Labels

Monday, 11 January 2016

Teori Pembelajaran TEORI GESTALT


ABSTRAK

TEORI GESTALT


Teori belajar psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Sedangkan  data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai Fenomena (gejala). Dimana fenomena adalah data-data yang mendasar dan hal ini sependapat dengan filsafat fenomologi yang mengartikan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara netral.
Dalam teori belajar gestalt terdapat prinsip interaksi individu dengan lingkungan serta prinsip pengorganisasian. Selain itu, dalam aplikasi prinsip teori belajar psikologi gestel meliputi pada belajarinsight, dan memory.  Teori belajar psikologi Gestalt mempelajari suatu fenomena secara totatalitas dan didasari oleh teori medan, nature versus nuture dan hukum pragnanz. Dengan demikian teori belajar psikologi gestalt dapat diterapkan dalam proses belajar sehingga lebih dapat memahami suatu gejala atau fenomena secara keseluruhan.
Aplikasi dalam olahraga dimulai dari mengenal olahraga secara keseluruhan menuju bagian-bagian kecil, bagian-bagian kecil menuju olahraga secara keseluruhan hingga pemahaman olahraga menjadi suatu pengetahuan yang penting dalam belajar.

Keyword : teori Gestalt, aplikasi teori gestalt, konsep dasar, aplikasi dalam olah raga












DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................            i
ABSTRAK.........................................................................................................           ii
DAFTAR ISI......................................................................................................          iii
PENDAHULUAN ............................................................................................           1
A.     Latar Belakang .....................................................................................           1
B.     Rumusan Masalah ................................................................................           3
C.     Tujuan ..................................................................................................           3

PEMBAHASAN ...............................................................................................            4
A.       Pengertian Teori Gestalt ......................................................................           4
B.       Dasar Pemikiran Teori Gestalt..............................................................           5
C.       Tokoh Teori Gestalt .............................................................................           7
D.       Eksperimen Teori Gestalt......................................................................         10
E.        Aplikasi Teori Gestalt...........................................................................         12
F.        Aplikasi Bidang Olahraga.....................................................................         15

PENUTUP..........................................................................................................         17
Kesimpulan............................................................................................         17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................         19




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pengajaran sangat identik ataupun sama halnya dengan pendidikan. Proses pengajaran merupakan sebuah proses pendidikan. Setiap kegiatan pendidikan adalah untuk mencapai tujuan pendidikan.  Pengajaran merupakan sebuah proses dalam belajar mengajar yang di dalamnya terdapat dua obyek yang saling interaksi yaitu murid dengan guru.

Belajar merupakan sebuah unsur yang sangat penting dan fundamental dalam pelaksanaan setiap jenis jenjang pendidikan. Adanya proses belajar yang berjenjang dan panjang serta tertata dengan rapi, efektif dan efisien akan memungkinkan belajar akan menjadi lebih baik. Belajar dengan terus menerus untuk mencari ilmu ataupun pengetahuan akan menambah wawasan yang lebih bagi diri kita sendiri. Belajar sangat penting untuk menambah wawasan, apalagi pada jaman yang lebih maju akan IPTEKnya. Stiap orang perlu belajar agar tidak ketinggalan dengan kemajuan IPTEK yang sangat pesat saat ini.

Teori-teori mengenai pembelajaran atau pengajaran saat ini sudah banyak dan berkembang. Banyak teori-teori yang mengungkapkan tentang pengetahuan, gerak dan sikap dari seseorang. Teori-teori tersebut berkembang sesuai dengan perkembangan jaman dan manusia pada saat ini. Apalagi dengan budaya yang terjadi saat ini sikap, pengetahuan dan gerak seseorang lebih baik karena perkembangan ilmu yang semakin pesat. Banyak teori-teori pembelajaran yang ada saat ini seperti teori fungsional yang mempelajari tentang fungsi dari pembelajaran itu sendiri salah satu ahlinya Edward Lee Thorndike, dll. Teori Asosiatik yang mempelajari tentang rangsangan atau respon. Teori kognitif yang lebih mempelajari tentang pengetahuan, dan lain-lain. Ahli terori pembelajaran antara lain Jean Piaget, Edward Chace Tolman, Donald Olding Hebb, Albert Bandura, Robbert C Bolles, dan lain-lain.
Pada makalah ini penulis akan membahas lebih komplek mengenai teori Gestal yang mempelajari tentang konsep atau pembelajaran tentang nilai kognitif yang dominan dalam teori pembelajaran. Teori Gestalt merupakan teori yang membahas tentang aspek kognitif dominan dalam teori pembelajaran. Aspek kognitif yaitu aspek yang mempelajari megenai pengetahuan-pengetahuan yang ada atau yang dominan pada seseorang. Pada dasarnya teori kognitif ini lebih pada perkembangan otak atau pola pikir seseorang dalam menangkapa atau mencari ilmu agar pengetahuan yang dimiliki lebih dominan dibanding aspek sikap atau yang lainnya. Aspek kognitif sangat penting dimiliki dan dipelajari oleh seseorang agar dapat mengetahui atau mengikuti perkembangan jaman saat ini. Salah satu teori itu dikembangkan oleh Gestalt yang mendalami tentang aspek kognitif yang dominan.

