Labels

Monday, 11 January 2016

Teori Pembelajaran Kajian Teori Lupa, Perhatian, dan Penampilan

Kata Pengantar
Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena berkat rahmat dan hidayahNya penulis telah mampu menyelesaikan Makalah ini, disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Teori Pembelajran.

Dalam proses keilmuan, kegiatan yang paling strategis adalah sangat tergantung pada pemilihan dan penetapan strategi pembelajaran. Strategi mengajar dapat diartikan sebagai pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tindak-tanduk, perilaku atau perbuatan mengajar saat sedang berkerja.

Strategi pengajaran yang berpusat pada guru, menunjukan cirri yang khas yaitu guru yang mendominasi semua proses belajar-mengajar, artinya semua kegiatan dimulai dari inisiatif dan keputusan semua terletak pada guru. Sedangkan strategi pengajaran yang berpusat pada siswa menunjukan cirri bahwa siswalah yang berinisiatif dalam proses belajar-menngajar termasuk juga siswa berperan dalam menentukan keputusan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan makalah ini. Semoga Allah swt. memberikan balasan yang berlipat ganda. Diharapkan dengan disusunnya makalah ini. semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Amin.


yogyakarta,  19 Desember 2015



Penulis






KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN TEORI
2.1  Pengertian Lupa
2.2  Pengertian Perhatian
2.3  Pengertian Penampilan

BAB II PENUTUP
3.1  Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
1.1 A. Latar belakang masalah
Hakikat proses belajar bertitik tolak dari suatu konsep bahwa belajar merupakan perubahan perbuatan melalaui aktivitas, praktik, dan pengalaman. Dua faktor utama yang menentukan proses belajar adalah hereditas dan lingkungan. Dari pengalaman sehari-hari, kita memiliki kesan seakan-akan apa yang kita alami dan kita pelajari tidak seluruhnya tersimpan dalam akal kita. Padahal, menurut teori kognitif apapun yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang system akal kita mengolahnya dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen kita.
Akan tetapi, kenyataan yang kita alami terasa bertolak belakang dengan teori itu. Sering kali terjadi, apa yang telah kita pelajari dengan tekun justru sukar untuk diingat kembali bahkan mudah terlupakan. Sebaliknya, tidak sedikit pengalaman dan pelajaran yang kita tekuni sepintas lalu mudah melekat dalam ingatan.
Setiap manusia dikodratkan mempunyai sifat lupa, kesulitan menemukan kunci mobil, lupa mengirimkan e-mail, atau lebih buruk lagi lupa akan hari ulang tahun. Sering terjadi kasus dimana kita lupa terhadap nama seseorang padahal kita telah mengenal orang tersebut. Kasus seperti ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dimana seseorang yang telah kita kenal sebelumnya, kita lupa siapa namanya. Hal ini terjadi dianataranya diakibatkan pada saat kita menerima informasi dalam hal ini nama orang tersebut,
kita tidak menyimpan dan mengorganisasikannya dengan baik, ataupun karena pada saat itu kita merasa bahwa orang tersebut tidak berarti bagi kita, sehingga kita cenderung untuk melupakannya. Seperti halnya orang yang lupa terhadap janji yang telah diucapkannya, sama seperti kasus diatas, karena ia merasa janji yang di ucapkannya kurang berarti baginya sehingga ia cenderung melupakan janjinya.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 LUPA
      Pengertian lupa

Lupa merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, entah hal itu tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena dapat terjadi pada siapapun juga, tak peduli apakah orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat, profesor, petani dan sebaginya.

Apakah materi pelajaran yang terlupakan oleh siswa benar-benar hilang dari ingatan akalnya? Menurut pandangan ahli psikologi kognitif, “tidak!” materi pelajaran itu masih terdapat dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk di panggil atau diingat kembali. Buktinya banyak siswa yang mengeluh “kehilangan ilmu”, setelah melakukan relearning (belajar lagi) atau mengikuti remedial teaching berfungsi memperbaiki atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah dalam memori para siswa tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai prestasi yang memuaskan. (Muhibbin Syah, 1996: 160)

Lupa merupakan keadaan rusaknya informasi yang telah disimpan, tidak dapat dipanggil kembali, atau perlu waktu untuk mengingat kembali.
Macam-macam teori lupa:


