan makalah yang dibuat penulis, penulis
mempunyai tujuan, yaitu:
1. Untuk
mengetahui implikasi berbagai teori pembelajaran pada pendidikan jasmani.
2. Mengetahui
inti dan kegunaan dari berbagai proses pembelajaran serta penerapan pada
pendidikan jasmani
F.
Manfaat
Makalah
Makalah tentang implikasi berbagai teori
pembelajaran pada pendidikan jasmani diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis,
siswa, dan pendidik.
1. Bagi
penulis, dapat lebih memahami teori pembelajaran dan mampu menerapkannya.
2. Bagi
siswa, menjadi mengetahui tentang maksud dan tujuan dari setiap pembelajaran.
3. Bagi
pendidik, menjadi lebih jelas dan mampu menerapkan teori pembelajaran sesuai
dengan permasalah di lapangan.
PEMBAHASAN
- Teori Pembelajaran
Edward Lee Thorndike
Konsep teoretis utama dari teori
Thorndike yaitu koneksionisme, pemilihan dan pengaitan, belajar secara
bertahap, belajar tidak dimediasi oleh ide, dan semua mamalia belajar dengan
cara yang sama. Berdasarkan konsep teoretis tersebut dapat dijelaskan bahwa Thorndike
menyatakan ada asosiasi antara kesan indrawi dengan impuls dengan tindakan
sebagai ikatan atau koneksi (Hergenhahn dan Olson, 2008: 60). Kemudian
menyatakan dasar dari proses belajar adalah trial-and-error
learning.
Teori belajar dengan uji coba
diperoleh dari percobaan kepada hewan yang dimasukkan pada perangkat, dan hewan
tersebut berusaha keluar untuk mendapatkan makanan di luar perangkat. Dari
percobaan tersebut dapat diamati bahwa belajar dilakukan secara bertahap. Hewan
dalam perangkat selalu berusaha dan menjadi berhasil keluar dari perangkat.
Perilaku berusaha dilakukan berulang-ulang merupakan sebagai proses belajar
yang bertahap. Berdasarkan percobaan tersebut dapat Thorndike menyimpulkan pula
bahwa belajar adalah bersifat langsung dan tidak dimediasi oleh pemikiran atau
penalaran (Hergenhahn dan Olson, 2008: 62). Hewan yang terdapat pada perangkat
hanya melakukan sesuai pengalaman dan naluri untuk keluar dari perangkat.
Menurut Hergenhahn dan Olson (2008: 63), Thorndike juga menegaskan bahwa proses
belajar semua mamalia, termasuk manusia, mengikuti kaidah yang sama.
1.
Implikasi
Teori Pembelajaran Thorndike pada Pendidikan Jasmani
a. Pada
pembelajaran olahraga, guru memberikan tugas pada peserta didik untuk
mengerjakan tugas dengan cara memasukkan bola basket pada ranjang bola basket.
Pendidik hanya menyediakan tempat bermain yang terdapat ring basket dan bola
basket.
b. Pembelajaran
permainan bola besar seperti sepak bola pada peserta didik. Pendidik
mengajarkan hal yang mudah terlebih dahulu yaitu teknik passing bagian dalam, kemudian menggunakan punggung kaki, dan kaki
bagian luar.
- Teori Pembelajaran
Burrhus Frederic Skinner
Burrhus Frederic Skinner dikenal
sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) dan meyakini bahwa
perilaku dikontrol melalui proses pengkondisian operan (operant conditioning) (Heri Rahyubi, 2014: 61). Skinner menyatakan
bahwa unsur dari proses belajar yaitu melalui penguatan (reinforcement). Pernyataan tersebut berdasarkan percobaan yang
dilakukan oleh Skinner pada tikus kelaparan dimasukkan pada sebuah kotak yang
telah terdapat berbagai peralatan seperti tombol, tempat makanan, dan lampu.
