ABSTRAK
TEORI
GESTALT
Teori belajar psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang
mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas.
Sedangkan data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai Fenomena
(gejala). Dimana fenomena adalah data-data yang mendasar dan hal ini sependapat
dengan filsafat fenomologi yang mengartikan bahwa suatu pengalaman harus
dilihat secara netral.
Dalam teori belajar gestalt terdapat prinsip interaksi individu dengan
lingkungan serta prinsip pengorganisasian. Selain itu, dalam aplikasi prinsip
teori belajar psikologi gestel meliputi pada belajar, insight, dan memory. Teori
belajar psikologi Gestalt
mempelajari suatu fenomena secara totatalitas dan
didasari oleh teori medan, nature versus nuture dan hukum pragnanz. Dengan demikian teori belajar psikologi gestalt dapat
diterapkan dalam proses belajar sehingga lebih dapat memahami suatu gejala atau
fenomena secara keseluruhan.
Aplikasi dalam olahraga dimulai dari mengenal olahraga secara
keseluruhan menuju bagian-bagian kecil, bagian-bagian kecil menuju olahraga
secara keseluruhan hingga pemahaman olahraga menjadi suatu pengetahuan yang
penting dalam belajar.
Keyword
: teori Gestalt, aplikasi teori gestalt, konsep dasar, aplikasi dalam olah raga
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL......................................................................................... i
ABSTRAK......................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI...................................................................................................... iii
PENDAHULUAN
............................................................................................ 1
A.
Latar Belakang ..................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C.
Tujuan .................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................... 4
A.
Pengertian Teori Gestalt ...................................................................... 4
B.
Dasar Pemikiran Teori Gestalt.............................................................. 5
C.
Tokoh Teori Gestalt ............................................................................. 7
D.
Eksperimen Teori Gestalt...................................................................... 10
E.
Aplikasi Teori Gestalt........................................................................... 12
F.
Aplikasi Bidang Olahraga..................................................................... 15
PENUTUP.......................................................................................................... 17
Kesimpulan............................................................................................ 17
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................ 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengajaran sangat identik ataupun sama halnya dengan
pendidikan. Proses pengajaran merupakan sebuah proses pendidikan. Setiap
kegiatan pendidikan adalah untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengajaran merupakan sebuah proses dalam
belajar mengajar yang di dalamnya terdapat dua obyek yang saling interaksi
yaitu murid dengan guru.
Belajar merupakan sebuah unsur yang sangat penting
dan fundamental dalam pelaksanaan setiap jenis jenjang pendidikan. Adanya
proses belajar yang berjenjang dan panjang serta tertata dengan rapi, efektif
dan efisien akan memungkinkan belajar akan menjadi lebih baik. Belajar dengan
terus menerus untuk mencari ilmu ataupun pengetahuan akan menambah wawasan yang
lebih bagi diri kita sendiri. Belajar sangat penting untuk menambah wawasan,
apalagi pada jaman yang lebih maju akan IPTEKnya. Stiap orang perlu belajar
agar tidak ketinggalan dengan kemajuan IPTEK yang sangat pesat saat ini.
Teori-teori mengenai pembelajaran atau pengajaran
saat ini sudah banyak dan berkembang. Banyak teori-teori yang mengungkapkan
tentang pengetahuan, gerak dan sikap dari seseorang. Teori-teori tersebut
berkembang sesuai dengan perkembangan jaman dan manusia pada saat ini. Apalagi
dengan budaya yang terjadi saat ini sikap, pengetahuan dan gerak seseorang
lebih baik karena perkembangan ilmu yang semakin pesat. Banyak teori-teori
pembelajaran yang ada saat ini seperti teori fungsional yang mempelajari
tentang fungsi dari pembelajaran itu sendiri salah satu ahlinya Edward Lee
Thorndike, dll. Teori Asosiatik yang mempelajari tentang rangsangan atau
respon. Teori kognitif yang lebih mempelajari tentang pengetahuan, dan
lain-lain. Ahli terori pembelajaran antara lain Jean Piaget, Edward Chace
Tolman, Donald Olding Hebb, Albert Bandura, Robbert C Bolles, dan lain-lain.
Pada makalah ini penulis akan membahas lebih komplek
mengenai teori Gestal yang mempelajari tentang konsep atau pembelajaran tentang
nilai kognitif yang dominan dalam teori pembelajaran. Teori Gestalt merupakan
teori yang membahas tentang aspek kognitif dominan dalam teori pembelajaran.
