Labels

Monday, 11 January 2016

Teori Pembelajaran Teori Edwin R Guthrie

Teori Pembelajaran
 Menurut Edwin R Guthrie

ABSTRAK
Pengambilan dan penerapan teori belajar dan pembelajaran yang kurang pas atau kurang relevan dengan situasi dan kondisi yang bisa menyebabkan kerugian. sehingga penulis membahas tentang teori pembelajaran dari Edwin Ray Guthrie. Guthrie lahir pada 1886 dan meninggal pada 1959. . Guthrie (1952) berpendapat bahwa kaidah yang dikemukakan oleh para teoritis seperti Thorndike dan Pavlov adalah terlalu ruwet dan tak perlu, sebagai penggantinya dia mengusulkan satu hokum belajar, law of contiguity (hokum kontiguitas), yang dinyatakannya sebagai berikut: “Kombinasi stimuli yang mengiringi suatu gerakan akan cenderung diikuti oleh gerakan itu jika kejadiannya berulang” dan di revisi menjadi “Apa-apa yang dilihat akan menjadi sinyal untuk apa-apa yang dilakukan”.
prinsip one-trial learning (belajar satu percobaan) dari Guthrie (1942) menolak hokum frekuensi sebagai prinsip belajar Jadi menurut Guthrie, belajar adalah hasil dari kontiguitas antara satu pola stimulasi dengan satu respons, dan belajar akan lengkap hanya setelah penyandingan antara stimuli dan respons. Prinsip kontiguitas dan belajar satu percobaan membutuhkan recency principle (prinsip kebaruan), yang menyatakan bahwa respons yang dilakukan terakhir kali dihadapan seperangkat stimuli adalah respons yang akan dilakukan ketika kombinasi stimulus itu terjadi lagi diwaktu lain. Guthrie membedakan dua hal yang sepintas hampir sama, yaitu “gerakan” dan “tindakan”.
Menurut Guthrie, reinforcement sekedar rancangan atau rangkaian mekanis yang bias disangkal dengan prinsip kebaruan. Sehingga penguatan hanyalah aransemen mekanis yang dapat dijelaskan dengan hokum belajar. Lupa disebabkan oleh munculnya respons alternative dalam satu pola stimulus. Kebiasaan adalah respons yang menjadi diasosiasikan dengan sejumlah besar stimulus. 3 cara memberikan respons: Threshold Method (Metode Ambang), Fatigue Method (Metode Kelelahan), Incompatible response method (metode respons yang tidak kompatibel).

Membelokkan atau menyimpangkan kebiasaan dilakukan dengan menghindari petunjuk yang menimbulkan perilaku yang tak diinginkan. hukuman (punishment) punya pengaruh cukup besar untuk mengubah perilaku makhluk hidup atau lebih spesifik lagi seseorang. Drives(dorongan) fisiologis merupakan apa yang oleh Guthrie disebut maintaining stimuli (stimuli yang mempertahankan) yang menjaga organism tetap aktif sampai tujuan tercapai. Respons yang dikondisikan ke maintaining stimuli dinamakan intentions (niat). Dalam hal ini Guthrie menolak konsep transfer latihan. Motivasi lebih tidak penting bagi Guthrie ketimbang Thorndike. Latihan (praktik) adalah penting karena ia menimbulkan lebih banyak stimuli untuk menghasilkan perilaku yang diinginkan.



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Belajar merupakan proses hidup yang sadar atau tidak harus dijalani semua manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, pengetahuan, keterampilan dan sikap. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun masyarakat. Bagi individu, kemampuan belajar secara terus-menerus bisa semakin meningkatkan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar berperan penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi.
Teori pendidikan, belajar, dan pembelajaran yang digagas oleh berbagai pemikir telah banyak muncul dalam sejarah umat manusia. Nadanya sangat beragam dan variatif. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, punya kekuatan dan kelemahan.
Pengambilan dan penerapan teori belajar dan pembelajaran yang kurang pas atau kurang relevan dengan situasi dan kondisi yang bisa menyebabkan kerugian berbagai pihak yang berhubungan dengan jagat pendidikan dan pembelajaran itu; entah kerugian yang menyangkut waktu, biaya dan tenaga. sehingga penulis membahas tentang teori pembelajaran dari Edwin Ray Guthrie.