Teori Gestalt ini mempelajari berbagai hal yang berkaitan konsep teoritis dari teori Gestalt, pekembangan otak, realita secara objektif dan subjektif, prinsip belajar Gestalt, tokoh-tokoh pendukung teori Gestalt, aplikasi dan eksperimen yang dilakukan atau dasa pemikiran dari teori tersebtu, hukum-hukum dari teori dan pengaplikasiannya dalam dunia olahraga. Semua hal tersebut nantinya akan berkaitan dengan kehidupan kita sebagai insan olahraga, dimana segala hal yang berkaitan dengan teori Gestalt diterapkan dalam dunia olahraga.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian Teori Gestalt itu?
2.      Apa saja dasar pemikiran dari teori Gestalt itu?
3.      Siapa tokoh Teori belajar Gestalt?
4.      Bagaimana eksperimen yang dilakukan teori Gestalt?
5.      Bagaimana Aplikasi teori Gestalt?
6.      Bagaimana aplikasi ke dalam olahraga?

C.    Tujuan
a.       Untuk mengetahui tentang teori Gestalt
b.      Untuk mengetahui dasar pemikiran adanya teori Gestalt
c.       Untuk mengetahui pemrakarsa atau pendiri teori Gestalt
d.      Untuk mengetahui eksperimen teori Gestalt
e.       Untuk mengetahui aplikasi dari teori Gestalt serta kaitannya di bidang olahraga





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Teori Gestalt
Menurut STAIN Samarinda (2013) Istilah Gestalt merupakan istilah bahasa jerman yang sukar dicari terjemahannya dalam bahasa lain. Arti Gestalt bisa bermacam-macam sekali, yaitu form, shape atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat, esensi, totalitas. dengan adanya kesimpangsiuran terhadap istilah Gestalt maka para sarjana di dunia sepakat untuk menggunakan tersebut tanpa menerjemahkan ke dalam bahasa lain.
Menurut STAIN Samarinda (2013) Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari gejala atau fenomena yang terjadi dalam kehidupan. Fenomena adalah data yang paling dasar dalam teori Gestalt atau psikologi Gestalt. Dalam suatu fenomena terdapat dua unsur yaitu objek dan arti. Objek merupakan sesuatu yang dapat di deskripsikan, setelah tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus memberikan arti pada obyek tersebut.

Menurut B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson (2008: 291) belajar menurut Gestaltis adalah fenomena kognitif. Pada dasarnya mulai melihat solusi jika setelah adanya masalah. Seseorang memikirkan solusi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dari satu cara dan cara yang lainnya sampai masalah dapat terpecahkan. Ketika solusi muncul, maka seseorang mendapat wawasan tentang cara memecahkan masalah tersebut. Masalah dapat eksis hanya dalam dua keadaan yaitu terpecahkan atau tidak terpecahkan. Belajar bersifat kontinu, karena bertambah secara bertahap sedikit demi sedikit untuk menguatkan tentang materi yang dipelajari. Namun belajar menurut Gestalt bersifat diskontinu atau tidak bertambah.

Fokus teori dari Gestalt yaitu ide tentang pengelompokan. Faktor utama yang menentukan pengelompokan yaitu kedekatan, kesamaan, penutupan, dan kesederhanaan. Fokus tersebut sering disebut sebagai hukum organisasi dimana memecahkan masalah secara bersama-sama.

