Labels

Monday, 11 January 2016

Teori Pembelajaran TEORI FUNGSIONALISTIK DOMINAN TEORI EDWARD LEE THORNDIKE

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Edward  Lee Thorndike (1871-1949)  adalah ahli teori belajar terpanjang sepanjang  masa. Dia bukan hanya merintis karya besar dalam teori belajar tetapi juga dalam  bidang  psikologi pendidikan, perilaku verbal, psikologi komparatif, uji kecerdasan, problem  nature-nature, transfer training, dan aplikasi pengukuran kuantitatif untuk problem  sosiopsikologis (misalnya, dia mengembangkan skala untuk membandingkan kualitas hidup dikota-kota yang berbeda).
Risetnya dimulai dengan studi telepati mental pada anak muda yang dijelaskan sebagai deteksi bawah sadar anak terhadap gerakan kecil yang dilakukan experimenter. Experiment selanjutnya menggunakan ayam, kucing, tikus, anjing, ikan, kera dan akhirnya manusia dewasa. Dia ingin pula menggunakan monyet besar (apes) tetapi dia tak bias mendapatkanya.
Produktivitas ilmiah Thorndike hamper sulit dipercaya, pada saat dia meninggal pada 1949, bibliografinya mencakup 507 buku, monograf dan artikel jurnal. Thonrdike ingin mengukur segala hal, dan dalam autobioghrafinya dia melaporkan bahwa sampai usia 60 tahun dia menghabiskan sekitar 20 jam sehari untuk membaca buku dan jurnal ilmiah meskipun dia terutama lebih merupakan sosok periset ketimbang sarjana ilmuan.
Thorndike lahir pada 1874 di williamsbrug, Thorndike adalah orang pertama yang mengamati, dalam kondisi yang terkontrol, bahwa konsekuensi dari perilaku akan menghasilkan efek terhadap kekuatan prilaku. Persoalan tentang apa penyebab efek ini, apa batasnya, durasinya, dan problem yang terkait dengan definisi dan pengukurannya kelak memandu riset dalam tradisi behavioral selama 50 tahun kemudian dan masih menjadi topic riset dan pedebatan sampai sekarang.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagimanakah Riset Hewan Sebelum Thorndike?
2.      Bagaimanakah Konsep Teoritis Utama Thorndike?
3.      Bagaimanakah Thorndike Sebelum 1930?
4.      Bagaimanakah Konsep Skunder Sebelum 1930?
5.      Bagaimanakah Thorndike Pasca 1930?
6.      Bagaimanakah Ilmu Pengetahuan dan Nilai Manusia?
7.      Bagaimanakah Pendidikan Menurut Thorndike?
C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk menjelaskan Riset Hewan Sebelum Thorndike.
2.      Untuk mengetahui Konsep Teoritis Utama.
3.      Untuk mengetahui Thorndike Sebelum 1930.
4.      Untuk mengetahui Konsep Skunder Sebelum 1930.
5.      Untuk mengetahui Thorndike Pasca 1930.
6.      Untuk menjelaskan Ilmu Pengetahuan dan Nilai Manusia.
7.      Untuk menjelaskan Pendidikan Menurut Thorndike.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Riset Hewan Sebelum Thorndike
Menurut pendapat Descantes  bahwa tubuh manusia dan binatang berfungsi berdasarkan prisip mekanis yang sama tidak banyak menimbulkan penelitian anatomis terhadap binatang. Tetapi dari Darwin menunjukan bahwa manusia dan non manusia adalah hamper sama semua aspeknya : secara anatomis, emosional, dan kognitif (Darwin 1872). Tak lama setelah Darwin mempublikasikan bukunya itu, George Jhone Romanes (1848-1894) memublikasikan animal intelliegence (1882), mental evolution in animals (1884), dan mental evolution in man (1885). Bukti yang diberikan Romanes  untuk mendukung gagasan adanya kontinuitas kecerdasan dan prilaku emosional dari hewan kemanusia pada umumnya bersifat anecdotal dan sering dicirikan oleh anthroporphizing atau menisbahkan prose pemikiran manusia ke binatang.
Seperti ditunjukkan hergenhahn (2005), Morgan sering disalahtafsirkan sebagai peringatan untuk tidak berspekulasi tentang pikiran atau perasaan binatang, Morgan sesungguhnya percaya bahwa non manusia juga punya proses kognitif, bahwa kita tidak dapat mengasumsikan bahwa proses mental manusia adalah sama dengan proses mental binatang dan kita tidak boleh menghubungkan suatu perilaku dengan proses kognitif kompleks apabila prilaku itu dapat dijelaskan dengan proses kognitif yang tak kompleks. Meskipun menurut morgan penjleasanya bahwa prilaku binatang non manusia lebih hemat ketimbang penjelasan ramones, ia masih tergantung pada observasi naturalistis.
B.     Konsep Teoritis Utama
1.    Koneksionisme
Thorndike menyebut asosiasi antara kesan indrawi dan implus dengan tindakan sebagai ikatan/kaitan atau koneksi. Asosiasionisme sebelumnya telah berusaha menunjukan bagai man ide-ide menjadi saling terkait,
2.    Pemilihan dan Pengaitan
Bentuk paling dasar dari proses belajar adalah trial and error learning (belajar dengan uji coba), atau yang disebut sebagai selecting and connecting (pemilihan dan pengaitan). Thorndike menyebutkan bahwa waktu yang dibutuhkan hewan untuk memecahkan problem sebagai fungsi dari jumlah kesempatan yang harus dimiliki hewan untuk memecahkan problem. Setiap kesempatan adalah usaha coba-coba, dan upaya percobaan berhenti saat sihewan mendapatkan solusi yang benar.
3.    Belajar adalah Inkremental, bukan langsung ke pengertian ,mendalam (insightful)
Belajar adalah bersifat incremental ( incremental/bertahap), bukan insightful (langsung kepengertian). Dengan kata lain,belajar dilakukan dalam langkah-langkah kecil yang sistematis, bukan langsung melompat kepengertian mendalam. Thorndike mencatat bahwa jika belajar adalah insightful grafik akan menunjukan waktu untuk mencapai solusi tampak relatif stabil dan tinggi pada saat hewan dalam keadaan belum belajar.
4.    Belajar tidak di mediasi oleh ide
Berdasarkan riset Thorndike (1898) juga menyimpulkan bahwa belajar adalah bersifat langsung dan tidak dimediasi oleh pemikiran atau penalaran. Thorndike menolak campur tangan nalar dalam belajar dan ia lebih mendukung tindakan seleksi langsung dan pengaitan dalam belajar. Penentangan terhadap arti penting nalar dan ide dalam belajar ini menjadi awal dari apa yang kemudian menjadi gerakan behavioristik.