1.2  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah pada makalah ini adalah: bagaimanakah teori pembelajaran menurut Edwin Ray Guthrie ?

1.3  Tujuan
Tujuan dari makalah ini sebagai salah satu persyaratan mata kuliah Teori Pembelajran dan agar kita dapat mengetahui bagaimana teori pembelajaran yang dikemukakan oleh Edwin Ray Guthrie.









BAB II
PEMBAHASAN

Riwayat Hidup Erwin R. Guthrie
            Guthrie lahir pada 1886 dan meninggal pada 1959. Dia adalah professor psikologi di University of Washington dari 1914 sampai pensiun pada 1956. Karya dasarnya adalah  the psychology of learning, yang dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada 1952. Gaya tulisannya mudah diikuti, penuh humor, dan menggunakan banyak kisah untuk menunjukkan contoh ide-idenya. Tidak ada istilah teknis atau persamaan matematika dan dia sangat yakin bahwa teorinya atau teori ilmiah apa saja harus dikemukakan dengan cara  yang dapat dipahami oleh mahasiswa baru. Dia sangat menekankan pada aplikasi praktis dari gagasannya dalam hal ini dia mirip dengan Thorndike dan Skinner. Dia sebenarnya bukan eksperimentalis meskipun dia jelas punya pandangan dan orientasi eksperimental. Bersama dengan Horton, dia hanya melakukan satu percobaan yang terkait dengan teori belajarnya, dan kita akan mendiskusikan percobaan ini. Tetapi dia jelas seorang behavioris. Dia bahkan menganggap teoretisi seperti Thorndike, Skinner, Hull, Pavlov dan Watson masih sangat subjektif dan dengan menerapkan hukm parsimony secara hati-hati akan dimungkinkan untuk menjelaskan semua fenomena belajar dengan menggunakan satu prinsip. Seperti yang akan kita diskusikan di bawah, satu prinsip ini adalah hokum asosiasi Aristoteles. Karena alas an inilah kami menempatkan teori behavioristik Guthrie dalam paradigma asosiasionistik.

Konsep Teoritis Utama
1.      Hokum belajar
Sebagian besar teori belajar dapat dianggap sebagai usaha untuk menentukan kaidah yang mengatur terjadinya asosiasi antara stimuli dan respon. Jadi setiap makhluk hidup dihadapkan dengan banyak pilihan dalam kehidupannya. Guthrie (1952) berpendapat bahwa kaidah yang dikemukakan oleh para teoritis seperti Thorndike dan Pavlov adalah terlalu ruwet dan tak perlu, sebagai penggantinya dia mengusulkan satu hokum belajar, law of contiguity (hokum kontiguitas), yang dinyatakannya sebagai berikut: “Kombinasi stimuli yang mengiringi suatu gerakan akan cenderung diikuti oleh gerakan itu jika kejadiannya berulang. Cara lain menyatakan hokum kontiguitas adalah jika anda melakukan sesuatu dalam situasi tertentu, pada waktu lain saat anda dalam situasi itu anda akan cenderung melakukan hal yang sama. Namun sebelum Guthrie meninggal dia merevisi kontiguitas menjadi, “Apa-apa yang dilihat akan menjadi sinyal untuk apa-apa yang dilakukan”.
Menurut Guthrie, hokum kontiguitas berkaitan dengan hokum kekerapan atau keseringan latihan.
2.      Belajar satu percobaan
Unsur lain dari hukum asosiasi Aristoteles adalah hokum frekuensi, yang menyatakan bahwa kekuatan asosiasi akan tergantung pada frekuensi kejadiannya. Semakin sering duatu respon yang dilakukan dalam situasi tertentu akan semakin besar kemungkinan respon itu akan dilakukan saat situasi itu terjadi lagi. Namun prinsip one-trial learning (belajar satu percobaan) dari Guthrie (1942) menolak hokum frekuensi sebagai prinsip belajar:suatu pola stimulus mendapatkan kekuatan asosiatif penuh pada saat pertama kali dipasangkan dengan suatu respons. Jadi menurut Guthrie, belajar adalah hasil dari kontiguitas antara satu pola stimulasi dengan satu respons, dan belajar akan lengkap hanya setelah penyandingan antara stimuli dan respons.
Suatu pola stimulus menambah penuh kekuatan kaitannya pada kesempatan pertama stimulus itu berpasangan dengan respons. Jika stimulus dan respons menjadi klop dan nyambung maka “pertemuan” pertama punya kesan yang sangat kuat dan susah dihilangkan. Jadi, belajar adalah kedekatan hubungan antara stimulus dan respons yang relevan. Tanpa diulang-ulang pun jika antara stimulus dan respons telah terjadi hubungan yang kuat, maka proses pembelajaran telah terjadi. Dengan demikian, frekuensi atau pengulangan dalam proses pembelajaran ditolak oleh Guthrie.