Aspek kognitif yaitu aspek yang mempelajari megenai pengetahuan-pengetahuan
yang ada atau yang dominan pada seseorang. Pada dasarnya teori kognitif ini
lebih pada perkembangan otak atau pola pikir seseorang dalam menangkapa atau
mencari ilmu agar pengetahuan yang dimiliki lebih dominan dibanding aspek sikap
atau yang lainnya. Aspek kognitif sangat penting dimiliki dan dipelajari oleh
seseorang agar dapat mengetahui atau mengikuti perkembangan jaman saat ini.
Salah satu teori itu dikembangkan oleh Gestalt yang mendalami tentang aspek
kognitif yang dominan.
Teori Gestalt ini mempelajari berbagai hal yang
berkaitan konsep teoritis dari teori Gestalt, pekembangan otak, realita secara
objektif dan subjektif, prinsip belajar Gestalt, tokoh-tokoh pendukung teori
Gestalt, aplikasi dan eksperimen yang dilakukan atau dasa pemikiran dari teori
tersebtu, hukum-hukum dari teori dan pengaplikasiannya dalam dunia olahraga.
Semua hal tersebut nantinya akan berkaitan dengan kehidupan kita sebagai insan
olahraga, dimana segala hal yang berkaitan dengan teori Gestalt diterapkan
dalam dunia olahraga.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian Teori
Gestalt itu?
2.
Apa saja dasar
pemikiran dari teori Gestalt itu?
3.
Siapa tokoh Teori
belajar Gestalt?
4.
Bagaimana eksperimen
yang dilakukan teori Gestalt?
5.
Bagaimana Aplikasi teori
Gestalt?
6.
Bagaimana aplikasi ke
dalam olahraga?
C. Tujuan
a.
Untuk mengetahui
tentang teori Gestalt
b.
Untuk mengetahui dasar
pemikiran adanya teori Gestalt
c.
Untuk mengetahui
pemrakarsa atau pendiri teori Gestalt
d.
Untuk mengetahui
eksperimen teori Gestalt
e.
Untuk mengetahui
aplikasi dari teori Gestalt serta kaitannya di bidang olahraga
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori
Gestalt
Menurut STAIN Samarinda (2013) Istilah Gestalt merupakan istilah bahasa jerman yang sukar dicari
terjemahannya dalam bahasa lain. Arti Gestalt bisa bermacam-macam sekali, yaitu
form, shape atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat, esensi, totalitas. dengan
adanya kesimpangsiuran terhadap istilah Gestalt maka para sarjana di dunia
sepakat untuk menggunakan tersebut tanpa menerjemahkan ke dalam bahasa lain.
Menurut STAIN Samarinda (2013) Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari
gejala atau fenomena yang terjadi dalam kehidupan. Fenomena adalah data yang
paling dasar dalam teori Gestalt atau psikologi Gestalt. Dalam suatu fenomena
terdapat dua unsur yaitu objek dan arti. Objek merupakan sesuatu yang dapat di
deskripsikan, setelah tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu
informasi dan sekaligus memberikan arti pada obyek tersebut.
Menurut B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson (2008:
291) belajar menurut Gestaltis adalah fenomena kognitif. Pada dasarnya mulai
melihat solusi jika setelah adanya masalah. Seseorang memikirkan solusi yang
dibutuhkan untuk memecahkan masalah dari satu cara dan cara yang lainnya sampai
masalah dapat terpecahkan. Ketika solusi muncul, maka seseorang mendapat
wawasan tentang cara memecahkan masalah tersebut. Masalah dapat eksis hanya
dalam dua keadaan yaitu terpecahkan atau tidak terpecahkan. Belajar bersifat
kontinu, karena bertambah secara bertahap sedikit demi sedikit untuk menguatkan
tentang materi yang dipelajari. Namun belajar menurut Gestalt bersifat
diskontinu atau tidak bertambah.
Fokus teori dari Gestalt yaitu ide tentang
pengelompokan. Faktor utama yang menentukan pengelompokan yaitu kedekatan,
kesamaan, penutupan, dan kesederhanaan. Fokus tersebut sering disebut sebagai
hukum organisasi dimana memecahkan masalah secara bersama-sama.
B. Dasar Pemikiran Teori
Gestalt
Menurut B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson (2008:
284) dasar pemikiran atau konsep teori utama dari Gestalt yaitu mengenai teori
medan, nature versus nuture, dan hukum pragnanz. Hal tersebut menjadi dasar
pemikiran teori Gestal dalam mengungkap teorinya.
