BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Edward Lee Thorndike (1871-1949) adalah ahli teori belajar terpanjang
sepanjang masa. Dia bukan hanya merintis
karya besar dalam teori belajar tetapi juga dalam bidang
psikologi pendidikan, perilaku verbal, psikologi komparatif, uji
kecerdasan, problem nature-nature, transfer training,
dan aplikasi pengukuran kuantitatif untuk problem sosiopsikologis (misalnya, dia mengembangkan
skala untuk membandingkan kualitas hidup dikota-kota yang berbeda).
Risetnya dimulai
dengan studi telepati mental pada anak muda yang dijelaskan sebagai deteksi
bawah sadar anak terhadap gerakan kecil yang dilakukan experimenter. Experiment
selanjutnya menggunakan ayam, kucing, tikus, anjing, ikan, kera dan akhirnya
manusia dewasa. Dia ingin pula menggunakan monyet besar (apes) tetapi dia tak bias mendapatkanya.
Produktivitas
ilmiah Thorndike hamper sulit dipercaya, pada saat dia meninggal pada 1949,
bibliografinya mencakup 507 buku, monograf dan artikel jurnal. Thonrdike ingin
mengukur segala hal, dan dalam autobioghrafinya dia melaporkan bahwa sampai
usia 60 tahun dia menghabiskan sekitar 20 jam sehari untuk membaca buku dan
jurnal ilmiah meskipun dia terutama lebih merupakan sosok periset ketimbang
sarjana ilmuan.
Thorndike lahir
pada 1874 di williamsbrug, Thorndike adalah orang pertama yang mengamati, dalam
kondisi yang terkontrol, bahwa konsekuensi dari perilaku akan menghasilkan efek
terhadap kekuatan prilaku. Persoalan tentang apa penyebab efek ini, apa
batasnya, durasinya, dan problem yang terkait dengan definisi dan pengukurannya
kelak memandu riset dalam tradisi behavioral selama 50 tahun kemudian dan masih
menjadi topic riset dan pedebatan sampai sekarang.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagimanakah
Riset Hewan Sebelum Thorndike?
2.
Bagaimanakah
Konsep Teoritis Utama Thorndike?
3.
Bagaimanakah
Thorndike Sebelum 1930?
4.
Bagaimanakah
Konsep Skunder Sebelum 1930?
5.
Bagaimanakah
Thorndike Pasca 1930?
6.
Bagaimanakah
Ilmu Pengetahuan dan Nilai Manusia?
7.
Bagaimanakah
Pendidikan Menurut Thorndike?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
menjelaskan Riset Hewan Sebelum Thorndike.
2.
Untuk
mengetahui Konsep Teoritis Utama.
3.
Untuk
mengetahui Thorndike Sebelum 1930.
4.
Untuk
mengetahui Konsep Skunder Sebelum 1930.
5.
Untuk
mengetahui Thorndike Pasca 1930.
6.
Untuk
menjelaskan Ilmu Pengetahuan dan Nilai Manusia.
7.
Untuk
menjelaskan Pendidikan Menurut Thorndike.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Riset Hewan
Sebelum Thorndike
Menurut pendapat
Descantes bahwa tubuh manusia dan
binatang berfungsi berdasarkan prisip mekanis yang sama tidak banyak
menimbulkan penelitian anatomis terhadap binatang. Tetapi dari Darwin
menunjukan bahwa manusia dan non manusia adalah hamper sama semua aspeknya : secara
anatomis, emosional, dan kognitif (Darwin 1872). Tak lama setelah Darwin
mempublikasikan bukunya itu, George Jhone Romanes (1848-1894) memublikasikan animal intelliegence (1882), mental evolution in animals (1884), dan mental evolution in man (1885). Bukti
yang diberikan Romanes untuk mendukung
gagasan adanya kontinuitas kecerdasan dan prilaku emosional dari hewan
kemanusia pada umumnya bersifat anecdotal dan sering dicirikan oleh anthroporphizing atau menisbahkan prose
pemikiran manusia ke binatang.