B.     Dasar Pemikiran Teori Gestalt
Menurut B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson (2008: 284) dasar pemikiran atau konsep teori utama dari Gestalt yaitu mengenai teori medan, nature versus nuture, dan hukum pragnanz. Hal tersebut menjadi dasar pemikiran teori Gestal dalam mengungkap teorinya.

1.      Teori Medan
Menurut B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson (2008: 284) Psikologi Gestalt dapat dianggap sebagai usaha untuk mengaplikasikan teori medan dari fisika ke masalah psikologi. Secara umum, medan dapat dideskripsikan sebagai sistem yang saling terkait dimana setiap bagian saling mempengaruhi satu sama lainnya artinya jika satu senang maka lainnya ikut senang. Hal terpenting dalam suatu medan adalah tidak ada yang paling menonjol sendiri jadi semua sama.

Menurut B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson (2008: 284) Psikologi Gestalt percaya bahwa apapun yang terjadi pada seseorang akan mempengaruhi segala sesuatu yang lain di dalam diri orang tersebut. Misalnya, dunia akan terasa berbeda apabila seseorang jempolnya kejepit pintu dan terasa sakit terus menerus.  Psikologi Gestalt selalu menekankan pada totalitas atau keseluruhan tidak hanya bagian-bagian saja.

2.      Nature Versus Nuture
Menurut B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson (2008: 284-285) Menurut pendapat ini, otak adalah semacam papan penghubung yang kompleks. Sifat seseorang ditentukan atau diketahui oleh apapun yang dialami oleh orang tersebut. Menurut Gestalt, otak bukan penerima pasif dan gudang penyimpan informasi dari lingkungan. Otak bereaksi terhadap informasi sensoris yang masuk dan otak melakukan penataan yang membuat informasi itu lebih bermakna. Ini merupakan sifat alami dari otak dalam menata dan memberikan makna pada informasi sensoris.

Otak adalah sistem fisik, artinya otak menciptakan medan yang mempengaruhi informasi yang masuk kedalamnya, seperti medan magnet mempengaruhi partikel logam. Medan inilah yang mengatur pengalaman sadar. Apa yang dialami seseorang secara sadar adalah informasi sensoris setelah dikelola oleh medan kekuatan dalam otak.

3.      Hukum Pragnanz
Menurut B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson (2008: 285) Perhatian utama teori Gestalt pada fenomena perseptual. Prinsip persepsi dari Gestalt yaitu esensi. Hukum pragnanz dipakai oleh Gestaltis sebagai prinsip pedoman mereka dalam meneliti persepsi, belajar dan memori. Karena hukum pragnaz lebih mempelajari tentang kesederhanaan, keharmonisan, simetris dan komplit.

C.    Tokoh Teori Belajar Gestalt menurut STAIN Samarinda (2013)
1.      Max Wertheimer (1880 – 1943)
Max Wertheimer adalah pendiri  aliran psikologi Gestalt yang Lahir di Praha. Jerman pada tanggal 15 ApiI 1880 dan meninggal di New York pada tanggal 12 Oktober 1943. Setelah tamat sekolah Gymnasium di Praha. Ia belajar hukum selama dua tahun, akan tetapi kemudian meninggalkan studi ini  dan lebih  menyukai filsafat. Ia lalu belajar di Universitas Praha, Berlin dan Wurzburg. tempat Ia memperoleh gelar Ph.D. Dia menerima tawaran di Frankfurt dan Berlin, tetapi kemudian meninggalkan Jerman pada tahun 1934 karena situasi potik saat itu. Dia kemudian bergaul dengan tokoh-tokoh New School for Social Research di New York City. Pada waktu itu 1910, ketika dia membuat penemuannya yang akhirnya menuntun dirinya untuk mendirikan aliran psikologi Gestalt.

Ketika Ia melihat suatu stroboscope di jendela suatu toko mainan, ia membelinya, bereksperimen dengan alat tersebut, dan meyakinkan diri sendiri bahwa gerakan yang tampak jelas yang ditumbuhkan oleh penglihatan yang berturut-turut pada satu seri gambar itu, tidak mungkin bisa diterangkan atas basis strukturalisme. Bersama-sama dengan Köhler dan Koffka. Ia mengembangkan dan memformulasakan sistem Gestalt.