1.
Teori
Medan
Menurut
B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson (2008: 284) Psikologi Gestalt dapat
dianggap sebagai usaha untuk mengaplikasikan teori medan dari fisika ke masalah
psikologi. Secara umum, medan dapat dideskripsikan sebagai sistem yang saling
terkait dimana setiap bagian saling mempengaruhi satu sama lainnya artinya jika
satu senang maka lainnya ikut senang. Hal terpenting dalam suatu medan adalah
tidak ada yang paling menonjol sendiri jadi semua sama.
Menurut
B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson (2008: 284) Psikologi Gestalt percaya
bahwa apapun yang terjadi pada seseorang akan mempengaruhi segala sesuatu yang
lain di dalam diri orang tersebut. Misalnya, dunia akan terasa berbeda apabila
seseorang jempolnya kejepit pintu dan terasa sakit terus menerus. Psikologi Gestalt selalu menekankan pada
totalitas atau keseluruhan tidak hanya bagian-bagian saja.
2.
Nature
Versus Nuture
Menurut
B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson (2008: 284-285) Menurut pendapat ini, otak
adalah semacam papan penghubung yang kompleks. Sifat seseorang ditentukan atau
diketahui oleh apapun yang dialami oleh orang tersebut. Menurut Gestalt, otak
bukan penerima pasif dan gudang penyimpan informasi dari lingkungan. Otak
bereaksi terhadap informasi sensoris yang masuk dan otak melakukan penataan
yang membuat informasi itu lebih bermakna. Ini merupakan sifat alami dari otak
dalam menata dan memberikan makna pada informasi sensoris.
Otak
adalah sistem fisik, artinya otak menciptakan medan yang mempengaruhi informasi
yang masuk kedalamnya, seperti medan magnet mempengaruhi partikel logam. Medan
inilah yang mengatur pengalaman sadar. Apa yang dialami seseorang secara sadar
adalah informasi sensoris setelah dikelola oleh medan kekuatan dalam otak.
3.
Hukum
Pragnanz
Menurut
B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson (2008: 285) Perhatian utama teori Gestalt
pada fenomena perseptual. Prinsip persepsi dari Gestalt yaitu esensi. Hukum
pragnanz dipakai oleh Gestaltis sebagai prinsip pedoman mereka dalam meneliti
persepsi, belajar dan memori. Karena hukum pragnaz lebih mempelajari tentang
kesederhanaan, keharmonisan, simetris dan komplit.
C. Tokoh Teori Belajar
Gestalt menurut STAIN Samarinda (2013)
1.
Max
Wertheimer (1880 – 1943)
Max Wertheimer adalah pendiri aliran psikologi Gestalt
yang Lahir di Praha. Jerman pada tanggal 15 ApiI 1880 dan meninggal di New York
pada tanggal 12 Oktober 1943. Setelah tamat sekolah Gymnasium di Praha. Ia
belajar hukum selama dua tahun, akan tetapi kemudian meninggalkan studi
ini dan lebih menyukai filsafat. Ia lalu belajar di
Universitas Praha, Berlin dan Wurzburg. tempat Ia memperoleh gelar Ph.D. Dia
menerima tawaran di Frankfurt dan Berlin, tetapi kemudian meninggalkan Jerman
pada tahun 1934 karena situasi potik saat itu. Dia kemudian bergaul dengan
tokoh-tokoh New School for Social Research di New York City. Pada waktu itu
1910, ketika dia membuat penemuannya yang akhirnya menuntun dirinya untuk
mendirikan aliran psikologi Gestalt.
Ketika Ia melihat suatu stroboscope di jendela suatu
toko mainan, ia membelinya, bereksperimen dengan alat tersebut, dan meyakinkan
diri sendiri bahwa gerakan yang tampak jelas yang ditumbuhkan oleh penglihatan
yang berturut-turut pada satu seri gambar itu, tidak mungkin bisa diterangkan
atas basis strukturalisme. Bersama-sama dengan Köhler dan Koffka. Ia
mengembangkan dan memformulasakan sistem Gestalt.
Konsep pentingnya : phi phenomenon (bergeraknya obyek
statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu
singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi).
Dengan konsep ini, Wertheimer menunjuk pada proses
interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak
dan sama sekali bukan proses fisik, tetapi proses mental. Ia menentang pendapat
Wundt yang menunjuk pada proses fisik sebagai penjelasan phi phenomenon.