Tombol berguna sebagai cara mendapatkan makanan. Makanan dijadikan sebagai
unsur stimulus. Terjadi proses ikatan stimulus dan respon, apabila dilakukan
berulang kali akan semakin kuat.
Menurut Heri Rahyubi, 2014: 62),
Skinner membagi penguatan menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan
negatif. Penguatan positif terjadi apabila terdapat stimulus yang menyebabkan
pengulangan tingkah laku. Penguatan negatif terjadi apabila stimulus
menyebabkan tingkah laku berkurang atau menghilang. Perbedaan yang memperjelas
tentang penguatan positif dan negatif adalah penguatan positif terdapat
perilaku yang ditambah, dan penguatan negatif ada perilaku yang dikurangi atau
dihilangkan. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam
proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan (Heri Rahyubi, 2014:
63).
1.
Implikasi
Teori Pembelajaran Skinner pada Pendidikan Jasmani
a. Pendidik
olahraga melakukan pengulangan gerak pada senam irama.
b. Peserta
didik mempraktekkan teknik guling depan berulang-ulang.
c. Ketika
pembelajaran bola besar berlangsung, guru mengamati peserta didik yang sedang
berlatih memasukkan bola ke dalam ring basket. Terdapat peserta didik yang
berhasil memasukkan kemudian guru memberikan reward berupa pujian dan tepuk tangan. Peserta didik yang melakukan
teknik shooting memasukkan bola dalam
ring dengan benar tetapi tidak masuk, guru tersebut memberikan pujian.
d. Evaluasi
yang dilakukan seorang pendidik olahraga terhadap peserta didik yang
mempraktekkan teknik kurang tepat.
e. Pembelajaran
dengan menggunakan media gambar berurutan atau menggunakan video tentang
olahraga kepada peserta didik. Media tersebut dapat menguatkan pemahaman
peserta didik terhadap teknik dalam berolahraga.
- Teori Pembelajaran
Clack Leonard Hull
Hull merupakan tokoh behavioristik
yang mendasarkan teori belajarnya pada hubungan penguatan tingkah laku berupa
stimulus dan respons. Teori belajar Hull adalah teori reduksi dorongan atau
stimulus dorongan (Hergenhahn dan Olson, 2008: 156). Kecemasan murid dalam
proses belajar dapat dijadikan sebagai dorongan. Apabila kecemasan terlalu
sedikit terjadi dan kecemasan terlalu banyak maka tidak terjadi proses belajar.
Menurut Janet Taylor Spence dalam Hergenhahn dan Olson (2008: 156-157), siswa
yang merasakan kecemasan ringan ada dalam posisi terbaik untuk belajar dan lebih
mudah untuk diajari. Tanpa adanya dorongan tidak akan nada penguatan primer,
tidak akan timbul respons, tidak akan terjadi regulasi kebiasaan dari kebutuhan
pada organisme (Heri Rahyubi, 2014: 46).
Proses belajar terjadi apabila ada
stimulus kemudian terdapat respons. Respons tersebut menghasilkan kepuasan
fisik. Hubungan stimulus dan respons terjadi berulang-ulang, sehingga keduanya
semakin kuat. Penguatan (reinforcement)
merupakan salah satu prinsip utama teori Hull. Prinsip utama lain dari teori Hull
adalah adanya faktor O, yang mana merupakan kondisi internal dari stimulus dan
respons dan keseimbangan biologis. Proses belajar baru terjadi setelah
keseimbangan biologis terjadi (Heri Rahyubi, 2014: 47).
1.
