Kata
Pengantar
Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt.
karena berkat rahmat dan hidayahNya penulis telah mampu menyelesaikan Makalah
ini, disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Teori Pembelajran.
Dalam proses keilmuan, kegiatan yang paling
strategis adalah sangat tergantung pada pemilihan dan penetapan strategi
pembelajaran. Strategi mengajar dapat diartikan sebagai pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan tindak-tanduk, perilaku atau perbuatan mengajar saat
sedang berkerja.
Strategi pengajaran yang berpusat pada guru,
menunjukan cirri yang khas yaitu guru yang mendominasi semua proses
belajar-mengajar, artinya semua kegiatan dimulai dari inisiatif dan keputusan
semua terletak pada guru. Sedangkan strategi pengajaran yang berpusat pada
siswa menunjukan cirri bahwa siswalah yang berinisiatif dalam proses belajar-menngajar
termasuk juga siswa berperan dalam menentukan keputusan.
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan makalah
ini. Semoga Allah swt. memberikan balasan yang berlipat
ganda. Diharapkan dengan disusunnya makalah ini. semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Amin.
yogyakarta, 19 Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
BAB II KAJIAN TEORI
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 A. Latar belakang
masalah
Hakikat proses belajar bertitik tolak dari suatu konsep
bahwa belajar merupakan perubahan perbuatan melalaui aktivitas, praktik, dan
pengalaman. Dua faktor utama yang menentukan proses belajar adalah hereditas
dan lingkungan. Dari pengalaman sehari-hari, kita memiliki kesan seakan-akan
apa yang kita alami dan kita pelajari tidak seluruhnya tersimpan dalam akal
kita. Padahal, menurut teori kognitif apapun yang kita alami dan kita pelajari,
kalau memang system akal kita mengolahnya dengan cara yang memadai, semuanya
akan tersimpan dalam subsistem akal permanen kita.
Akan tetapi, kenyataan yang kita alami terasa bertolak
belakang dengan teori itu. Sering kali terjadi, apa yang telah kita pelajari
dengan tekun justru sukar untuk diingat kembali bahkan mudah terlupakan.
Sebaliknya, tidak sedikit pengalaman dan pelajaran yang kita tekuni sepintas
lalu mudah melekat dalam ingatan.
Setiap manusia dikodratkan
mempunyai sifat lupa, kesulitan menemukan kunci mobil, lupa mengirimkan e-mail,
atau lebih buruk lagi lupa akan hari ulang tahun. Sering terjadi kasus dimana
kita lupa terhadap nama seseorang padahal kita telah mengenal orang tersebut.
Kasus seperti ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dimana seseorang
yang telah kita kenal sebelumnya, kita lupa siapa namanya. Hal ini terjadi
dianataranya diakibatkan pada saat kita menerima informasi dalam hal ini nama
orang tersebut,
kita tidak menyimpan dan
mengorganisasikannya dengan baik, ataupun karena pada saat itu kita merasa
bahwa orang tersebut tidak berarti bagi kita, sehingga kita cenderung untuk
melupakannya. Seperti halnya orang yang lupa terhadap janji yang telah
diucapkannya, sama seperti kasus diatas, karena ia merasa janji yang di
ucapkannya kurang berarti baginya sehingga ia cenderung melupakan janjinya.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 LUPA
Pengertian
lupa
Lupa
merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan
bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu,
entah hal itu tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang
akan dilakukan, mungkin juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena dapat
terjadi pada siapapun juga, tak peduli apakah orang itu anak-anak, remaja,
orang tua, guru, pejabat, profesor, petani dan sebaginya.
Apakah
materi pelajaran yang terlupakan oleh siswa benar-benar hilang dari ingatan
akalnya? Menurut pandangan ahli psikologi kognitif, “tidak!” materi pelajaran
itu masih terdapat dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah
untuk di panggil atau diingat kembali. Buktinya banyak siswa yang mengeluh
“kehilangan ilmu”, setelah melakukan relearning (belajar lagi) atau mengikuti
remedial teaching berfungsi memperbaiki atau menguatkan item-item informasi
yang rusak atau lemah dalam memori para siswa tersebut, sehingga mereka
berhasil mencapai prestasi yang memuaskan. (Muhibbin Syah, 1996: 160)
Lupa merupakan keadaan
rusaknya informasi yang telah disimpan, tidak dapat dipanggil kembali, atau
perlu waktu untuk mengingat kembali.
Macam-macam teori lupa:
Macam-macam teori lupa:
·
Decay Theory
Memory menjadi semakin sirna dengan
berlalunya waktu dan
bila
tidak
digunakan (tidak diulang kembali) “reaharsal”. Menurut teori
ini, sebuah informasi yang telah disimpan didalam memory apabila tidak
digunakan, informasi itu akan sulit dipanggil kembali. Karena menurut teori ini
memory akan semakin aus dengan berlalunya waktu.