2.
Wolfgang
Kohler (1887 – 1959)
Wolfgang kohler lahir pada tanggal 21 Januari 1887, di Reval,
Estonia. Dia menerima gelar PhD-nya pada tahun 1908 dari University of Berlin.
Kemudian dia menjadi asisten di Institut Psikologi Frankfurt, di mana dia bisa
bertemu dan bekerja bersama Max Wertheimer.
Tahun 1913 Kohler beruntung mendapatkan tugas belajar ke
Anthropoid Station, Tenerife di Kepulauan Canary, dan tinggal di sana sampai
tahun 1920. Tahun 1917, dia menulis buku paling terkenalnya, “Mentality of
Apes”.
Tahun 1922, Kohler menjadi ketua dan direktur laboraturium
psikologi di University of Berlin, di mana Ia tinggal di sana sampai tahun
1935. Selama kurun waktu itu, pada tahun 1929, dia menulis “Gestalt Psikology”.
Pada tahun 1935, dia pergi ke Amerika Serikat dan mengajar di Swarthmore sampai
pensiun. Dia meninggal pada tahun 11 Juni 1967 di New Hampshire.
3.
Kurt Koffka
(1886 – 1941)
Kutr Koffka lahir pada tanggal 18 Maret 1886, di berlin. Dia
menerima gelar PdH-nya dari University of Berlin pada tahun 1909, dan seperti
halnya Kohler, dia juga menjadi asisten di Frankfurt.
Pada tahun 1911, Koffka pergi ke University of Giessen, dan
mengajar di sana sampai tahun 1927. Ketika di sana, dia menulis buku “Grow of
the Mind: An Introduction to Child Psikology” (1921). Pada tahun 1922, dia
menulis sebuah artikel untuk Psikological Bulletin yang memperkenalkan program
Gestalt kepada pembaca di Amerika Serikat. Tahun 1927, Koffka
meninggalkan Amerika Serikat untuk mengajar di Smith Collage. Dia
mempublikasikan “Principles of Gestalt Psycology” pada tahun 1935. Dia
meninggal pada tahun 1941.
4.
Kurt Lewin (1890-1947)
Menurut Ricky Diah (2010) Pandangan Gestalt diaplikasikan dalam field
psychology dari Kurt Lewin. Lewin adalah salah seorang ahli yang sangat kuat
menganjurkan pemahaman tentang lapangan psikologis seseorang. Konsep
utama Lewin adalah Life Space, yaitu lapangan psikologis tempat individu berada
dan bergerak. Lapangan psikologis ini terdiri dari fakta dan obyek
psikologis yang bermakna dan menentukan perilaku individu (B=f L). Tugas utama
psikologi adalah meramalkan perilaku individu berdasarkan semua fakta
psikologis yang eksis dalam lapangan psikologisnya pada waktu tertentu. Life
space terbagi atas bagian-bagian memiliki batas-batas. Batas ini dapat dipahami
sebagai sebuah hambatan individu untuk mencapai tujuannya. Gerakan individu
mencapai tujuan (goal) disebut locomotion.
Menurut Ricky Diah (2010) dalam lapangan psikologis ini juga terjadi
daya (forces) yang menarik dan mendorong individu mendekati dan menjauhi
tujuan. Apabila terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium), maka terjadi
ketegangan (tension). Perilaku individu akan segera tertuju untuk meredakan
ketegangan ini dan mengembalikan keseimbangan. Apabila individu menghadapi
suatu obyek, maka bagaimana valensi dari nilai tersebut bagi si individu akan
menentukan gerakan individu. Pada umumnya individu akan mendekati obyek yang
bervalensi positif dan menjauhi obyek yang bervalensi negatif.
D. Eksperimen yang
dilakukan oleh Gestalt menurut STAIN Samarinda (2013)
Sultan (simpanse Kohler yang paling
cerdik) berjongkok di depan jeruji, tetapi tidak dapat menggapai buah yang
terletak di luar dengan hanya menggunakan galah pendek yang disediakan. Sebuah
galah yang lebih panjang diletakkan di luar jeruji, kira-kira 2 meter pada satu
sisi objek dan sejajar dengan jeruji. Objek tersebut tidak dapat digapai dengan
tangan, tetapi dapat ditarik dengan satu galah kecil.
Sultan mencoba menggapai buah tersebut
dengan galah yang lebih pendek. Karena tidak berhasil dia mencabut sepotong
kawat yang jatuh dari jaringan sangkarnya, tetapi inipun gagal.