Implikasi
Teori Pembelajaran Hull pada Pendidikan Jasmani
a. Pada
saat penyampaian materi olahraga, pendidik olahraga perlu menyampaikan tujuan
dari pembelajaran dan tidak lupa untuk selalu memotivasi peserta didik.
b. Pendidik
perlu mengetahui dengan berkomunikasi pada peserta didik tentang apa yang mereka
harapkan dan tujuan apa yang mereka hendak capai dalam mengikuti olahraga.
c. Materi
pembelajaran olahraga disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dengan acuan
kompetensi dasar sesuai kurikulum. Bisa juga dengan memodifikasi olahraga,
supaya peserta didik kaya akan pengalaman gerak.
d. Guru
memberikan materi pembelajaran sesuai dengan tumbuh kembang peserta didik,
misalnya: untuk peserta didik kelas bawah sekolah dasar lebih ditekankan pada
motorik kasar, dan untuk motorik halus dapat diberikan dalam porsi yang lebih
sedikit.
e. Pemberian
pujian pada peserta didik yang berhasil dan mampu mempraktekkan teknik dengan
baik.
- Teori Pembelajaran
Ivan Petrrovich Pavlov
Ivan Petrrovich Pavlov merupakan
tokoh behavioristik yang salah satu penelitiannya mengamati tentang perilaku
hewan. Hewan yang digunakan penelitiannya yaitu anjing. Berdasarkan penelitian
Pavlov, anjing tersebut mengeluarkan air liur setelah ditunjukkan makanan.
Sebelum menunjukkan makanan, telah dibunyikan bel. Pemberian makanan pada
anjing dilakukan berulang-ulang. Ketika peneliti memberikan makanan yang bukan
kesukaan anjing, anjing tersebut tetap mengeluarkan air liur. Bahkan ketika
hanya mendengar suara langkah kaki peneliti, anjing tersebut tetap mengeluarkan
air liur.
Teori Pavlov terkenal dengan
sebutan teori classical conditioning yang
juga disebut response conditioning atau
Pavloving conditioning (Heri Rahyubi,
2014: 25). Teori tersebut dapat dilatihkan dan stimulus yang telah ada dapat
digantikan. Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, bahwa proses belajar
dapat dikondisikan dan dimodifikasi. Menurut Hergenhahn dan Olson (2008: 221),
modifikasi sikap dan emosi terhadap belajar berdasarkan pengkondisian klasik
harus dilakukan dengan hati-hati agar mendapatkan program pendidikan yang
benar-benar efektif.
1.
Implikasi
Teori Pembelajaran Pavlov pada Pendidikan Jasmani
a. Peserta
didik yang antusias mengikuti pembelajaran olahraga dan ketika pendidik mulai
mendekati dan mengambil alih barisan terlihat ekspresi anak yang ceria.
b. Pemberian
kode pada saat permainan olahraga. Kode tersebut merupakan bagian dalam
permainan yang menyebabkan anak menjadi aktif.
c. Apabila
penggunaan kode tersebut sudah berulang-ulang, peserta didik telah bisa menebak
tentang hal apa yang akan dilakukan bila mengetahui kode tertentu.
d. Supaya
peserta didik tidak bosan, dapat dilakukan modifikasi kode atau bentuk
permainannya. Perubahan kode dan permainan olahraga harus disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik.
- Teori Pembelajaran
Gestalt
Gestalt menyatakan bahwa proses
belajar didasarkan pemahaman. Menurut Gestalt dalam Heri Rahyubi (2014: 80),
yang paling penting dalam proses belajar adalah individu mengerti apa yang
dipelajarinya. Teori Gestalt dijelaskan oleh Kohler melalui experimen. Kohler
menggunakan simpanse sebagai subjek percobaan. Pada percobaan tesebut, simpanse
dalam sebuah sangkar yang ada tongkatnya, diluar sangkar terdapat pohon pisang.
Simpanse mencoba untuk mengambil pisang dengan tangan kosong, tetapi tidak bisa
meraihnya. Kemudian muncul pemahaman mengambil pisan dengan tongkat. Simpanse
dapat mengambil pisang tersebut. Jarak pisang dari sangkar diperjauh dan
terdapat 2 tongkat. Awal mulanya simpanse mencoba meraih pisang dengan satu
tongkat, akan tetapi usahanya belum berhasil. Kemudian simpanse mengerti bahawa
ada dua tongkat, simpanse meraih pisang dengan menyambung kedua tongkat. Dalam
percobaan tersebut tampak bahwa
simpanse dapat meraih insight, dan
mampu mentransfer insight tersebut
untuk memecahkan problem lain yang dihadapinya (Heri Rahyubi, 2014: 82).