·         Decay Theory
Memory menjadi semakin sirna dengan berlalunya waktu dan bila                                                                                                                                     tidak digunakan (tidak diulang kembali) “reaharsal”. Menurut teori ini, sebuah informasi yang telah disimpan didalam memory apabila tidak digunakan, informasi itu akan sulit dipanggil kembali. Karena menurut teori ini memory akan semakin aus dengan berlalunya waktu.
·         Interference Theory
Informasi yang telah disimpan dalam Long Term Memory              terganggu oleh informasi lain. Menurut teori ini,sebuah informasi yang telah disimpan di Long Term Memory akan sulit dipanggil kembali karena terganggu oleh informasi-informasi lain (baru).
·         Retrieval Failure
Kegagalan untuk mengingat mungkin terjadi karena tidak adanya petunjuk yang memadai.Menurut teori ini, kegagalan untuk memanggil kembali sebuah informasi yang telah disimpan di karenakan tidak adanya petunjuk, maksudnya saat kita menerima sebuah informasi, kita tidak membuat petunjuk untuk mengarahkan kepada informasi tersebut, seperti dengan mengaitkan informasi tersebut dengan sesuatu yang bermakna bagi kita.
·         Motivated Forgetting Theory
Orang cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan atau kurang bermakna. Menurut teori ini, seseorang akan melupakan sebuah informasi apabila saat dia menerima informasi tersebut, dia merasa informasi tersebut tidak/kurang bermakna bagi dirinya, sehingga ia sengaja atau tidak sengaja tidak menyimpan informasi tersebut dengan baik.
·         Gangguan Fisiologis
Setiap penyimpangan informasi akan disertai berbagai perubahan fisik otak yang disebut dengan engram. Gangguan pada enggram akan mengakibatkan lupa.
Upaya Meningkatkan Kemampuan Ingatan:
·         Retrieval (pengulangan)
Dengan melakukan pengulangan-pengulangan terhadap sebuah informasi, diharapkan informasi tersebut dapat tersimpan dengan baik, sehingga saat kita membutuhkan informasi tersebut, kita dapat memanggil informasi tersebut.
·         Informasi yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan hal lain.
Konteks (peristiwa, tempat, nama, perasaan tertentu) memegang peranan penting. Sebuah informasi agar mudah dipanggil kembali saat kita membutuhkan informasi tersebut, diharapkan saat menerima informasi tersebut sebelum kita menyimpannya di Long Term Memory diharapkan informasi tersebut dihubungkan dengan hal-hal yang mempunyai peranan penting dalam diri kita.
·         Mengorganisasi informasi sedemikian rupa sehingga dapat diingatkan kembali.
Saat menerima sebuah informasi diharapkan kita mengorganisasi informasi tersebut dengan baik, agar saat kita ingin memanggil kembali informasi tersebut kita tidak kesusahan untuk mengingatnya.


2.2 PERHATIAN
Pengertian Perhatian

Perhatian merupakan pemusatan/memfokusan pada suatu objek atau hal dengan menggunakan seluruh indra. Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian. Yang pertama berfungsi untuk membuat siswa siap menerima stimuli. Dalam pelajaran kimia hal ini dapat dilakukan dengan cara guru berkata “Perhatikanlah perubahan warna yang terjadi” pada waktu mengadakan demonstrasi tentang sifat asam basa. Bentuk kedua dari perhatian disebut persepsi selektif, yaitu dengan cara memilih informasi yang mana yang akan diteruskan ke memori jangka pendek.Dalam mengajar, seleksi dapat ditolong guru dengan cara mengeraskan atau mengucapkan secara lambat suatu kata atau kalimat yang dianggap penting, atau menggarisbawahi suatu kata atau kalimat di papan tulis.
Perhatian merupakan modal dalam belajar, untuk itu seorang guru harus memahami tentang perhatian ini untuk memaksimalkan perhatian siswa dalam belajar. Perhatian dapat dibedakan menjadi lima, yaitu:
1        Perhatian disengaja: perhatian yang timbul karena keharusan untuk memperhatikan. Perhatian jenis ini biasanya untuk dapat berhasil, karena siswa merasa ada pemaksaan. Hanya saja diharapkan guru dapat mengkondisikan perhatian ini untuk menjadikan siswa tidak terpaksa.
2        Perhatian spontan: Suatu perhatian di mana orang akan tertarik untuk melihat atau mendengarkan sesuatu atas kemauannya sendiri. Perhatian ini hasilnya dapat bertahan lama. Guru diharapkan dapat memotivasi siswa yang awalnya menggunakan perhatian yang disengaja menjadi perhatian spontan.
3        Perhatian intensif: Perhatian yang timbul karena kebutuhan atau kepentingan pribadi.
4        Perhatian memusat: Perhatian pada satu objek tertentu. Hal ini dilakukan untuk memperhatikan objek yang harus diperhatikan adalah menuntut ketelitian.
5        Perhatian memencar: Perhatian dengan memperhatikan banyak objek sekaligus.
Implikasi prinsip perhatian ini tampak pada perilaku guru antara lain: (a) Menunjukkan tujuan pembelajaran kepada siswa, (b) menggunakan metode secara bervariasi, (c) menggunakan media sesuai dengan tujuan dan materi belajar, (d) menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton, (e) mengemukakan pertanyaan yang membimbing.
2.3 PENAMPILAN
Pengertian Penampilan
Penampilan adalah tindakan akibat dari suatu rangsang atau stimulus yang telah diproses dalam otak. Informasi dari memori jangka pendek atau memori jangka panjang dikeluarkan kembali melalui suatu generator respon (respon generator), yang berfungsi mengubah informasi menjadi tindakan. Pesan-pesan dari respon generator mengaktifkan efektor (otot-otot), menghasilkan penampilan yang mempengaruhi lingkungan. Penampilan itulah yang dapat dijadikan pertanda bahwa “informasi telah diproses” dan seseorang telah belajar seperti yang diharapkan
Bandura sebagai seorang behavioris moderat penemu teori social learning/observational learning, setiap proses belajar terjadi dalam urutan tahapan peristiwa (4 unsur utama) dan berakhir dengan penampilan atau kinerja (performance) tertentu sebagai hasil/ perolehan belajar seorang siswa, yang meliputi:

1. Fase Perhatian (attentian)
Memberikan perhatian pada orang yang ditiru. Sebagai pengamat orang tidak dapat belajar melalui observasi kecuali kaku ia memperhatikan kegiatan-kegiatan yang diperagakan oleh model itu sendiri dan benar-benar memahaminya. Mencakup peristiwa peniruan (adanya kejelasan, keterlibatan perasaan, tingkat kerumitan, kelaziman, nilai fungsi) dan karakteristik pengamatan (kemampuan indera, minat, persepsi, penguatan sebelumnya).

2. Fase Pengingat (retention)
Seorang pengamat harus dapat mengingat apa yang yang telah dilihatnya. Dia harus mengubah informasi yang diamatinya menjadi bentuk gambaran mental, atau mengubah simbol-simbol verbal, dan kemudian menyimpan dalam ingatannya. Mencakup kode pengkodean simbolik, pengorganisasian pikiran, pengulangan simbol, pengulangan motorik.

3. Reproduksi motorik (reproduction)
Yaitu proses peniruan adalah mengubah ide gambaran, atau ingatan menjadi tindakan. Mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik.

4. Peneguhan/Motivasi (reinforcement/motivation)
Mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.









BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Manusia mampu dalam sebuah situasi kemasyarakatan, harus mampu memahami keadaan yang terjadi dalam situasi tersebut. Untuk menjadi manusia yang pmempunyai kemapanan dalam berfikir. haruslah memiliki emosial dan memori otak yang baik. seteleh berhasil menginterpretasikan hal tersebut, memori otak berusaha menyimpan data tersebut dengan baik agar tidak terjadi apa yang disebut dengan lupa. Persepsi seseorang mampu merubah kehidupan orang tersebut karena persepsi seseorang merupakan hasil dari interpretrasinya terhadap lingkungan ataupun keadaan yang ada. Dalam hal ini kecerdasan emosi ikut berperan penting agar terciptanya suatau interpretasi yang baik.
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam pembelajaran. Berdasarkan kajian teori pengolahan informasi, terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Perhatian terdiri dari perhatian disengaja, perhatian spontan, perhatian intensif, perhatian memusat, dan perhatian memencar. Diharapkan guru dapat membawa anak ke perhatian spontan dibandingkan perhatian yang disengaja. Hal tersebut dapat dilakukan apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan anak. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai suatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkit motivasi untuk mempelajarinya.
Dimuka telah dikatakan bahwa motivasi mempunyai kaitan dengan minat. Anak yang memiliki minat terhadap sesuatu, cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian ia akan termotivasi untuk mempelajari sesuatu tersebut.

Daftar Pustaka
Anthony Sutich and Miles A. Vich. 1969. Reading Humanistic Psychology. Toronto : The Free Press Macmillan Company.
MD. Dahlan, 1985. Beberapa Pendekatan Penyuluhan (konseling). Bandung C.V. Diponegoro.
William C. Crain. 1980. Theorise of development: Concept and Applications. New Jersey : Prentice-Hall.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensido.
Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. New York: General Learning Press.



No comments:

Post a Comment

Terima Kasih, Komentar dan saran...

Sukses Selalu