·
Interference Theory
Informasi yang telah disimpan dalam Long Term
Memory
terganggu
oleh informasi lain. Menurut teori ini,sebuah informasi yang telah disimpan di
Long Term Memory akan sulit dipanggil kembali karena terganggu oleh
informasi-informasi lain (baru).
·
Retrieval Failure
Kegagalan untuk mengingat mungkin terjadi
karena tidak adanya petunjuk yang memadai.Menurut teori ini, kegagalan untuk
memanggil kembali sebuah informasi yang telah disimpan di karenakan tidak
adanya petunjuk, maksudnya saat kita menerima sebuah informasi, kita tidak
membuat petunjuk untuk mengarahkan kepada informasi tersebut, seperti dengan
mengaitkan informasi tersebut dengan sesuatu yang bermakna bagi kita.
·
Motivated Forgetting Theory
Orang cenderung melupakan hal-hal yang tidak
menyenangkan atau kurang bermakna. Menurut teori ini, seseorang akan melupakan
sebuah informasi apabila saat dia menerima informasi tersebut, dia merasa
informasi tersebut tidak/kurang bermakna bagi dirinya, sehingga ia sengaja atau
tidak sengaja tidak menyimpan informasi tersebut dengan baik.
·
Gangguan Fisiologis
Setiap penyimpangan informasi akan disertai
berbagai perubahan fisik otak yang disebut dengan engram. Gangguan pada enggram
akan mengakibatkan lupa.
Upaya Meningkatkan Kemampuan Ingatan:
·
Retrieval (pengulangan)
Dengan melakukan pengulangan-pengulangan
terhadap sebuah informasi, diharapkan informasi tersebut dapat tersimpan dengan
baik, sehingga saat kita membutuhkan informasi tersebut, kita dapat memanggil
informasi tersebut.
·
Informasi yang akan diingat harus mempunyai
hubungan dengan hal lain.
Konteks (peristiwa, tempat, nama, perasaan
tertentu) memegang peranan penting. Sebuah informasi agar mudah dipanggil
kembali saat kita membutuhkan informasi tersebut, diharapkan saat menerima
informasi tersebut sebelum kita menyimpannya di Long Term Memory diharapkan
informasi tersebut dihubungkan dengan hal-hal yang mempunyai peranan penting
dalam diri kita.
·
Mengorganisasi informasi sedemikian rupa
sehingga dapat diingatkan kembali.
Saat menerima sebuah informasi diharapkan
kita mengorganisasi informasi tersebut dengan baik, agar saat kita ingin
memanggil kembali informasi tersebut kita tidak kesusahan untuk mengingatnya.
2.2 PERHATIAN
Pengertian Perhatian
Perhatian merupakan pemusatan/memfokusan pada
suatu objek atau hal dengan menggunakan seluruh indra. Gagne mengemukakan dua
bentuk perhatian. Yang pertama berfungsi untuk membuat siswa siap menerima
stimuli. Dalam pelajaran kimia hal ini dapat dilakukan dengan cara guru berkata
“Perhatikanlah perubahan warna yang terjadi” pada waktu mengadakan demonstrasi
tentang sifat asam basa. Bentuk kedua dari perhatian disebut persepsi selektif,
yaitu dengan cara memilih informasi yang mana yang akan diteruskan ke memori
jangka pendek.Dalam mengajar, seleksi dapat ditolong guru dengan cara
mengeraskan atau mengucapkan secara lambat suatu kata atau kalimat yang
dianggap penting, atau menggarisbawahi suatu kata atau kalimat di papan tulis.
Perhatian merupakan modal dalam belajar,
untuk itu seorang guru harus memahami tentang perhatian ini untuk memaksimalkan
perhatian siswa dalam belajar. Perhatian dapat dibedakan menjadi lima, yaitu:
1
Perhatian disengaja: perhatian yang timbul karena keharusan untuk
memperhatikan. Perhatian jenis ini biasanya untuk dapat berhasil, karena siswa
merasa ada pemaksaan. Hanya saja diharapkan guru dapat mengkondisikan perhatian
ini untuk menjadikan siswa tidak terpaksa.
2
Perhatian spontan: Suatu perhatian di mana orang akan tertarik untuk melihat
atau mendengarkan sesuatu atas kemauannya sendiri. Perhatian ini hasilnya dapat
bertahan lama. Guru diharapkan dapat memotivasi siswa yang awalnya menggunakan
perhatian yang disengaja menjadi perhatian spontan.
3
Perhatian intensif: Perhatian yang timbul karena kebutuhan atau kepentingan
pribadi.
4
Perhatian memusat: Perhatian pada satu objek tertentu. Hal ini dilakukan untuk
memperhatikan objek yang harus diperhatikan adalah menuntut ketelitian.
5
Perhatian memencar: Perhatian dengan memperhatikan banyak objek sekaligus.