Seperti
ditunjukkan hergenhahn (2005), Morgan sering disalahtafsirkan sebagai
peringatan untuk tidak berspekulasi tentang pikiran atau perasaan binatang,
Morgan sesungguhnya percaya bahwa non manusia juga punya proses kognitif, bahwa
kita tidak dapat mengasumsikan bahwa proses mental manusia adalah sama dengan
proses mental binatang dan kita tidak boleh menghubungkan suatu perilaku dengan
proses kognitif kompleks apabila prilaku itu dapat dijelaskan dengan proses
kognitif yang tak kompleks. Meskipun menurut morgan penjleasanya bahwa prilaku
binatang non manusia lebih hemat ketimbang penjelasan ramones, ia masih
tergantung pada observasi naturalistis.
B.
Konsep
Teoritis Utama
1.
Koneksionisme
Thorndike
menyebut asosiasi antara kesan indrawi dan implus dengan tindakan sebagai
ikatan/kaitan atau koneksi. Asosiasionisme sebelumnya telah berusaha menunjukan
bagai man ide-ide menjadi saling terkait,
2.
Pemilihan
dan Pengaitan
Bentuk paling
dasar dari proses belajar adalah trial
and error learning (belajar dengan uji coba), atau yang disebut sebagai selecting and connecting (pemilihan dan
pengaitan). Thorndike menyebutkan bahwa waktu yang dibutuhkan hewan untuk
memecahkan problem sebagai fungsi dari jumlah kesempatan yang harus dimiliki
hewan untuk memecahkan problem. Setiap kesempatan adalah usaha coba-coba, dan
upaya percobaan berhenti saat sihewan mendapatkan solusi yang benar.
3.
Belajar
adalah Inkremental, bukan langsung ke pengertian ,mendalam (insightful)
Belajar adalah
bersifat incremental (
incremental/bertahap), bukan insightful
(langsung kepengertian). Dengan kata lain,belajar dilakukan dalam
langkah-langkah kecil yang sistematis, bukan langsung melompat kepengertian
mendalam. Thorndike mencatat bahwa jika belajar adalah insightful grafik akan menunjukan waktu untuk mencapai solusi
tampak relatif stabil dan tinggi pada saat hewan dalam keadaan belum belajar.
4.
Belajar
tidak di mediasi oleh ide
Berdasarkan riset
Thorndike (1898) juga menyimpulkan bahwa belajar adalah bersifat langsung dan
tidak dimediasi oleh pemikiran atau penalaran. Thorndike menolak campur tangan
nalar dalam belajar dan ia lebih mendukung tindakan seleksi langsung dan
pengaitan dalam belajar. Penentangan terhadap arti penting nalar dan ide dalam
belajar ini menjadi awal dari apa yang kemudian menjadi gerakan behavioristik.
5.
Semua
mamalia belajar dengan cara yang sama
Banyak orang yang
terganggu oleh pandangan Thorndike bahwa semua proses belajar adalah langsung
dan tidak dimediasi oleh ide-ide. Dan dia juga menegaskan bahwa proses belajar
semua mamalia, termasuk manusia, mengikuti kaidah yang sama. Thorndike
menagatakan, tidak ada proses khusus yang perlu dipostulatkan dalam rangka
menjelaskan proses belajar manusia. Kutipan dibawah ini menunjukkan keyakinan
Thorndike (1913b) bahwa hukum atau kaidah belajar adalah sama untuk semua
hewan. Kutipan ini juga menunjukan aspek lain dari teorinya. "fenomena
yang sederhana dan semi-mekanis ini yang menunjukan proses belajar hewan,adalah
dasar-dasar dari proses pembelajaran manusia untuk proses belajar manusia akan lebih
rumit dan maju. Seperti adanya penemuan mesin-mesin,memahami pengetahuan
hitungan kalkus. Namun mustahil untuk memahami pembelajaran cultural manusia
yang lebih halus dan jelas tanpa menggunakan ide-ide yang jelas tentang
kekuatan yang memungkinkan terjadinya proses belajar dalam bentuk paling dasar
yang menghubungkan respon jasmani dengan situasi yang dialami dan dirasakan
langsung oleh indra".
C.