3.      Prinsip kebaruan
Prinsip kontiguitas dan belajar satu percobaan membutuhkan recency principle (prinsip kebaruan), yang menyatakan bahwa respons yang dilakukan terakhir kali dihadapan seperangkat stimuli adalah respons yang akan dilakukan ketika kombinasi stimulus itu terjadi lagi diwaktu lain. Dengan kata lain, apapun yang kita lakukan terakhir kali dalam situasi tertentu akan cenderung kita lakukan lagi jika situasi itu kita jumpai lagi.

4.      Gerakan, Tindakan, dan Keterampilan
Guthrie membedakan dua hal yang sepintas hamper sama, yaitu “gerakan” dan “tindakan”. Gerakan merupakan kontraksi otot-otot, sedangkan tindakan adalah kombinasi gerakan-gerakan. Suatu gerakan merupakan sebagian kecil dari perilaku, sementara tindakan adalah sekumpulan gerakan yang membentuk suatu keterampilan atau komponen-komponen keterampilan.
Suatu gerakan merupakan peristiwa keterkaitan antara stimulus dan respons, dan karenanya tak bergantung pada keberadaan suatu latihan. Sekali mengalami telah cukup untuk menetapkan kaitan antara keduanya. Namun berbeda dengan gerakan, suatu tindakan, memerlukan latihan. Tanpa latihan, suatu tindakan tidak akan terarah dan sulit mencapai hal yang diinginkan dan target yang ditetapkan.
Jika suatu tindakan merupakan kumpulan gerakan, maka suatu keterampilan merupakan kumpulan dari berbagai gerakan yang terarah dan terlatih. Suatu keterampilan contohnya bermain sepak bola, sebenarnya merupakan pembelajaran yang terdiri dari ratusan bahkan ribuan keterkaitan antara stimulus khusus dan gerakan khusus.
Menurut Guthrie: “Pembelajaran yang normal terjadi dalam satu episode keterhubungan saja. Adapun, latihan yang panjang dan pengulangan diperlukan untuk memantapkan keterampilan karena keterampilan sesungguhnya membutuhkan banyak gerakan yang khusus untuk dipasangkan pada banyak kondisi stimulus yang berlainan. Suatu keterampilan bukanlah kebiasaan yang sederhana, melainkan merupakan suatu kumpulan besar dari kebiasaan yang mencapai hasil tertentu dalam kondisi yang berlainan”.

5.      Sifat penguatan
Dalam persoalan mempersepsi hakikan reinforcement atau penguatan dalam belajar dan pembelajaran, Guthrie tampaknya berbeda dengan pendapat Thorndike. Dalam hokum akibat, Thorndike mengatakan bahwa “ketika suatu respons mengarah pada kondisi yang memuaskan, maka kemungkinan untuk muncul kembali akan meningkat. Menurut Guthrie, reinforcement sekedar rancangan atau rangkaian mekanis yang bias disangkal denganprinsip kebaruan. Sehingga penguatan hanyalah aransemen mekanis yang dapat dijelaskan dengan hokum belajar.