Kemudian dia melihat sekitarnya, (selalu terdapat pada bagian tes ini beberapa
pause yang cukup lama selama binatang meneliti dengan cermat kawasan yang dapat
diamati). Dia tiba-tiba memungut galah yang pendek sekali lagi, naik jeruji
yang langsung berhadapan dengan galah panjang, kemudian dengan alat yang ada padanya
menariknya dan terpeganglah galah panjang tersebut; alat itu diarahkan ke
sasarannya (buah) yang akhirnya dia peroleh. Selain Eksperiman tersebut kohler juga
membuat percobaan yang lain dengan objek yang sama. Adapun kronologi
eksperimennya dalah sebagai berikut:
1. Step-1: Simpanse dimasukkan sangkar dan
di luar sangkar diletakkan pisang yang tidak akan mungkin dapat diraih jika
hanya dengan tangan kosong. Dalam sangkar tersebut diletakkan tongkat, sehingga
lama kelamaan simpanse dapat meraih pisang tersebut dengan bantuan tongkat.
2. Step-2: Sama dengan step-1, namun kali
ini pisang diletakkan lebih jauh. Selain tongkat tadi diberikan tongkat
tambahan yang dapat disambung. Dengan insight yang dimiliki, maka
simpanse dapat meraih pisang tadi dengan bantuan tongkat yang disambung dengan
tongkat kedua.
3. Step-3: Pisang diletakkan di atas sangkar
dengan asumsi simpanse tidak akan dapat meraih dengan tinggi loncatnya. Lalu di
sudut ruangan disediakan kotak, sehingga dengan kotak itu simpanse dapat meraih
pisang.
4. Step-4: Sama dengan step-3, hanya
jaraknya diperjauh dan disediakan kotak tambahan, sehingga simpanse dapat
meraih pisang dengan bantuan kotak tambahan tersebut.
E.
Aplikasi dan Implikasi Teori Gestalt
1.
Belajar
Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight.
Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu
situasi permasalahan. Sebelum membahas teori Gestalt dalam proses
belajar ada baiknya membahas prinsip-prinsip belajar menurut teori ini yaitu:
a.
Belajar
dimulai dari suatu keseluruhan. Keseluruhan yang menjadi permulaan, baru menuju
ke bagian-bagian. Dari keseluruhan organisasi mata pelajaran menuju tugas-tugas
harian yang beruntun. Belajar dimulai dari satu unit yang kompleks menuju ke
hal-hal yang mudah dimengerti, deferensiasi pengetahuan dan kecakapan.
b.
Keseluruhan
memberikan makna kepada bagian-bagian. Dengan demikian keseluruhan yang
memberikan makna terhadap suatu bagian, misal: Sebuah papan tulis hanya
bermakna sebagai papan tulis kalau ia berada dalam kelas.
c.
Individuasi
bagian-bagian dari keseluruhan. Mula-mula anak melihat sesuatu sebagai
keseluruhan. Bagian-bagian dilihat dalam hubungan fungsional dengan
keseluruhan, contoh: mula-mula anak melihat mengenal wajah ibunya sebagai
keseluruhan kesatuan. Lambat laun dia dapat memisahkan mana mata ibu, mana
hidung ibu, mana telinga ibu, kemudian ia melihat bahwa wajah ibunya itu cantik
atau jelek, atau menarik dan sebagainya.
d.
Anak
belajar dengan menggunakan pemahaman atau insight.
Pemahaman adalah kemampuan melihat hubungan-hubungan antara berbagai faktor
atau unsur dalam situasi yang problematis, seperti simpanse dapat melihat
hubungan antara beberapa buah galah menjadi sebuah tangan untuk mengambil buah
pisang karena ia sedang lapar.
2.
Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul
setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya
pengalaman insight, individu mampu
menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh
Koehler dalam eksperimen yang sistematis.
Timbulnya insight pada individu
tergantung pada :
a.
Kesanggupan
Kesanggupan
berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
b. Pengalaman
Dengan
belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan
menyebabkan munculnya insight.
c. Taraf kompleksitas dari suatu situasi
Semakin
kompleks masalah akan semakin sulit diatasi
d. Latihan
Latihan
yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan
e. Trial and Error
Apabila
seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan melakukan
percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk
memecahkan masalah tersebut.
3.
Memori
Hasil
persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu,
jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip
organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul
dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan
pengaruh gosip/rumor.