Thorndike
Sebelum 1930
1.
Hukum
Kesiapan
Law
Of Readiness (hukum kesiapan)
yang dikemukakan dalm bukunya yang berjudul The
Original Nature Of Man (Thorndike, 1913b), mengandung tiga bagian yaitu :
a.
Apabila
satu unit konduksi siapa menyalurkan (to conduct), maka penyaluran dengannya
akan memuaskan.
b.
Apabila
satu unit konduksi siap untuk menyalurkan, maka tidak menyalurkan akan
menjengkelkan.
c.
Apabila
satu uint konduksi belum siap untuk penyaluran dan dipaksa untuk menyalurkan,
maka penyaluran dengan akan menjengkelkan.
Juga perlu
dicatat bahwa apa yang tampaknya merupakan termsubjektif dalam tulisan
Thorndike mungkin tidak subjektif. Misalnya, apa yang dimaksudkanya dengan unit
konduksi yang siap menyalurkan adalah kesiapan untuk bertindak. Dengan
menggunakan terminology kontemporer kita bisa menyatakan ulang hokum kesiapan
Thorndike sebagai berikut:
a.
Ketika
seseorang siap untuk melakukan suatu tindakan, maka melakukannya akan
memuaskan.
b.
Ketika
seorang siap untuk melakukan suatu tindakan, maka tidak melakukanya akan
menjengkelkan.
c.
Ketika
seorang belum siap melakukan suatu tindakan tetapi dipaksa melakukanya,maka
melakukannya akan menjengkelkan.
Secara umum kita
biasa mengatakan bahwa menginterverensi perilaku yang bertujuan akan
menyebabkan frustasi, dan menyebabkan seseorang melakuan sesuatu yang tidak
ingin mereka lakukan juga akan membuat mereka frustasi.
2.
Hukum
Latihan
Ada dua bagian
yang mencakup hukum law of exercise
(hukum latihan) yaitu:
a.
Koneksi
antara stimulus dan respons akan menguat saat keduanya dipakai. Dengan kata
lain, melatih koneksi (hubungan)antara situasi yang menstimulasi dengan suatu
respons akan memeperkuat koneksi diantara keduanya. Bagian dari hokum latihan
ini dinamakan law of use (hukum
penggunaan).
b.
Koneksi
antara situasi dan respons akan melemah apabila praktik hubungan dihentikan
atau jika ikatan neural tidak dipakai. Bagian hukum latihan ini dinamakan law of disuse (hukum ketidakgunaan).
3.
Hukum Efek
Law
of effect (hukum efek) adalah
penguatan atau pelemahan dari suatu koneksi antara stimulus dan respons sebagai
akibat dari konsekuensi dari respons.
D.
Konsep
Skunder Sebelum 1930
1.
Respons
Berganda
Multiple esponse atau respons yang berfariasi adalah langkah pertama dalam
semua proses belajar. Respons ini mengacu pada fakta bahwa jika respons pertama
kita tidak memecahkan problem maka kita akan mencoba respons lain.
2.
Prepotensi
Elemen
Prepotency of element (prapotensi elemen) adalah aktivitas parsial
dari suatu situasi mengacu pada fakta bahwa hanya beberapa elemen dari situasi
yang akan mengatur prilaku.
3.
Respons
Dengan Analogi
Response by analogy (respons dengan analogi) yaitu kita meresponya dengan cara
seperti ketika kita merespons situasi yang terkait (mirip) yang pernah kita
jumpai.
4.
Pergeseran
Asosiatif
Association Shifting (pergeseran asosiatif) yaitu prosedur untuk menunjukkan
pergeseran asosaitif dimulai dengan koneksi antara satu situasi tertentu dan
satu respons tertentu.
E.
Thorndike
Pasca 1930
1.
Revisi
Hukum Latihan/Penggunaan
Secara esensial
Thorndike menarik kembali hukum latihan/penggunaan, yang menyatakan bahwa
repetisi saja sudah cukup untuk memperkuat koneksi,ternyata tidak akurat.