Konsep pentingnya : phi phenomenon (bergeraknya obyek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi).

Dengan konsep ini, Wertheimer menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik, tetapi proses mental. Ia menentang pendapat Wundt yang menunjuk pada proses fisik sebagai penjelasan phi phenomenon.

2.      Wolfgang Kohler (1887 – 1959)
Wolfgang kohler lahir pada tanggal 21 Januari 1887, di Reval, Estonia. Dia menerima gelar PhD-nya pada tahun 1908 dari University of Berlin. Kemudian dia menjadi asisten di Institut Psikologi Frankfurt, di mana dia bisa bertemu dan bekerja bersama Max Wertheimer.

Tahun 1913 Kohler beruntung mendapatkan tugas belajar ke Anthropoid Station, Tenerife di Kepulauan Canary, dan tinggal di sana sampai tahun 1920. Tahun 1917, dia menulis buku paling terkenalnya, “Mentality of Apes”.

Tahun 1922, Kohler menjadi ketua dan direktur laboraturium psikologi di University of Berlin, di mana Ia tinggal di sana sampai tahun 1935. Selama kurun waktu itu, pada tahun 1929, dia menulis “Gestalt Psikology”. Pada tahun 1935, dia pergi ke Amerika Serikat dan mengajar di Swarthmore sampai pensiun. Dia meninggal pada tahun 11 Juni 1967 di New Hampshire.

3.      Kurt Koffka (1886 – 1941)
Kutr Koffka lahir pada tanggal 18 Maret 1886, di berlin. Dia menerima gelar PdH-nya dari University of Berlin pada tahun 1909, dan seperti halnya Kohler, dia juga menjadi asisten di Frankfurt.

Pada tahun 1911, Koffka pergi ke University of Giessen, dan mengajar di sana sampai tahun 1927. Ketika di sana, dia menulis buku “Grow of the Mind: An Introduction to Child Psikology” (1921). Pada tahun 1922, dia menulis sebuah artikel untuk Psikological Bulletin yang memperkenalkan program Gestalt kepada pembaca di Amerika Serikat. Tahun 1927, Koffka meninggalkan Amerika Serikat untuk mengajar di Smith Collage. Dia mempublikasikan “Principles of Gestalt Psycology” pada tahun 1935. Dia meninggal pada tahun 1941.

4.      Kurt Lewin (1890-1947)
Menurut Ricky Diah (2010) Pandangan Gestalt diaplikasikan dalam field psychology dari Kurt Lewin. Lewin adalah salah seorang ahli yang sangat kuat menganjurkan pemahaman tentang lapangan psikologis seseorang. Konsep utama Lewin adalah Life Space, yaitu lapangan psikologis tempat individu berada dan bergerak. Lapangan psikologis ini terdiri dari fakta dan obyek psikologis yang bermakna dan menentukan perilaku individu (B=f L). Tugas utama psikologi adalah meramalkan perilaku individu berdasarkan semua fakta psikologis yang eksis dalam lapangan psikologisnya pada waktu tertentu. Life space terbagi atas bagian-bagian memiliki batas-batas. Batas ini dapat dipahami sebagai sebuah hambatan individu untuk mencapai tujuannya. Gerakan individu mencapai tujuan (goal) disebut locomotion.

Menurut Ricky Diah (2010) dalam lapangan psikologis ini juga terjadi daya (forces) yang menarik dan mendorong individu mendekati dan menjauhi tujuan. Apabila terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium), maka terjadi ketegangan (tension). Perilaku individu akan segera tertuju untuk meredakan ketegangan ini dan mengembalikan keseimbangan. Apabila individu menghadapi suatu obyek, maka bagaimana valensi dari nilai tersebut bagi si individu akan menentukan gerakan individu. Pada umumnya individu akan mendekati obyek yang bervalensi positif dan menjauhi obyek yang bervalensi negatif.

D.    Eksperimen yang dilakukan oleh Gestalt menurut STAIN Samarinda (2013)
Sultan (simpanse Kohler yang paling cerdik) berjongkok di depan jeruji, tetapi tidak dapat menggapai buah yang terletak di luar dengan hanya menggunakan galah pendek yang disediakan. Sebuah galah yang lebih panjang diletakkan di luar jeruji, kira-kira 2 meter pada satu sisi objek dan sejajar dengan jeruji. Objek tersebut tidak dapat digapai dengan tangan, tetapi dapat ditarik dengan satu galah kecil.