1.
Implikasi
Teori Pembelajaran Gestalt pada Pendidikan Jasmani
a. Pendidik
memberikan permainan bola basket, peserta didik berdiskusi bagaimana cara
mengalahkan lawannya.
b. Pendidik
memberikan contoh berbagai macam teknik pada sepak bola, kemudian pendidik
memberikan tes pada peserta didik. Tesnya yaitu peserta didik wajib menggunakan
teknik tertentu pada saat yang tepat. Penilaian dari ketepatan penggunakan
teknik.
- Teori Pembelajaran
Albert Bandura
Menurut Heri Rahyubi (2014: 97),
Albert bandura sangat terkenal dengan konsep “Teori Pembelajaran Sosial” (Social Learning Theory), salah satu
konsep pembelajaran yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran,
pemahaman, dan evaluasi. Proses belajar dipengaruhi oleh tingkah laku,
lingkungan, dan kondisi internal. Lingkungan merupakan faktor eksternal yang
dapat menentukan perilaku dan kondisi internal merupakan proses pemahaman. Ciri
proses belajar teori ini adalah modeling, yaitu fase dimana guru memodelkan
atau mencontohkan melalui demonstrasi bagaimana suatu keterampilan itu
dilakukan (Heri Rahyubi, 2014: 105).
Bandura dalam Hergenhahn dan Olson
(2008: 363), menyebut empat proses yang mempengaruhi belajar observasional,
yaitu proses atensional, retensional, pembentukan perilaku, dan motivasional. Proses
atensional adalah suatu yang diamati itu yang dipelajari. Proses retensional di
mana informasi disimpan secara simbolis melalui dua cara, secara imajinal
(imajinatif) dan secara verbal (Hergenhahn dan Olson (2014: 364). Proses
pembentukan perilaku terbentuk dari pengamatan perilaku model dan perilaku
sendiri, kemudian membandingkan dengan representasi kognitif. Perilaku keduanya
menimbulkan tindakan korektif. Proses motivsional terjadi karena ada intensif
yang positif, maka perilaku yang ditiru itu akan memperoleh lebih banyak
perhatian, dipelajari dengan lebih baik, dan ditampilkan lebih sering (Heri
Rahyubi, 2014: 108). Berdasarkan proses motivasional yang merupakan insentif
positif sehingga memunculkan penguatan,
1.
Implikasi
Teori Pembelajaran Bandura pada Pendidikan Jasmani
a. Pendidik
dapat menjadi model untuk suatu keahlian, strategi pemecahan masalah, kode
moral, standar performa, aturan prinsip umum, dan kreativitas (Hergenhahn, 2008:
385). Jadi peserta didik dapat mengamati apa yang dijelaskan dan diperagakan oleh
pendidik.
b. Pendidik
membantu siswa merumuskan tujuan yang tidak terlalu sulit atau tidak terlalu
mudah untuk dicapai (Hergenhahn, 2008: 285). Pada pembelajaran pendidik
memberikan cara mudah dalam mempraktekkan permainan olahraga, apabila masih ada
yang belum paham, pendidik dapat melakukan pendekatan personal dengan peserta
didik.
c. Pendidik
harus mempertimbangkan kemampuaan verbal siswa saat akan merencanakan modelling.
d. Pendidik
pendidk harus mengetahui proses pembentukan perilaku siswa. Hal ini pendidik
selalu memantau perilaku siswa saat proses pembelajaran olahraga.
e. Pendidik
juga dapat memberikan insentif berupa nilai, tanda jasa, pujian atau
penghargaan untuk peserta didik yang mampu memerhatikan, menyimpan, melakukan
intruksi sesuai yang diungkapkan pendidik.