5.    Semua mamalia belajar dengan cara yang sama
Banyak orang yang terganggu oleh pandangan Thorndike bahwa semua proses belajar adalah langsung dan tidak dimediasi oleh ide-ide. Dan dia juga menegaskan bahwa proses belajar semua mamalia, termasuk manusia, mengikuti kaidah yang sama. Thorndike menagatakan, tidak ada proses khusus yang perlu dipostulatkan dalam rangka menjelaskan proses belajar manusia. Kutipan dibawah ini menunjukkan keyakinan Thorndike (1913b) bahwa hukum atau kaidah belajar adalah sama untuk semua hewan. Kutipan ini juga menunjukan aspek lain dari teorinya. "fenomena yang sederhana dan semi-mekanis ini yang menunjukan proses belajar hewan,adalah dasar-dasar dari proses pembelajaran manusia untuk proses belajar manusia akan lebih rumit dan maju. Seperti adanya penemuan mesin-mesin,memahami pengetahuan hitungan kalkus. Namun mustahil untuk memahami pembelajaran cultural manusia yang lebih halus dan jelas tanpa menggunakan ide-ide yang jelas tentang kekuatan yang memungkinkan terjadinya proses belajar dalam bentuk paling dasar yang menghubungkan respon jasmani dengan situasi yang dialami dan dirasakan langsung oleh indra".
C.     Thorndike Sebelum 1930
1.      Hukum Kesiapan
Law Of Readiness (hukum kesiapan) yang dikemukakan dalm bukunya yang berjudul The Original Nature Of Man (Thorndike, 1913b), mengandung tiga bagian yaitu :
a.       Apabila satu unit konduksi siapa menyalurkan (to conduct), maka penyaluran dengannya akan memuaskan.
b.      Apabila satu unit konduksi siap untuk menyalurkan, maka tidak menyalurkan akan menjengkelkan.
c.       Apabila satu uint konduksi belum siap untuk penyaluran dan dipaksa untuk menyalurkan, maka penyaluran dengan akan menjengkelkan.
Juga perlu dicatat bahwa apa yang tampaknya merupakan termsubjektif dalam tulisan Thorndike mungkin tidak subjektif. Misalnya, apa yang dimaksudkanya dengan unit konduksi yang siap menyalurkan adalah kesiapan untuk bertindak. Dengan menggunakan terminology kontemporer kita bisa menyatakan ulang hokum kesiapan Thorndike sebagai berikut:
a.       Ketika seseorang siap untuk melakukan suatu tindakan, maka melakukannya akan memuaskan.
b.      Ketika seorang siap untuk melakukan suatu tindakan, maka tidak melakukanya akan menjengkelkan.
c.       Ketika seorang belum siap melakukan suatu tindakan tetapi dipaksa melakukanya,maka melakukannya akan menjengkelkan.
Secara umum kita biasa mengatakan bahwa menginterverensi perilaku yang bertujuan akan menyebabkan frustasi, dan menyebabkan seseorang melakuan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan juga akan membuat mereka frustasi.
2.      Hukum Latihan
Ada dua bagian yang mencakup hukum law of exercise (hukum latihan) yaitu:
a.       Koneksi antara stimulus dan respons akan menguat saat keduanya dipakai. Dengan kata lain, melatih koneksi (hubungan)antara situasi yang menstimulasi dengan suatu respons akan memeperkuat koneksi diantara keduanya. Bagian dari hokum latihan ini dinamakan law of use (hukum penggunaan).
b.      Koneksi antara situasi dan respons akan melemah apabila praktik hubungan dihentikan atau jika ikatan neural tidak dipakai. Bagian hukum latihan ini dinamakan law of disuse (hukum ketidakgunaan).
3.      Hukum Efek