6.      Lupa
Lupa disebabkan oleh munculnya respons alternative dalam satu pola stimulus.  Setelah pola stimulus menghasilkan respons alternatif, pola stimulus itu kemudian akan cenderung menghasilkan respons baru. Jadi, menurut Guthrie, lupa pasti melibatkanproses belajar baru.  Ini adalah bentuk retroactive inhibition (hambatan retroaktif) yang ekstrem, yakni fakta bahwa proses belajar lama diintervensi oleh proses belajar baru. Contoh: seseorang yang belajar tugas A dan kemudian belajar tugas B lalu diuji untuk tugas A. satu orang lainnya belajar tugas A, tetapi tidak belajar tugas B, dan kemudian diuji pada tugas A. secara umum ditemukan bahwa orang pertama mengingat tugas A lebih sedikit ketimbang orang kedua. Jadi, tampak bahwa mempelajari sesuatu yang baru (tugas B) telah mencampuri retensi dari apa yang telah dipelajari sebelumnya (tugas A).
Guthrie menerima bentuk hambatan rekroaktif ekstrem ini. Pendapatnya adalah bahwa setiap kali mempelajari sesuatu yang baru, maka prose situ akan “menghambat” sesuatu yang lama. Dengan kata lain, lupa disebabkan oleh intervensi. Tak adaintervensi, lupa tak terjadi.



Cara memutuskan kebiasaan
Kebiasaan adalah respons yang menjadi diasosiasikan dengan sejumlah besar stimulus. Semakin banyak stimuli yang menimbulkan respons, semakin kuat kebiasaan. Guthrie mengemukakan tiga cara yang dapat dilakukan organism untuk memberi respons:
·         Threshold Method (Metode Ambang). Untuk memutus kebiasaan, aturannya selalu sama: cari petunjuk yang memicu kebiasaan buruk dan lakukan responslain saat petunjuk itu muncul.
·         Fatigue Method (Metode Kelelahan) pada metode kali ini contohnya: gadis kecil membuat orang tuanya kesal karena suka bermain korek api.
·         Incompatible response method (metode respons yang tidak kompatibel). Dengan metode ini stimuli untuk merespon yang tak diinginkan disajikan bersama stimuli lain yang menghasilkan  respons yang tidak kompatibel dengan respons yang tidak diinginkan tersebut.

A.    Membelokkan kebiasaan
Ada perbedaan antara memutus kebiasaanndengan membelokkan kebiasaan. Membelokkan atau menyimpangkan kebiasaan dilakukan dengan menghindari petunjuk yang menimbulkan perilakuyang tak diinginkan. Jika anda mengumpulkan sejumlah besar pola perilaku yang tak efektif atau menyebabkan kecemasan, hal terbaik yang bias dilakukan adalah meninggalkan situasi itu. Guthrie menyarankan agar anda pergi ke suatu lingkungan bar yang member anda kesegaran baru karena anda tidak punya banyak asosiasi dengan baru itu. Pergi kelingkungan baru itu akan membuat anda lega dan bias mengembangkan pola perilaku yang baru. Tetapi, ini hanyalah pelarian parsial karena banyak stimuli yang menyebabkan perilaku yang tak diinginkan adalah stimuli internal anda, dan anda, karenanya, akan membawa stimuli ke lingkungan baru. Juga stimuli dalam lingkungan baru yang identik atau mirip dengan stimuli di lingkungan lama akan cenderung menimbulkan respons yang sebelumnya dikaitkan dengannya.