- Teori Pembelajaran
Jean Piaget
Piaget mengembangkan teori tentang
perkembangan intelektual. Perkembangan intelektual mengontrol setiap
perkembangan aspek lain seperti emosi, sosial, dan moral (Heri Rahyubi, 2014:
126). Piaget mengungkapkan ada 4 tahap perkembangan intelektual anak, yaitu
tahap sensorimotor, tahap pra operasional, tahap operasional konkret,
operasional formal. Menurut Hergenhahn dan Olson (2008: 325), Piaget
mendeskripsikan empat tahap utama: (1) sensorimotor, dimana anak berhadapan
langsung dengan lingkungan dengan menggunakan refleks bawaan mereka; (2)
pra-operasioanal, dimana anak mulai menyusun konsep sederhana; (3) operasi
konkret, dimana anak menggunakan tindakan yang telah diinterogasikan atau
pemikiran untuk memecahkan masalah dalam pengalaman mereka; (4) operasi formal,
dimana anak dapat memikirkan situasi hipotesis secara penuh.
Konsep teoritis utama teori
pembelajaran dari Piaget yaitu intelegensi, skemata, asimilasi dan akomodasi,
ekuilibrasi, interiorisasi. Menurut Piaget dalam Hergenhahn dan Olson (2008:
313), intelegensi adalah bagian integral dari setiap organisme karena semua
organisme yang hidup selalu mencari kondisi yang kondusif untuk kelangsungan
hidup mereka. Skemata merupakan bagian dalam setruktur kognitif organisme yang
akan menentukan bagaimana ia akan merespons lingkungan fisik. Asimilasi adalah
proses merespons lingkungan. Akomodasi adalah proses memodifikasi struktur
kognitif. Ekuilibrasi adalah tendensi bawaan untuk mengorganisasikan pengalaman
agar mendapatkan adaptasi yang maksimal (Hergenhahn dan Olson, 2008: 316).
Sedangkan interiorisasi adalah penurunan ketergantungan pada lingkungan fisik
dan meningkatnya penggunaan struktur kognitif.
1.
Implikasi
Teori Pembelajaran Piaget pada Pendidikan Jasmani
a. Materi
pembelajaran olahraga menyesuaikan dengan tumbuh kembang peserta didik. Seperti
halnya pada peserta didik sekolah dasar kelas bawah yang masih dominan dengan
motorik kasar.
b. Pemberian
materi pembelajaran olahraga yang saling terkait dan sistematis. Isi materi
dari yang mudah ke sulit, sederhana ke kompleks.
- Teori Pembelajaran
Edwin Ray Guthrie
Guthrie adalah seorang filosof,
matematikawan, dan psikolog behavior (Heri Rahyubi, 2014: 53). Guthrie merevisi
prinsip teori pembelajaran hukum kontiguitas yang berbunyi: “Suatu kombinasi
dari rangsangan yang menyertai sebuah gerakan pada saat terjadinya cenderung
diikuti oleh gerakan tersebut” menjadi berbunyi: “Apa yang diperhatikan menjadi
tanda untuk suatu yang dilakukan” (Heri Rahyubi, 2014: 54). Berdasarkan pernyataan
tersebut bahwa makhluk hidup banyak menerima stimulus dari luar, akan tetapi
karena keterbatasan dalam menerima stimulus, makhluk hidup hanya bisa menerima
beberapa stimulus yang disukai. Guthrie juga menerapkan konsep pembelajaran
dengan istilah one-trial learning.
Konsep tersebut menjelaskan bahwa proses pembelajaran terjadi pada awal
pertemuan. Menurut Heri Rahyubi (2014: 55), bahwa jika stimulus respons menjadi
klop dan nyambung, maka “pertemuan” pertama punya kesan yang sangat kuat dan
sulit dihilangkan. Hal ini Guthrie menolak pengulangan dalam proses
pembelajaran.
