BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Belajar adalah salah satu topik paling penting didalam
psikologi saat ini, namun konsepnya sulit untuk didefinisikan. Belajar diukur
berdasarkan perubahan dalam perilaku, dengan kata lain, hasil belaar harus
selalu diterjemahkan kedalam perilaku atau tindakan yang dapat diamati. Setelah
menjalani proses belar, pembelajar akan mampu melakukan sesuatu yang tidak bisa
mereka lakukan sebelum mereka belajar.
Maka dari itu, penulis coba merangkum berbagai
pendapat dari salah satu psikolog terkemuka dunia yang karya-karya dan
pemikirannya telah banyak mempengaruhi cara belajar hingga saat ini.
Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) lahir di
Susquehana, Pennsylvania. Dia meraih gelar master pada1930 dan Ph,D, pada 1931
dari Harvard University. Gelar B.A, diperoleh dari Hamilton College, New York,
dimana dia mengambil jurusan sastra Inggris.
Kepeduliannya terhadap pendidikan membuat dia
banyak melakukan penelitian, dan riset panjang yang banyak mengorbankan waktu
untuk hal lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP TEORETIS UTAMA
1.
Behaviorisme
Radikal
Skinner
mengadopsi dan mengembangkan filsafat ilmiah yang dikenal sebagai radical
behaviorism (behavirisme radikal). Orientasi ilmiah ini menolak bahasa
ilmiah dan interpretasi ilmiah yang mengacu pada mentalistic event (kejadian
mental). Beberapa teoretisi belajar behavioristik menggunakan istilah seperti
dorongan, motivasi, dan tujuan untuk menjelaskan aspek tertentu dari perilauku
manusia dan non manusia. Skinner menolak jenis istilah ini karena istilah ini
merujuk pada pengalaman mental yang bersifat pribadi, dan menurutnya
menyebabkan psikologi kembali kebentuk non-ilmiah. Menurut Skinner aspek yang
dapat diamati dan dapat diukur dari lingkungan, dari perilaku organisme, dan
dari konsekuensi perilaku itulah yang merupakan materi penting untuk penelitian
ilmiah.
Skinner berpendapat bahwa sains atau ilmu
pengetahuan adalah soal pencarianSebab-sebab,bahwa identifikasi sebab-sebab
akan memungkinkan dilaakukan prediksi dan kontrol, dan bahwa penelitia
ekperimental, yang dilakukan dengaan benar akan bisa mengidentifikasi
sebab-sebab itu. Behaviorisme radikal Skinner ini adalah pandangan yang
luarbiasa tentang ilmu pengetahuan... apa-apa yang unik dan menantang dan
banyak disalah pahamidari behaviorisme radikal Skinner ini adalah argumen
Skinner bahwa pandangannya ini merupakan basis atau skeptisismenya terhadap
khususnya mentalisme dan terhadap berbagai pendekatan yang paling penting
terhadap kajian tindakan akal dan belajar pada umumnya.
2.
Perilaku
Responden dan Operan
Skinner membedakan dua jenis perilaku responden
behavior (perilaku responden),yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang
dikenali, dan operant behavior (perilaku operan), yang tidak diakibatkan oleh
stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organisme. Respon yang
tidak terkondisikan (bersyarat) adalah contoh dari perilaku responden karena
respons ini ditimbulkan oleh stimuli yang tak terkndisikan. Contoh dari
perilaku respnden adalah semua gerak refleks. Karena perilaku peran pada
awalnya tidak berkolerasi dengan stimuli yang dikenali, maka ia tampak spontan.
Kebanyakan aktivitas keseharian kita adalah perilaku peran.
3.
Pengkondisian
Tipe S dan Tipe R
Bersama dengan dua perilaku tersebut diatas, ada
dua jenis pengkondisian. Pengkndisian Tipe S juga dinamakan respondent
coditioning (pengkondisian responden) dan identik dengan pengkondisian
klasik. Ia disebut pengkondisian Tipe S karena menekankan arti penting stimulus
dalam menimbulkan respons yang diinginkan. Tipe kondisi yang menyangkut
perilaku operan dinamakan Tipe R karena penekannya adalah pada respons.
Pengkondisian Tipe R juga dinamakan operant conditioning (pengkondisian
operan).
Ada dua prinsip umum dalam pengkondisian Tipe R :
(1) setiap respons yang diikuti dengan stimulus yang menguatkan cenderung
diulang; (2) stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar
rata-rata terjadinya respons operan.
Skinner (1953) tidak mengemukakan kaidah yang
mesti diikuti seseorang untuk menemukan apa yang merupakan penguat yang
efektif. Namun dia mengatakan bahwa apakah sesuatu itu menguatkan atau tidak
akan hanya dapat dipastikan melalui efeknya terhadap perilaku.