Law of effect (hukum efek) adalah penguatan atau pelemahan dari suatu koneksi antara stimulus dan respons sebagai akibat dari konsekuensi dari respons.
D.    Konsep Skunder Sebelum 1930
1.      Respons Berganda
Multiple esponse atau respons yang berfariasi adalah langkah pertama dalam semua proses belajar. Respons ini mengacu pada fakta bahwa jika respons pertama kita tidak memecahkan problem maka kita akan mencoba respons lain.
2.      Prepotensi Elemen
Prepotency of element (prapotensi elemen) adalah aktivitas parsial dari suatu situasi mengacu pada fakta bahwa hanya beberapa elemen dari situasi yang akan mengatur prilaku.
3.      Respons Dengan Analogi
Response by analogy (respons dengan analogi) yaitu kita meresponya dengan cara seperti ketika kita merespons situasi yang terkait (mirip) yang pernah kita jumpai.
4.      Pergeseran Asosiatif
Association Shifting (pergeseran asosiatif) yaitu prosedur untuk menunjukkan pergeseran asosaitif dimulai dengan koneksi antara satu situasi tertentu dan satu respons tertentu.
E.     Thorndike Pasca 1930
1.      Revisi Hukum Latihan/Penggunaan
Secara esensial Thorndike menarik kembali hukum latihan/penggunaan, yang menyatakan bahwa repetisi saja sudah cukup untuk memperkuat koneksi,ternyata tidak akurat. Penghentian repetisi ternyata tidak melemahkan koneksi dalam periode yang cukup panjang. Meskipun Thorndike tetap berpendapat bahwa latihan praktis akan menghasilkan kemajuan kecil dan kurangnya latihan akan menyebabkan naiknya tingkat lupa, karena lasan praktis.
2.      Revisi Hukum Efek
Setelah 1930, hukum efek ternyata hanya separuh benar. Separuh dari yang benar itu adalah sebuah respons yang diikuti oleh keadaan yang memuaskan akan diperkuat. Sedangkan untuk separuh yang lainnya bahwa menghukum suatu respons ternyata tidak ada efeknya terhadap kekuatan koneksi.
3.      Belongingnes
Dalam proses belajar asosiasi Thorndike mengamati ada factor selain kontinguitas dan hukum efek. Jika elemen-elemen dari asosiasi dimiliki bersama, asosiasi diantara mereka akan dipelajari dan dipertahankan dengan lebih mudah ketimbang jika elemen itu bukan milik bersama.
4.      Penyebaran Efek
Spread of effect (penyebaran efek) adalah keadaan yang memuaskan tidak hanya menambah probabilitas terulangnya respons yang menghasilkan keadaan yang memuaskan tersebut tetapi juga meningkatkan probabilitas terulangnya respons yang mengitari  respons yang memperkuat itu.
F.      Ilmu Pengetahuan dan Nilai Manusia
Ilmu manusia ini  menawarkan harapan yang paling besar untuk masa depan, kesejahteraan umat manusia bergantung pada ilmu pengetahuan tentang manusia. Ilmu pengetahuan akan terus maju, kecuali jika peradaban akan ambruk. Ilmu pengetahuan akan melindungi manusia dari bahaya dan bencana kecuali manusia itu sendiri yang menjadi penyebabnya. Jadi paling tidak manusia akan menjadi tuan atas dirinya sendiri dan tuan atas alam. Manusia hanya bebas di dunia yang dapat dipahami dan dapat diperkirakannya. Hanya dengan ilmu pengetahuan manusia yg bias melakukanya. Kita adalah pemimpin jiwa kita sendiri sepanjang jiwa-jiwa kita bertindak sesuai kaidah yang sempurna sehingga kita bisa memahami dan memperkirakan setiap respons yang kita berikan untuk setiap solusi.