Implikasi prinsip perhatian ini tampak pada
perilaku guru antara lain: (a) Menunjukkan tujuan pembelajaran kepada siswa,
(b) menggunakan metode secara bervariasi, (c) menggunakan media sesuai dengan
tujuan dan materi belajar, (d) menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton, (e)
mengemukakan pertanyaan yang membimbing.
2.3 PENAMPILAN
Pengertian Penampilan
Penampilan adalah tindakan
akibat dari suatu rangsang atau stimulus yang telah diproses dalam otak. Informasi
dari memori jangka pendek atau memori jangka panjang dikeluarkan kembali
melalui suatu generator respon (respon generator), yang berfungsi mengubah
informasi menjadi tindakan. Pesan-pesan dari respon generator mengaktifkan
efektor (otot-otot), menghasilkan penampilan yang mempengaruhi lingkungan.
Penampilan itulah yang dapat dijadikan pertanda bahwa “informasi telah
diproses” dan seseorang telah belajar seperti yang diharapkan
Bandura sebagai seorang
behavioris moderat penemu teori social learning/observational learning, setiap
proses belajar terjadi dalam urutan tahapan peristiwa (4 unsur utama) dan
berakhir dengan penampilan atau kinerja (performance) tertentu sebagai hasil/
perolehan belajar seorang siswa, yang meliputi:
1.
Fase Perhatian (attentian)
Memberikan perhatian pada
orang yang ditiru. Sebagai pengamat orang tidak dapat belajar melalui observasi
kecuali kaku ia memperhatikan kegiatan-kegiatan yang diperagakan oleh model itu
sendiri dan benar-benar memahaminya. Mencakup peristiwa peniruan (adanya
kejelasan, keterlibatan perasaan, tingkat kerumitan, kelaziman, nilai fungsi)
dan karakteristik pengamatan (kemampuan indera, minat, persepsi, penguatan
sebelumnya).
2.
Fase Pengingat (retention)
Seorang pengamat harus dapat
mengingat apa yang yang telah dilihatnya. Dia harus mengubah informasi yang
diamatinya menjadi bentuk gambaran mental, atau mengubah simbol-simbol verbal,
dan kemudian menyimpan dalam ingatannya. Mencakup kode pengkodean simbolik,
pengorganisasian pikiran, pengulangan simbol, pengulangan motorik.
3.
Reproduksi motorik (reproduction)
Yaitu proses peniruan adalah
mengubah ide gambaran, atau ingatan menjadi tindakan. Mencakup kemampuan fisik,
kemampuan meniru, keakuratan umpan balik.
4.
Peneguhan/Motivasi (reinforcement/motivation)
Mencakup dorongan dari luar dan
penghargaan terhadap diri sendiri.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Manusia
mampu dalam sebuah situasi kemasyarakatan, harus mampu memahami keadaan yang
terjadi dalam situasi tersebut. Untuk menjadi manusia yang pmempunyai kemapanan
dalam berfikir. haruslah memiliki emosial dan memori otak yang baik. seteleh
berhasil menginterpretasikan hal tersebut, memori otak berusaha menyimpan data
tersebut dengan baik agar tidak terjadi apa yang disebut dengan lupa. Persepsi
seseorang mampu merubah kehidupan orang tersebut karena persepsi seseorang
merupakan hasil dari interpretrasinya terhadap lingkungan ataupun keadaan yang
ada. Dalam hal ini kecerdasan emosi ikut berperan penting agar terciptanya suatau
interpretasi yang baik.
Perhatian mempunyai peranan
yang penting dalam pembelajaran. Berdasarkan kajian teori pengolahan informasi,
terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Perhatian
terdiri dari perhatian disengaja, perhatian spontan, perhatian intensif,
perhatian memusat, dan perhatian memencar. Diharapkan guru dapat membawa anak
ke perhatian spontan dibandingkan perhatian yang disengaja. Hal tersebut dapat
dilakukan apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan anak. Apabila bahan
pelajaran itu dirasakan sebagai suatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar
lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkit
motivasi untuk mempelajarinya.
Dimuka telah dikatakan
bahwa motivasi mempunyai kaitan dengan minat. Anak yang memiliki minat terhadap
sesuatu, cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian ia akan
termotivasi untuk mempelajari sesuatu tersebut.
Daftar
Pustaka
Anthony Sutich and Miles A. Vich. 1969. Reading
Humanistic Psychology. Toronto : The Free Press Macmillan Company.
MD. Dahlan, 1985. Beberapa Pendekatan Penyuluhan
(konseling). Bandung C.V. Diponegoro.
William C. Crain. 1980. Theorise of development:
Concept and Applications. New Jersey : Prentice-Hall.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensido.
Bandura,
A. (1977). Social Learning Theory.
New York: General Learning Press.
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih, Komentar dan saran...
Sukses Selalu