Dalam pengkondisian operan, penekannya adalah pada
perilaku dan pada konsekuensinya; dengan pengkondisian peran, organisme pasti
merespons dengan cara tertentu untuk memproduksi stimulus yang menguatkan.
Prinsip pengkndisian operan berlaku untuk berbagai macam situasi.
Prinsip yang sama juga dianggap bisa diaplikasikan
untuk pengembangan personalitas (kepribadian) manusia. Menurut Skinner, diri
kita adalah diri yang diperkuat pada satu saat tertentu. Apa yang kita sebut
personalitas tak lain adalah pola perilaku yang konsisten yang meringkaskan
sejarah penguatan dalam diri kita.
B.
Pandangan
Skinner Tentang Pendidikan
Skinner sangat tertarik untuk mengaplikasikan teori belajarnya ke proses pendidikan.
Menurut Skinner, belajar akan berlangsung sangat efektif apabila
1.
Informasi
yang akan dipelajari disajikan secara bertahap.
2.
Pembelajar
segera diberi umpan balik (feedback)
mengenai akurasi pembelajaran mereka yakni, setelah belajar mereka segera
diberi tahu apakah mereka sudah memahami informasi dengan benar atau tidak?
3.
Pembelajar
mampu belajar dengan caranya sendiri.
Skinner menegaskan bahwa tujuan belajar seharusnya
dispesifikasikan dahulu sebelum pelajaran dimulai. Dia menegaskan bahwa tujuan
belajar itu mesti didefinisikan secara behavioral. Jika tujuan pendidikan tidak
bisa dispesifikasikan secara behavioral, instruktur tak akan tahu apa yang
harus diajarkan. Jika tujuan dispekifikasikan dalam therm yang sulit
diterjemahkan kedalam therm behavioral,maka sulit sekali untuk menentukan
sejauh mana tujuan pembelajaran sudah terpenuhi.
Seperti behavioris lainnya, dia memulai dengan
langkah yang sederhana ke yang kompleks. Perilaku kompleks dianggap terdiri
dari bentuk-bentuk perilaku sederhana. Seperti Thorndike, bagi Skinner motivasi
hanya penting untuk menentukan apa yang akan bertindak sebagai penguat untuk
murid tertentu. Penguat sekunder adalah sangat penting pula, sebab penguat ini
biasanya dipakai di kelas. Contoh dari penguat sekunder adalah pujian verbal,
ekspresi wajah yang menyenangkan, pemberian penghargaan, menghargai kesuksesan,
memberi nilai, peringkat, dan memberi kesempatan murid untuk mengerjakan
sesuatu yang diinginkannya. Bagi guru skinnerian, fungsi utama pendidikan
adalah mengatur kuntingensi penguatan sehingga perilaku yang dianggap penting
bisa ditingkatkan. Penguatan intrinsik dianggap tidak penting.
Dalam artikelnya yang berjudul “The Shame of
American Education” Skinner (1984) menegaskan bahwa penggunaan instruksi yang
terprogram bukan hanya akan membantu siswa belajar, tetapi juga meningkatkan
rasa hormat kepada guru.
Sukses dan kemajuan adalah hal yang akan dihasilkan
oleh instruksi yang terprogram. Hal inilah yang akan membuat pengajaran menjadi
profesi yang layak dan mulia. Siswa bukan hanya harus belajar tetapi juga harus
tahu bahwa mereka sedang belajar. Demikian pula guru bukan hanya harus mengajar
tetepi juga harus tahu bahwa mereka sedang mengajar. Kejemuan dan kelesuan
adalah biasanya akibat dari penanganan terhadap murid secara keliru, tetapi itu
mungkin juga akibat dari penggunaan cara-cara lama. Sayangnya komunitas juga
tidak menyadarinya. Salah satu usulan perbaikan pendidikan adalah dengan
memberi penghormatan kepada guru, tetapi cara ini terbalik. Yang benaradalah
para guru mesti mengajar dua kali lebih baik, dan penghormatan akan datang
dengan sendirinya.
C.
Warisan
Skinner : PSI, CBI, dan Belajar Online
Menarik untuk dicatat bahwa tekhnik
pengajaran paling umum adalah pemberian
ceramah pelajaran (perkuliahan) dan tekhnik ini melanggar tiga prinsip yang
didiskusikan diatas. Skinner mengusulkan alternatif tekhnik pengajaran, yang
dinamakan programmed learning (belajar terprogram), yang mencakup ketiga
prinsip tersebut. Alat yang diciptakan untuk menyajikan materi yang terprogram
dinamakan teaching machine (mesin pengajaran).
Belajar terprogram adalah tekhnik yang lebih
mungkin digunakan oleh guru yang berorientasi behavioralistik ketimbang guru
yang berorientasi kognitif. Belajar terprogram memuat banyak prinsip dari teori
penguatan, meskipun tekhnik ini tidak diciptakan oleh teoretisi penguatan.
Pendekatan skinner untuk belajar terprogram
mengandung ciri-ciri yang berasal dari teori belajarnya :
1.