G.    Pendidikan Menurut Thorndike
Thorndike percaya bahwa praktik pendidikan harus dipelajari secara ilmiah. Ada hubungan erat antara pengetahuan proses belajar dengan praktik pengajaran. Dan juga pengajaran berbentuk ceramah perkuliahan yang saat itu popular bahkan sampai saat ini.























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Thorndike memberi alternatife sendiri untuk mengkonseptualisasikan belajar dan prilaku member pendekatan yang jauh berbeda dengan pendekatan sebelumnya. Tidak ada pembahasan eksperimental yang sistematis terhadap proses belajar.
Dengan hukum efeknya, Thorndike adalah orang pertama yang mengamati dalam kondisi yang terkontrol, bahwa konsekuensinya dari perilaku akan menghasilkan efek terhadap kekuatan perilaku. Thorndike adalah salah satu orang paling awal yang meneliti mengapa orang bisa lupa melalui hukum latihannya dan meneliti pengekangan perilaku lewat kajiannya terhadap hukuman. Dia jelas bersedia membuang pandangan awalnya yang ternyata bertentangan dengan data baru. Dalam kejadian transfer Trainingnya, dia adalah orang pertama yang memepertanyakan asumsi umum tentang praktik pendidikan pada saat itu (disiplin formal).
B.     Saran
Walau telah ditunjukan bahwa beberapa fenomena yang ditemukan oleh Thorndike, seperti penyebaran efek misalnya teori berfokus pada dua isu utama. Pertama kaitanya dengan definisi unsur pemuas (satisfer) dalam hukum efek dan yang ke dua berkaitanya dengan hukum efek adalah soal definisi yang terlalu mekanistik atas teori belajar.





No comments:

Post a Comment

Terima Kasih, Komentar dan saran...

Sukses Selalu