Adanya hukum kontiguitas dan one-trial learning memberikan ruang pada
proses pembaruan. Apabila sudah ada stimulus dan sudah mengulang respons
memecahkan masalah, kemudian ada kombinasi stimulus dan memperoleh cara
memecahkan masalahnya, maka cenderung akan respons terakhir yang dilakukan
kembali. Hal ini memperkuat teori dari Guthrie menolak penguatan. Guthrie juga
menolak konsep transfer latihan. Tidak ada jaminan bahwa seorang siswa yang
belajar suatu perkalian angka di papan tulis dan berhasil mengerjakannya, lalu
bisa dipastikan bahwa bisa mengerjakan soal yang sama ketika ia kembali ke
tempat duduknya (Heri Rahyubi, 2014: 57). Hal itu dikarenakan ada perbedaan
stimulus. Jadi menurut Guthrie dalam Heri Rahyubi (2014: 58), jika seorang
ingin sukses dalam belajar ia sebaiknya latihan di tempat yang sama situasinya
dengan tempat ia akan dites nanti. Hal yang berbeda dengan hukuman, Guthrie
mendukung bahwa hukuman mempunyai peran besar untuk mengubah perilaku. Hukuman
yang dimaksudkan adalah hukuman yang tidak menimbulkan perilaku tidak sesuai.
1.
Implikasi
Teori Pembelajaran Guthrie pada Pendidikan Jasmani
a. Pemberian
materi olahraga yang menarik pada pertemuan pertama sehingga membuat peserta
didik antusias.
b. Pada
konsep penerapan teknik permainan, peserta didik misalnya telah melakukan
banyak percobaan dan berhasil, akan tetapi teknik tersebut belum tepat.
Kemudian pendidik melakukan evaluasi, dan peserta didik akan menggunakan teknik
hasil dari evaluasi.
c. Pada
proses pembelajaran lebih baik dilakukan pada kondisi yang nyaman bagi peserta
didik. Seperti ketika pembelajaran olahraga dapat dilakukan diluar lingkungan
sekolah.
d. Pendidik
memberikan materi yang bisa membuat peserta didik antusias dan nyaman
mengikutinya.
I.
Teori
Pembelajaran Donald Olding Hebb
Konsep teoritis utama Hebb adalah
lingkungan terbatas, lingkungan yang kaya, kumpulan sel, sekuensi fase, teori
kewaspadaan/kesiapan, teori kewaspadaan dan penguatan, deprivasi sensoris, sifat
rasa takut, memori jangka panjang dan pendek, konsolidasi dan otak. Lingkugan
terbatas bisa melemahkan perkembangan belajar awal dan perkembangan sistem
saraf. Banyak studi yang mendukung kesimpulan bahwa dengan membatasi pengalaman
sebelumnya, seseorang bisa mencampuri perkembangan intelektual dan perseptual (Hergenhahn
dan Olson, 2008: 397). Lingkungan yang kaya memberikan pengaruh yang baik pada
perkembangannya. Penelitian yang dilakukan oleh Hebb mengonfirmasikan bahwa
tikus yang dibesarkan di lingkungan yang kaya belajar lebih cepat ketimbang
tikus yang dibesarkan di lingkungan terbatas. Pada konsep teoritis lingkungan
terbatas dapat diperbaiki dengan menerapkan lingkungan yang kaya. Pengalaman
yang didapat dari lingkungan terbatas akan kurang bagus dalam memecahkan sebuah
permasalahan. Menurut Hebb dalam Hergenhahn dan Olson (2008: 400), kumpulan sel
adalah basis neurologis dari ide atau pemikiran. Kumpulan sel dapat diperbaiki
dengan belajar atau perkembangan.
Konsep teoritis berikutnya yaitu sekuensi
fase. Sebuah phase sequence (sekuensi
fase) adalah “serangkaian aktivitas kumpulan yang terintegrasi secara temporer;
ia sama dengan arus pemikiran” (Hebb dalam Hergenhahn dan Olson, 2008: 401). Teori
Kewaspadaan/Kesiapan merupakan sarat seorang untuk menjalankan seuatu yang
perlu diperhatikan. Secara umum menurut Hergenhahn dan Olson (2008: 403),
ketika level kewaspadaan terlalu tinggi, menurunkannya akan menguatkan, dan
ketika level kewaspadaan terlalu rendah, menaikkannya akan menguatkan. Hebb
juga menerangkan tentang deprivasi sensoris terjadi pengalaman sensoris
dibatasi untuk menghambat perkembangan kumpulan neurofisiologis yang
mempresentasikan objek dan kejadian di dalam lingkungan.