B.     Hukuman
Berbeda dengan reinforcement yang tidak (terlalu) punya peran dalam proses belajar, maka hukuman (punishment) punya pengaruh cukup besar untuk mengubah perilaku makhluk hidup atau lebih spesifik lagi seseorang. Hukuman jika diberikan secara tepat dalam menghadirkan suatu ransangan (stimulus) yang memunculkan perilaku innapropiate (tidak pantas, tidak tepat, tidak sesuai), dapat menyebabkan subyek melakukan hal yang berbeda.
Segala sesuatu yang dikatakan Guthrie tentang hukuman adalah sesuai dengan satu hokum belajarnya-hukum kontiguitas. Ketika stimuli dan respons dipasangkan,mereka menjadi diasosiasikan dan tetap diasosiasikan kecuali stimuli yang terjadi disitu memunculkan respons lain, dimana pada saat itu mereka akan diasosiasikan dengan respons baru tersebut. Saat mendiskusikan cara memutus kebiasaan, kita melihat tiga aransemen mekanis yang dapat dipakai untuk mengatr asosiasi antara stimuli dan respons. Hukuman adalah bentuk aransemen yang lain. Hukuman jika digunakan secara efektif, akan menyebabkan stimuli  yang sebelumnya menimbulkan respons yang tak diinginkan menjadi memunculkan respons yang dapat diterima. Pendapat Guthrie tentang hukuman diringkas sebagai berikut:
·         Hal penting mengenai hukuman adalah bukan rasa sakityang ditimbulkannya tetapi apa yang membuat organism itu berbuat.
·         Agar efektif,hukuman harus menimbulkan perilaku yang tidak kompatibel dengan perilaku yang dihukum.
·         Agar efektif,hukuman harus diaplikasikan bersama dengan stimuli yang menimbulkan perilaku yang di hokum.
·         Jika syarat 2 dan 3 tidak terpenuhi, hukuman tidak akan efektif atau justru memperkuat respons yang tak diinginkan.
Jadi, ketika hukuman efektif, ia akan menyebabkan organism melakukan sesuatu selain perilaku yang dihukum saat stimuli yang menimbulkan perilaku yang dihukum itu masih ada. Respons ini tentu saja menyebabkan terbentuknya asosiasi yang baru, dan ketika stimuli-stimuli itu muncul lagi di waktu yang lain, mereka cenderung akan menimbulkan respons yang bias diterima. Contohnya dalam punishment ini yakni, seorang atlit jika selalu dating terlambat, maka diberikan hukuman berupa push-up atau jogging sampai latihan berakhir, sehingga kedepannya atlit tersebut akan berusaha untuk tidak terlambat lagi, karena akan diberikan hukuman.

C.     Dorongan
Drives(dorongan) fisiologis merupakan apa yang oleh Guthrie disebut maintaining stimuli (stimuli yang mempertahankan) yang menjaga organism tetap aktif sampai tujuan tercapai. Misalnya, rasa lapar menghasilkan stimulasi yang internal yang teruus ada sampai makanan dikonsumsi. Ketika makana diperoleh, maintaining stimuli akan hilang, dan karenanya kondisi yang telah menstimuli telah berubah, dan karenanya mempertahankan respons terhadap makanan. Tetapi, perlu ditekankan bahwa dorongan fisiologis ini hanya salah satu dari sumber-sumber stimyli yang mempertahankan. Setiap sumber stimulasi yang terus berlangsung, entah itu eksternal atau internal, menghasilkan stimuli yang mempertahankan.
Guthrie menjelaskan bahwa kebiasaan menggunakan alcohol dan narkoba dengan cara serupa. Misalnya, seseorang merasakan ketegangan atau gelisah. Dalam kasus ini, ketegangan atau kegelisahan itu menjadi maintaining stimuli. Jika dalam situasi ini orang itu minum satu atau dua gelas, ketegangannya atau kegelisahannya mungkin berkurang. Menurut Guthrie, hasil ini memantapkan hubungan antara kegelisahan dengan minum. Karenanya ketika di lain waktu orang itu merasa gelisah, dia akan cenderung minum lagi. Secara bertahap kegelisahan akan menimbulkan dorongan untuk minum (atau memakai narkoba) dalam banyak situasi, yang menyebabkan orang itu menjadi kecanduan.