Pandangan
Gestalt cukup luas diakui di Jerman namun tidak lama exist di Jerman karena
mulai didesak oleh pengaruh kekuasaan Hitler yang berwawasan sempit mengenai
keilmuan. Para tokoh Gestalt banyak yang melarikan diri ke AS dan berusaha
mengembangkan idenya di sana. Namun hal ini idak mudah dilakukan karena pada
saat itu di AS didominasi oleh pandangan behaviorisme. Akibatnya psikologi
gestalt diakui sebagai sebuah aliran psikologi namun pengaruhnya tidak sekuat
behaviorisme.
F.
Aplikasi di Bidang Olahraga
Menurut teori Gestalt,
belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah
pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan.
Jadi belajar dalam olahraga yaitu bagaimana cara seseorang untuk memahami bagian-bagian yang
ada dalam olahraga kemudian memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam
olahraga sendiri.
1.
Belajar
olahraga dimulai dari suatu keseluruhan. Dari olahraga sepak bola menuju ke
teknik-teknik dasar sepak bola seperti passing, dribbling, dan lain-lain.
Belajar dimulai dari satu unit yang kompleks menuju ke hal-hal yang mudah
dimengerti.
2.
Keseluruhan
dalam olahraga memberikan makna kepada bagian-bagian di olahraga tertentu, misal:
Sebuah lapangan sepak bola hanya bermakna sebagai lapangan sepak bola kalau lapangan
tersebut digunakan untuk bermain.
3.
Individuasi
bagian-bagian dari olahraga. Mula-mula anak melihat olahraga sebagai
keseluruhan. Bagian-bagian dilihat dalam hubungan fungsional dengan
keseluruhan, contoh: mula-mula seseorang mengenal olahraga sebagai permainan
yang menyenangkan. Lambat laun dia dapat mengetahui mana pelanggaran, mana offside, mana pinalti, mana corner kick, mana throw in, dan lain sebagainya.
4.
Seseorang
belajar pengetahuan tentang olahraga dengan menggunakan pemahaman atau insight, seperti olahraga sepak bola
awalnya ada bola, kemudian mencari halaman yang luas untuk bermain sepak bola
sehingga olahraga sepak bola dapat dimainkan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori belajar psikologi Gestalt merupakan
salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu
keseluruhan atau totalitas. Sedangkan data-data dalam psikologi
Gestalt disebut sebagai Fenomena (gejala). Dimana fenomena adalah data-data
yang mendasar dan hal ini sependapat dengan filsafat fenomologi yang
mengartikan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara netral.
Dalam teori belajar gestalt terdapat
prinsip interaksi individu dengan lingkungan serta prinsip pengorganisasian.
Selain itu, dalam aplikasi prinsip teori belajar psikologi gestel meliputi
pada belajar, insight,
dan memory. Teori
belajar psikologi Gestalt mempelajari suatu fenomena secara
totatalitas dan didasari oleh teori
medan, nature versus nuture dan hukum pragnanz. Dengan demikian teori belajar psikologi gestalt dapat
diterapkan dalam proses belajar sehingga lebih dapat memahami suatu gejala atau
fenomena secara keseluruhan.
Aplikasi dalam olahraga dimulai dari mengenal olahraga secara
keseluruhan menuju bagian-bagian kecil, bagian-bagian kecil menuju olahraga
secara keseluruhan hingga pemahaman olahraga menjadi suatu pengetahuan yang
penting dalam belajar.
Makalah ini tentu jauh dari sebuah
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat diperlukan sebagai bahan perbaikkan kedepannya. Semoga dengan
adanya makalah tentang Teori Belajar Gestalt ini mampu
menambah khazanah keilmuan kita terkait dengan proses pelaksanaan pengajaran
yang bermutu dengan kata lain memiliki nilai presensi berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Hergenhahn, B.R., H. Olson, Matthew. 2008. Theories Of Learning. Jakarta: Kencana.
Ricky
Diah. 2011. Teori Belajar Kognitif Teori Gestalt. Indonesia: _________. Diakses
dari http://ricky-diah.blogspot.co.id
pada tanggal 19 September 2015 pukul 13.30
__________.
2013. Teori Belajar Gestalt. Samarinda. _________. Diakses dari http://ki-stainsamarinda.blogspot.co.id
pada tanggal 19 September 2015 pukul 13.38
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih, Komentar dan saran...
Sukses Selalu