Penghentian repetisi ternyata tidak melemahkan koneksi dalam periode yang cukup
panjang. Meskipun Thorndike tetap berpendapat bahwa latihan praktis akan
menghasilkan kemajuan kecil dan kurangnya latihan akan menyebabkan naiknya
tingkat lupa, karena lasan praktis.
2.
Revisi Hukum
Efek
Setelah 1930,
hukum efek ternyata hanya separuh benar. Separuh dari yang benar itu adalah
sebuah respons yang diikuti oleh keadaan yang memuaskan akan diperkuat.
Sedangkan untuk separuh yang lainnya bahwa menghukum suatu respons ternyata
tidak ada efeknya terhadap kekuatan koneksi.
3.
Belongingnes
Dalam proses
belajar asosiasi Thorndike mengamati ada factor selain kontinguitas dan hukum
efek. Jika elemen-elemen dari asosiasi dimiliki bersama, asosiasi diantara
mereka akan dipelajari dan dipertahankan dengan lebih mudah ketimbang jika
elemen itu bukan milik bersama.
4.
Penyebaran
Efek
Spread of effect (penyebaran efek) adalah keadaan yang memuaskan tidak
hanya menambah probabilitas terulangnya respons yang menghasilkan keadaan yang
memuaskan tersebut tetapi juga meningkatkan probabilitas terulangnya respons
yang mengitari respons yang memperkuat
itu.
F.
Ilmu
Pengetahuan dan Nilai Manusia
Ilmu manusia
ini menawarkan harapan yang paling besar
untuk masa depan, kesejahteraan umat manusia bergantung pada ilmu pengetahuan
tentang manusia. Ilmu pengetahuan akan terus maju, kecuali jika peradaban akan
ambruk. Ilmu pengetahuan akan melindungi manusia dari bahaya dan bencana
kecuali manusia itu sendiri yang menjadi penyebabnya. Jadi paling tidak manusia
akan menjadi tuan atas dirinya sendiri dan tuan atas alam. Manusia hanya bebas
di dunia yang dapat dipahami dan dapat diperkirakannya. Hanya dengan ilmu
pengetahuan manusia yg bias melakukanya. Kita adalah pemimpin jiwa kita sendiri
sepanjang jiwa-jiwa kita bertindak sesuai kaidah yang sempurna sehingga kita
bisa memahami dan memperkirakan setiap respons yang kita berikan untuk setiap
solusi.
G.
Pendidikan
Menurut Thorndike
Thorndike
percaya bahwa praktik pendidikan harus dipelajari secara ilmiah. Ada hubungan
erat antara pengetahuan proses belajar dengan praktik pengajaran. Dan juga
pengajaran berbentuk ceramah perkuliahan yang saat itu popular bahkan sampai
saat ini.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Thorndike
memberi alternatife sendiri untuk mengkonseptualisasikan belajar dan prilaku
member pendekatan yang jauh berbeda dengan pendekatan sebelumnya. Tidak ada
pembahasan eksperimental yang sistematis terhadap proses belajar.
Dengan hukum
efeknya, Thorndike adalah orang pertama yang mengamati dalam kondisi yang
terkontrol, bahwa konsekuensinya dari perilaku akan menghasilkan efek terhadap
kekuatan perilaku. Thorndike adalah salah satu orang paling awal yang meneliti
mengapa orang bisa lupa melalui hukum latihannya dan meneliti pengekangan
perilaku lewat kajiannya terhadap hukuman. Dia jelas bersedia membuang
pandangan awalnya yang ternyata bertentangan dengan data baru. Dalam kejadian
transfer Trainingnya, dia adalah orang pertama yang memepertanyakan asumsi umum
tentang praktik pendidikan pada saat itu (disiplin formal).
B.
Saran
Walau telah
ditunjukan bahwa beberapa fenomena yang ditemukan oleh Thorndike, seperti
penyebaran efek misalnya teori berfokus pada dua isu utama. Pertama kaitanya
dengan definisi unsur pemuas (satisfer) dalam hukum efek dan yang ke dua
berkaitanya dengan hukum efek adalah soal definisi yang terlalu mekanistik atas
teori belajar.
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih, Komentar dan saran...
Sukses Selalu