D.    Niat
Respons yang dikondisikan ke maintaining stimuli dinamakan intentions (niat). Respons itu dinamakan niat karena maintaining stimulation dari dorongan biasanya berlangsung selama periode waktu tertentu (sampai dorongan berkurang). Jadi sekuensi perilaku yang mendahului respons yang mengurangi dorongan akan diulang ketika dorongan, dengan stimuli terkaitnya, muncul lagi. Sekuensi (urutan) perilaku yang diasosiasikan dengan maintaining stimuli tampaknya saling terkait dan logis, dan karenanya dianggap bersifat internasional. Jika seekor hewan lapar dan dibiarkan makan, hewan itu akan melakukan perilaku apa pun yang menyebabkannya mendapat makanan saat terakhir kali ia lapar: Ia mungkin akan berjalan kea rah tertentu dijalur teka teki, atau menekan tuas, atau menggerakkan galah. Jika orang sedang lapar dan ada roti di kantornya, dia akan memakannya; tetapi jika dia lupa membawa bekal makanan siang, dia akan berdiri dari kursi, mengenakan jaketnya, masuk ke mobil, mencari restoran, masuk restoran, memesan makanan, dan seterusnya. Pola reaksi yang berbeda telah diasosiasikan dengan maintaining stimuli dari rasa lapar dan stimuli dari situasi lingkungan. Perilaku yang dipicu oleh maintaining stimuli mungkin tampak purposive atau intensional (diniatkan), namun Guthrie menganggap itu juga bias dijelaskan dengan hokum kontiguitas.

E.     Transfer training
Dalam kaitannya proses belajar dan pembelajaran, Guthrie menolak konsep transfer latihan. Menurut Guthrie jika seseorang ingin sukses dalam belajar, ia sebaiknya latihan di tempat yang sama situasinya dengan tempat ia akan dites nanti. Atau bahkan akan tinggi tingkat keberhasilannya jika seseorang tersebut belajar di tempat di mana ia nanti akan di uji. Ini bias dimaklumi karena stimulus dalam ruangan itu diasosiasikan dengan informasi yang sedang dipelajari. Berbeda dengan hal itu, jika ia belajar di rumahnya, tak bias dijamin bahwa pengetahuannya bias ditransfer ke ruang ujian. Berdasarkan asumsi ini, tak usah kaget jika banyak mahasiswa berkata “ saya tak tahu dengan apa yang terjadi. Mengapa saya tak mampu menghadapi ujian. Padahal, saya telah belajar dengan baik dan merasa benar-benar telah menguasai materi pelajaran yang diujikan. Namun, ketika masuk ruang ujian, apa yang saya pelajari seperti hilang sama sekali.”