Langkah-langkah kecil. Pembelajar dihadapkan dengan sejumlah kecil
informasi dan berjalan dari satu frame, atau satu unit informasi, ke
frame selanjutnya secara tertib dan urut. Inilah yang dimaksudkan dengan linear
program (program linear).
2.
Respons yang jelas. Overt responding (respon yang jelas)
adalah harus, sehingga jawaban siswa yang benar dapat diperkuat dan respons yang
salah dapat dikoreksi.
3.
Umpan balik segera. Segera sesudah memberi respons, siswa diberi
tahu apakah respons mereka benar atau tidak. Immediate feedback (umpan balik
segera) ini bertindak sebagai penguat jika jawabannya benar dan sebagai
tindakan korektif jika jawabannya salah.
4.
Self-pacing. Siswa menempuh pelajaran terprogram sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya sendiri.
Ada sejumlah variasi dalam program di atas.
Misalnya, beberapa siswa mungkin melompati informasi yang sudah diketahuinya.
Prosedur ini biasanya dengan memberi siswa pra-tes untuk bagian tertentu dari
program, dan jika mereka bisa mengerjakannya dengan memuaskan, maka mereka diperintahkan
untuk melangkah kebagian selanjutnya.
Jenis lain dari pemrograman adalah dengan mengijinkan siswa untuk “menambah” informasi
lain, berdasarkan kinerja mereka. Setelah murid diberi informasi, mereka diberi
pertanyaan pilian ganda. Jika mereka menjawab dengan benar, mereka maju ke
informasi selanjutnya.
Sistem Instruksi
Personal
Pendekata yang disebut Personalized Systems of Intruction (PSI) pada mulanya dinamakan
Keller Plan. Seperti belajar terprogram, metode PSI mengindividualisasikan dan
memberi umpan balik yang sering dan cepat mengenai kinerja siswa. Memberikan
pelajaran secara individual biasanya menggunakan empat langkah, yang dapat
diringkaskan sebagai berikut :
1.
Menentukan
materi yang akan diajar.
2.
Membagi
materi menjadi segmen-segmen tersendiri.
3.
Menciptakan
metode evaluasi sejauh mana siswa telah menguasai materi dalam segmen tertentu.
4.
Mengijinkan
siswa melangkah dari satu segmen ke segmen lainnya sesuai kemampuan mereka.
Penekanan dalam pengajaran PSI adalah pada
penguasaan materi segmen yang di ajarkan, biasanya ditunjukkan dengan kinerja
pada ujian ringkas dan terfokus. Instruktur dapat meminta siswa menguasai
materi secara menyeluruh sebelum berpindah ke segmen lain. Atau, instruktur mungkin menetapkan
syarat minimum, misalnya penguasaan materi 90 persen, yang harus dicapai
sebelum siswa melangkah ke segmen lain. Bahkan jika penguasaan menyeluruh tidak
di wajibkan, siswa dalam kursus individual ini biasanya akan mendapat nilai A
atau B, karena dalam pelajaran individu ini banyak faktor personal yang memberi
kontribusi pada variasi nilai tes telah di eliminasi.
Instruksi Berbasis Komputer
Ketika komputer dipakai untuk menyajikan
pengajaran terprogram atau jenis materi pelajaran lainnya, proses ini dinamakan
computer-based
instruction (CBI) (pengajaran berbasis komputer, yang juga terkadang
dinamakan instruksi berbantuan komputer). Siapa saja yang baru-baru ini membeli
word-processing baru, misalnya, punya
opsi untuk menjalankan latihan tutorial yang sudah built-in dalam software. Pengguna komputer yang
mengikuti tutorial itu akan mampu bekerja dengan cara dan kecepatannya sendiri
melalui unit-unit kecil yang dimaksudkan untuk mengajarkan keahlian dan
aplikasi spesifik. Tutorial itu mengharuskan adanya respon yang tegas dan
keterlibatan aktif dalam mempelajari materi. Bantuan (help)disediakan cukup
dengan mengklik suatu tombol, dan umpan balik bisa langsung diberikan. Prinsip
belajar yang ada dalam belajar terprogram Skinner juga ada di CBI.
CBI memang semakin canggih sehingga banyak orang yang
kini percaya bahwa ia bisa dipakai untuk mengajarkan apapun dengan cara seperti
yang dilakukan oleh guru yang terbaik. Format pendidikan yang terkait dengan
CBI adalah “kelas virtual”, terkadang disebut sebagai on-line education
(pendidikan online). Berkat tekhnologi komputer yang makin canggih , modem,
internet, kini siswa dapat duduk didepan komputer yang jaraknya ribuan mil dari
sumber informasi untuk melakukan interaksi, melalui keyboard komputer, dengan
instruktur atau dengan materi.
BAB III
KESIMPULAN
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih, Komentar dan saran...
Sukses Selalu