Sultan mencoba menggapai buah tersebut dengan galah yang lebih pendek. Karena tidak berhasil dia mencabut sepotong kawat yang jatuh dari jaringan sangkarnya, tetapi  inipun gagal. Kemudian dia melihat sekitarnya, (selalu terdapat pada bagian tes ini beberapa pause yang cukup lama selama binatang meneliti dengan cermat kawasan yang dapat diamati). Dia tiba-tiba memungut galah yang pendek sekali lagi, naik jeruji yang langsung berhadapan dengan galah panjang, kemudian dengan alat yang ada padanya menariknya dan terpeganglah galah panjang tersebut; alat itu diarahkan ke sasarannya (buah) yang akhirnya dia peroleh. Selain Eksperiman tersebut kohler juga membuat percobaan yang lain dengan objek yang sama. Adapun kronologi eksperimennya dalah sebagai berikut:

1.      Step-1: Simpanse dimasukkan sangkar dan di luar sangkar diletakkan pisang yang tidak akan mungkin dapat diraih jika hanya dengan tangan kosong. Dalam sangkar tersebut diletakkan tongkat, sehingga lama kelamaan simpanse dapat meraih pisang tersebut dengan bantuan tongkat.

2.      Step-2: Sama dengan step-1, namun kali ini pisang diletakkan lebih jauh. Selain tongkat tadi diberikan tongkat tambahan yang dapat disambung. Dengan insight yang dimiliki, maka simpanse dapat meraih pisang tadi dengan bantuan tongkat yang disambung dengan tongkat kedua.

3.      Step-3: Pisang diletakkan di atas sangkar dengan asumsi simpanse tidak akan dapat meraih dengan tinggi loncatnya. Lalu di sudut ruangan disediakan kotak, sehingga dengan kotak itu simpanse dapat meraih pisang.

4.      Step-4: Sama dengan step-3, hanya jaraknya diperjauh dan disediakan kotak tambahan, sehingga simpanse dapat meraih pisang dengan bantuan kotak tambahan tersebut.

E.     Aplikasi dan Implikasi Teori Gestalt
1.         Belajar
Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Sebelum membahas teori Gestalt  dalam proses belajar ada baiknya membahas prinsip-prinsip belajar menurut teori ini yaitu:

a.         Belajar dimulai dari suatu keseluruhan. Keseluruhan yang menjadi permulaan, baru menuju ke bagian-bagian. Dari keseluruhan organisasi mata pelajaran menuju tugas-tugas harian yang beruntun. Belajar dimulai dari satu unit yang kompleks menuju ke hal-hal yang mudah dimengerti, deferensiasi pengetahuan dan kecakapan.

b.        Keseluruhan memberikan makna kepada bagian-bagian. Dengan demikian keseluruhan yang memberikan makna terhadap suatu bagian, misal: Sebuah papan tulis hanya bermakna sebagai papan tulis kalau ia berada dalam kelas.

c.         Individuasi bagian-bagian dari keseluruhan. Mula-mula anak melihat sesuatu sebagai keseluruhan. Bagian-bagian dilihat dalam hubungan fungsional dengan keseluruhan, contoh: mula-mula anak melihat mengenal wajah ibunya sebagai keseluruhan kesatuan. Lambat laun dia dapat memisahkan mana mata ibu, mana hidung ibu, mana telinga ibu, kemudian ia melihat bahwa wajah ibunya itu cantik atau jelek, atau menarik dan sebagainya.

d.        Anak belajar dengan menggunakan pemahaman atau insight. Pemahaman adalah kemampuan melihat hubungan-hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam situasi yang problematis, seperti simpanse dapat melihat hubungan antara beberapa buah galah menjadi sebuah tangan untuk mengambil buah pisang karena ia sedang lapar.

2.         Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Koehler dalam eksperimen yang sistematis.

Timbulnya insight pada individu tergantung pada :
a.    Kesanggupan
Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
b.    Pengalaman
Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.
c.    Taraf kompleksitas dari suatu situasi
Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi
d.   Latihan
Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan
e.    Trial and Error
Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.