Rasa takut muncul apabila belum pernah
mengenali objek yang baru. Setelah dilakukan berulang-ulang rasa takut itu
mulai hilang. Tidak hanya itu, apabila dukungan sensoris kurang, akan
menyebabkan rasa takut. Hebb menyatakan pada proses pembelajaran terdapat memori
jangka panjang dan jangka pendek. Memori jangka panjang yaitu kemampuan
menyimpan, mengingat, mengungkapkan suatu hal yang telah lama terjadi.
Sedangkan memori jangka pendek yaitu kemampuan menyimpan, mengingat,
mengungkapkan suatu hal yang baru saja terjadi. Memori jangka pendek hanya
mampu menyimpan dengan jangka waktu tidak lama, akan tetapi memori jangka
pendek dapat menjadi jangka panjang dengan cara perlakuan berulang-ulang dan
bermanfaat. Hal ini berkaitan dengan konsep teoritis yang terakhir yaitu
konsolidasi dan otak. Konsolidasi merupakan proses memperkuat apa yang telah
diterima oleh otak.
1.
Implikasi
Teori Pembelajaran Hebb pada Pendidikan Jasmani
a.
Peserta didik harus
diikut sertakan dalam berbagai macam olahraga.
b. Peserta
didik yang bermalasan dalam aktivitas olahraga terlihat kurang bersemangat dan
perkembangan motorik kurang sesuai. Biasanya dijumpai pada anak yang obesitas.
c. Peserta
didik yang mempunyai pengalaman gerak yang banyak, dia akan terampil dalam
memperagakan suatu gerakan. Mampu dengan cepat dan mudah menjalankan instruksi
dari gurunya.
d. Pembelajaran
rekreasi diluar sekolah memberikan pengalaman bagi anak.
e. Proses
pembelajaran dari yang mudah ke yang kompleks.
f. Konsentrasi
peserta didik saat pembelajaran olahraga berlangsung.
BAB
III
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan
pembahasan implikasi teori pembelajaran pada pendidikan jasmani, yaitu
1. Setiap
teori pembelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga penggunaannya
dapat disesuaikan pada permasalahan yang ada.
2. Proses
pembelajaran jasmani merujuk pada teori pembelajaran, yang mana belajar itu
diberikan pada tingkat perkembangan peserta didik yang sesuai. Proses
pembelajaran dilakukan secara bertahap dari yang mudah ke kompleks.
Pembelajaran yang dimodifikasi secara menarik dan bermakna membuat peserta
didik antusias mengikutinya, dan peserta didik dapat memahami secara baik
mengerti tujuan proses pembelajaran yang diperoleh. Peserta didik dapat
melakukan pengulangan secara baik dan benar. Pemberian banyak pengetahuan tentang
kegiatan olahraga membuat peserta didik kaya akan pengalaman. Peserta didik
menjadi lebih berkembang dan mudah mengikuti proses pembelajaran.
B.
Saran-Saran
Saran untuk pembaca terutama bagi
pendidik, pendidik segera dapat menyesuaikan dengan teori pembelajaran. Apabila
dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan, penulis terbuka menerima kritik
dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
Hergenhahn
B.R. & Olson M.H. (2008). Theories of
Learning. Edisi Ketujuh. Jakarta:
Kencana.
Heri
Rahyubi. (2014). Teori-Teori Belajar dan
Aplikasi Pembelajaran Motorik. Cetakan Kedua. Majalengka: Nusa Media.
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih, Komentar dan saran...
Sukses Selalu