Pendapat Ghutrie tentang pendidikan
Seperti Thorndike, Guthrie menyarankan proses pendidikan dimulai dengan menyatakan tujuan, yakni menyatakan respons apa yang harus dibuat untuk suatu stimuli. Dia menyarankan lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yang diinginkan bersama dengan adanya stimuli yang akan dilekatkan padanya.
Motivasi lebih tidak penting bagi Guthrie ketimbang Thorndike. Menurut Guthrie, yang diperlukan adalah siswa mesti merespons dengan tepat dalam kehadiran stimuli tertentu.
Latihan (praktik) adalah penting karena ia menimbulkan lebih banyak stimuli untuk menghasilkan perilaku yang diinginkan. Karena setiap pengalaman adalah unik, seseorang harus “belajar ulang” berkali-kali. Pada dasarnya Guthrie menerima teori elemen identik Thorndike dalam soal transfer training. Probabilitas munculnya respons yang sama ke dua situasi yang berbeda ditemukan oleh kemiripan antara dua situasi itu. Seperti Thorndike, Guthrie menolak teori transfer disiplin formal dan menganggap bahwa penerimaan atas pendapat itu akan menghasilkan praktik kelas yang buruk. Guthrie dan Powers (1950) mengatakan: “penerimaan atau penolakan guru pada teori disiplin formal dalam transfer, elemen identik atau generalisasi penjelasan, akan tercermin di sejumlah praktik mengajar sehari-hari. Materi yang diberikan guru jelas member bukti adanya penerimaan actual, atau verbal, terhadap doktrin disiplin formal. Maka tujuan pendidikan hanya sekedar menyampaikan isi pelajaran tertentu; metode pengajaran dan usaha menghubungkan isi pelajaran dengan kebutuhan para pembelajar menjadi soal sekunder. Siswa harus menyesuaikan diri dengan ketentuan mata pelajaran dan harus menjalani peran pasif. Tugas utama pengajaran (instruksi) adalah menemukan apa minat siswa dan bagaimana menggunakan insentif yang efektif dan bijak untuk memotivasi siswa aktif belajar.
            Seperti Thorndike, Guthrie percaya bahwa pendidikan formal seharusnya menyerupai situasi kehidupan nyata semirip mungkin. Dengan kata lain, guru Guthrian akan meminta siswanya melakukan atau mempelajri hal-hal yang kelak akan mereka lakukan saat mereka lulus. Jadi, seperti kata Thorndike, Guthrie mendukung program magang atau mentoring dan mendorong pendekatan pertukaran pelajar untuk memperluas pengalaman belajar.
            Guru Guthrian mungkin terkadang menggunakan hukuman untuk mengatasi perilaku yang mengganggu, namun mereka menyadari bahwa agar hukuman bias efektif, hukuman mesti dipakai saat perilaku disruptif itu sedang terjadi. Lebih jauh, hukuman harus menimbulkan perilaku yang tidak kompatibel dengan perilaku yang mengganggu itu. Hukuman idealnya menghasilkan perilaku yang diinginkan,bukan sekedar menghentikan perilaku yang tidak diinginkan.




































BAB III
KESIMPULAN

A.    Simpulan
Menurut Guthrie belajar adalah kedekatan hubungan antara stimulus dan respons yang relevan. Tanpa diulang-ulang pun jika antara stimulus dan respons telah terjadi hubungan yang kuat, maka proses pembelajaran telah terjadi. Pembelajaran yang normal terjadi dalam satu episode keterhubungan saja. Adapun, latihan yang panjang dan pengulangan diperlukan untuk memantapkan keterampilan karena keterampilan sesungguhnya membutuhkan banyak gerakan yang khusus untuk dipasangkan pada banyak kondisi stimulus yang berlainan.
Hukum belajar yang dikemukakan oleh Guthrie adalah hukum kontiguitas (law of contiguity). Gutrie menganggap, penguatan mengubah kondisi yang menstimulasi, dan karenanya mencegah terjadinya nonlearning. Hukuman akan gagal jika perilaku yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang dihukum. Guthrie percaya bahwa semua proses belajar dapat dijelaskan dengan menggunakan hokum kontiguitas
Seperti halnya Thorndike, Guthrie menyarankan proses pendidikan dimulai dengan menyatakan tujuan, yakni menyatakan respons apa yang harus dibuat untuk stimuli. Dia menyarankan lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yang diinginkan bersama dengan adanya stimuli yang akan diletakkan padanya. Jadi motivasi dianggap tidak terlalu penting, yang diperlukan adalah siswa mesti merespons dengan tepat dalam kehadiran stimuli tertentu.
Menurut Guthrie jika seseorang ingin sukses dalam belajar, ia sebaiknya latihan di tempat yang sama situasinya dengan tempat ia akan dites nanti. Atau bahkan akan tinggi tingkat keberhasilannya jika seseorang tersebut belajar di tempat di mana ia nanti akan di uji.










Daftar Pustaka

B.R Hergenhahn, Olson Matthew. Theories of learning. 2008. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Rahyubi Heri. Teori-teori belajar dan aplikasipemelajaran motorik. 2014. Jawa Barat: Referens.

http://fitrika1127.blogspot.co.id/2012/05/teori-belajar-edwin-ray-guthrie.html



No comments:

Post a Comment

Terima Kasih, Komentar dan saran...

Sukses Selalu