3.         Memori
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor.

Pandangan Gestalt cukup luas diakui di Jerman namun tidak lama exist di Jerman karena mulai didesak oleh pengaruh kekuasaan Hitler yang berwawasan sempit mengenai keilmuan. Para tokoh Gestalt banyak yang melarikan diri ke AS dan berusaha mengembangkan idenya di sana. Namun hal ini idak mudah dilakukan karena pada saat itu di AS didominasi oleh pandangan behaviorisme. Akibatnya psikologi gestalt diakui sebagai sebuah aliran psikologi namun pengaruhnya tidak sekuat behaviorisme.

F.     Aplikasi di Bidang Olahraga
Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Jadi belajar dalam olahraga yaitu bagaimana cara  seseorang untuk memahami bagian-bagian yang ada dalam olahraga kemudian memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam olahraga sendiri.

1.             Belajar olahraga dimulai dari suatu keseluruhan. Dari olahraga sepak bola menuju ke teknik-teknik dasar sepak bola seperti passing, dribbling, dan lain-lain. Belajar dimulai dari satu unit yang kompleks menuju ke hal-hal yang mudah dimengerti.
2.             Keseluruhan dalam olahraga memberikan makna kepada bagian-bagian di olahraga tertentu, misal: Sebuah lapangan sepak bola hanya bermakna sebagai lapangan sepak bola kalau lapangan tersebut digunakan untuk bermain.
3.             Individuasi bagian-bagian dari olahraga. Mula-mula anak melihat olahraga sebagai keseluruhan. Bagian-bagian dilihat dalam hubungan fungsional dengan keseluruhan, contoh: mula-mula seseorang mengenal olahraga sebagai permainan yang menyenangkan. Lambat laun dia dapat mengetahui mana pelanggaran, mana offside, mana pinalti, mana corner kick, mana throw in, dan lain sebagainya.
4.             Seseorang belajar pengetahuan tentang olahraga dengan menggunakan pemahaman atau insight, seperti olahraga sepak bola awalnya ada bola, kemudian mencari halaman yang luas untuk bermain sepak bola sehingga olahraga sepak bola dapat dimainkan














BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Teori belajar psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Sedangkan  data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai Fenomena (gejala). Dimana fenomena adalah data-data yang mendasar dan hal ini sependapat dengan filsafat fenomologi yang mengartikan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara netral.

Dalam teori belajar gestalt terdapat prinsip interaksi individu dengan lingkungan serta prinsip pengorganisasian. Selain itu, dalam aplikasi prinsip teori belajar psikologi gestel meliputi pada belajarinsight, dan memory.  Teori belajar psikologi Gestalt mempelajari suatu fenomena secara totatalitas dan didasari oleh teori medan, nature versus nuture dan hukum pragnanz. Dengan demikian teori belajar psikologi gestalt dapat diterapkan dalam proses belajar sehingga lebih dapat memahami suatu gejala atau fenomena secara keseluruhan.

Aplikasi dalam olahraga dimulai dari mengenal olahraga secara keseluruhan menuju bagian-bagian kecil, bagian-bagian kecil menuju olahraga secara keseluruhan hingga pemahaman olahraga menjadi suatu pengetahuan yang penting dalam belajar.

Makalah ini tentu jauh dari sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan sebagai bahan perbaikkan kedepannya. Semoga dengan adanya makalah tentang Teori Belajar Gestalt ini mampu menambah khazanah keilmuan kita terkait dengan proses pelaksanaan pengajaran yang bermutu dengan kata lain memiliki nilai presensi berkualitas.
















                                                                                                        







DAFTAR PUSTAKA
Hergenhahn, B.R., H. Olson, Matthew. 2008. Theories Of Learning. Jakarta: Kencana.
Ricky Diah. 2011. Teori Belajar Kognitif Teori Gestalt. Indonesia: _________. Diakses dari http://ricky-diah.blogspot.co.id pada tanggal 19 September 2015 pukul 13.30
__________. 2013. Teori Belajar Gestalt. Samarinda. _________. Diakses dari http://ki-stainsamarinda.blogspot.co.id pada tanggal 19 September 2015 pukul 13.38


No comments:

Post a Comment

Terima Kasih, Komentar dan saran...

Sukses Selalu